Keponakan Majikan

Siang itu Yuki merasa kegerahan saat menjaga toko. Dia meraih sebuah kertas kardus, lalu mengipaskan ke wajahnya berkali-kali agar rasa panasnya berkurang. Beberapa saat yang lalu setelah kedatangan Fikri, banyak pula orang-orang yang berdatangan untuk berbelanja di toko.

Yuki meluruskan kaki dan menikmati angin yang dihasilkan dari sobekan kardus bekas yang tak berharga tapi begitu sang angin tak jua datang, maka sobekan itulah yang berjasa memberi kesejukan.

Suara deru mobil tua tiba dari arah selatan. Yuki duduk dan memposisikan kembali kakinya, mengetahui bahwa yang datang adalah sang majikan. Tentunya akan jadi masalah jika dia ketahuan berkipas-kipas seperti tidak bekerja, padahal seharian dia melayani orang-orang. Bukan saja apa yang mereka beli, tapi juga apa yang mereka obrolkan. Ternyata mengobrol dengan orang juga menghabiskan beberapa energi dan pikiran.

"Kiki! Siapkan kamar untuk keponakanku!" teriak Bu Yayah saar keluar dari mobil.

Yuki tidak bisa melihat mobil dari dalam toko. Meski begitu, dia pun patuh dan keluar dari toko untuk melakukan perintah sang majikan.

"Iya, Bu!"

Yuki segera berlari keluar dari toko, tapi tak melihat air menggenang di lantai teras rumah yang meluncur dari kotak susu yang dibawa oleh Wildan dan Aurel.

Syuut!! Aih!! Brukk!

Hampir saja dia terjungkal kalau sebuah tangan tidak memeluknya kuat, membuat kepala gadis itu mendarat di sebuah dada bidang. Otomatis dia meraba-raba tapi tak berani menatap wajahnya.

Bukan, ini pasti bukan dada Pak Hendra! Ini nggak kenyal. Pasti punya Pak Hendra terlalu kenyal, karena dia gemuk! Ini dada siapa ya, kenapa aku merasa nyaman sekali mendengar detak di dalam pemilik dada ini??

Pelan-pelan dia menengadah, masih dalam posisi dipeluk oleh orang itu.

Cling! Seketika gadis itu terpana melihat siapa yang sedang menahannya agar tidak jatuh. Seorang lelaki tampan, barambut pendek lurus dan hitam, hidungnya mancung dan bibirnya tipis, sempurna dengan matanya yang bulat dan alis yang tebal.

Seperti blasteran.

"Caa ... kep."

"Apa kamu bilang," ujar cowok itu, nadanya sangat datar.

"Itu, eh anu, kamu ... siapa?" tanya Yuki pada pria itu.

"Aku Rangga keponakan Bu Yayah," ujar cowok itu melepaskan tangan kanan yang memegang Yuki.

Rangga berdiri depan Yuki yang menyeimbangkan berdirinya lalu menatap lelaki itu dengan pandangan kagum.

"Eh, aku Yu ... maaf maksudku Kiki! Aku Kiki, pembantunya Bu Yayah!" ujar Yuki menyambut tangan Rangga.

Jantungnya berdetak kencang.

Untung aja aku nggak keceplosan menyebutkan namaku! Eh ngapain lah kamu jantung kenapa berdebar sih .... Aih!

"Wajahmu memerah. Kamu sakit?" tanya Rangga.

"Oh, eh, nggak kok!"

"Kalo sakit, biar aku aja yang beresin kamar. Kamu mendingan tidur dulu."

"Eng ... nggak. Aku nggak sakit! Udah biar aku aja yang beresin kamarmu, Mas Rangga!" ujar Yuki tak tahan berada di situ karena debaran jantungnya yang makin berdegup kencang. Dia berlari ke dalam rumah, meninggalkan Rangga yang masih berdiri di depan rumah.

"Kiki! Ini kunci kamarnya! Kamu ganti spreinya, trus beri alas untuk lemarinya juga! Jangan lupa disapu trus dipel! Oh ya, banyak yang beli hari ini??"

Bu Yayah menyodorkan sebuah kunci kamar.

Ya ampun, dia ngomong apa ngajak perang? Memberondong kayak nembak musuh aja!

"Iya Bu, tadi banyak yang datang," jawab Yuki sambil menerima kunci kamar Rangga. Dipeganginya erat lalu diletakkannya di dada.

Ah, memegang kunci kamarnya aja, berasa memegang kunci jalan rahasia hatinya ....

"Kiki! Ngapain sih senyum-senyum gitu?? Mau kupanggilkan dukun??"

"Aih! Nggak, Bu. Eh, Kiki buka kamarnya dulu, ya?"

"Iya! Aku mau cek toko! Awas ya kalo ada pembayaran yang keliru!"

"Nggak akan, Bu!"

"Huh, yakin amat!"

Yee, anak pengusaha nomor satu kok sampai bisa salah hitung?? Nggak mungkin, lah! Pewaris bakat bisnis papiku kok disangsikan!

Yuki segera membuka pintu kamar kosong itu. Dia menghirup bau kamar, sontak batuk lah dia, karena kamar itu lama tidak digunakan.

"Uhuk! Uhuk!"

Rangga berlari dari ruang tamu, lalu menemui Yuki.

"Kiki, bener kan, kamu sakit! Udah sini, aku aja yang bersihkan!" Cowok itu menarik sapu kemudian mulai menyapu lantai kamar.

Yuki tertegun melihatnya. Baru kali ini dia melihat seorang lelaki nggak gengsi menyapu di depan seorang gadis.

"Kiki!!! Kamu nggak nyapu malah mandorin!"

Suara Bu Yayah membuatnya terperanjat. Otak Yuki benar-benar macet saat melihat Rangga.

"Maaf, maaf, Bu! Saya akan ganti spreinya!" Dia kabur ke lemari tempat menyimpan sprei.

"Hey! Kiki! Inget yaa! Rangga keponakanku ini anak pengusaha meubel kaya!! Malah dia yang nyapu lantai kamarnya sendiri!!"

"Udahlah, Bi Yayah, aku nggak masalah kok!" Rangga menghentikan acara menyapunya, sambil berjongkok, dia berbicara pada wanita itu.

"Huh, ya udah! Bibi mau ke toko, ada orang beli itu!" ujar Bu Yayah mendengar ada orang datang membunyikan bel rumah.

Rangga menggelengkan kepala melihat bibinya.

Sebentar kemudian, Yuki telah menemukan sebuah sprei bergambar kotak-kotak. Dia membawanya ke kamar Rangga.

Gadis itu melihat kiri kanan saat akan masuk ke kamar Rangga. Bu Yayah sudah tak lagi berada di sekitar kamar dan Rangga ternyata sudah menyapu sampai di depan pintu kamarnya sendiri.

"Mas Rangga, kalo nyapu kurang bersih, nanti istrinya brewokan, lho!" ujar Yuki garing.

Ih, ngomong apa sih aku ini? Tiba-tiba mulutku bilang kalimat nggak jelas gitu! Yuki bodoh!

"Kamu kira aku ini gay?" ujar pria itu.

"Eh, nggak, Mas?" ujar Kiki menunduk. Wajahnya merona merah seperti kepiting direbus bumbu asam manis.

Ups, aku memanggilnya 'Mas' dari tadi. Aih ....

"Kiki sekolah?" tanya Rangga saat gadis itu menunduk.

"Kuliah, Mas."

"Oh, ya?"

Yuki menangkap ketidakpercayaan dari mulut Rangga.

"Jalur prestasi," tambahnya.

"Oh, berarti kamu pinter."

Makin merona merah wajah Yuki mendengar pujian dari mulut lelaki itu.

"Saya ganti spreinya dulu, ya?" ujar Yuki.

"Ya, boleh."

Yuki melewati Rangga dengan jantung makin berdegup sangat kencang.

Dia menata tempat tidur sambil menata napasnya karena irama jantung yang mulai nge-beat.

Yuki melirik ke pintu. Ternyata lelaki itu sudah pergi dari ambang pintu.

Fyuh!

Gadis itu segera membereskan pekerjaan agar Rangga bisa beristirahat di kamarnya. Dia mengambil seember air yang telah diberi cairan pembersih lantai, lalu mulai mengepelnya.

Setelah selesai, gadis itu membawa embernya ke belakang. Baru saja berjalan beberapa langkah, Rangga sudah menyodorkan segelas air putih ke hadapannya.

"Minum dulu, pasti kamu haus, 'kan?"

Yuki dengan mudah menuruti, mengangguk lalu menerima gelas itu dan meneguknya hingga habis.

"Mas Rangga, terima kasih, ya?" ucapnya pada lelaki itu.

Rangga hanya tersenyum lalu melewatinya.

Ah, air putih berasa susu saat meminum pemberian cowok tampan!

Terpopuler

Comments

gedang Sewu

gedang Sewu

si yuki lg baper akut..🤣🤣

2024-04-12

0

Ali Akbar

Ali Akbar

yuki klepek2 😂😂

2022-10-12

0

Charlie Saree

Charlie Saree

nanti istrinya brewokan 🤣🤣🤣🤣

2022-05-18

0

lihat semua
Episodes
1 Pura-pura Miskin
2 Sikap Galak Majikan
3 Gara-gara Ayam
4 Queensya and the Geng
5 Bertemu Dosen
6 Si Cantik Alami
7 Asisten Dosen
8 Menjaga Toko
9 Keponakan Majikan
10 Makan Bareng
11 Mengantar ke Dokter
12 Curhatan Rangga
13 Sahabat
14 Ikut Demo
15 Terima Gaji
16 Ulah Queensya
17 Cogan Baru
18 Perhatian Rangga
19 Perhatian Rangga 2
20 Mengerjakan Tugas
21 Berangkat ke Desa
22 Rangga yang Mempesona
23 Rencana Buruk
24 Malam Naas
25 Pertolongan
26 Pengakuan Ferry
27 Kelicikan Queensya
28 Kepulangan Yuki
29 Kembali ke Rumah Bu Yayah
30 Rehat Tujuh Hari
31 Mengerjakan Tugas
32 Bertemu Sonny
33 Sekolah Aurel
34 Kembali ke Kampus
35 Dies Natalis
36 Dies Natalis #2
37 Usai Acara
38 Dhea Muncul
39 Rahasia
40 Kepergian Rangga
41 Pertemuan Dengan Dhea
42 Kita Putus!!
43 Orderan dan Ujian
44 Ujian Tengah Semester
45 Kebaikan Mama Nana
46 Magang
47 Kekacauan Kantor
48 Persoalan Rangga
49 Tidak Beres
50 Cecilia
51 Calon Suami?
52 Menelepon Papi
53 Terkuak
54 Ungkapan Terima Kasih
55 KB
56 Ambyar
57 Selangkah ke Depan
58 Hanya Pembantu
59 Tekad Rangga
60 Usaha Yuki
61 Penolakan
62 Tiga Puluh Juta Rupiah
63 Perubahan Yuki
64 Memasak
65 Menyewa Tempat
66 Kembali ke Rumah Majikan
67 Usaha Berbuah Manis
68 Kesan Queensya di Bakery
69 Pesta Ulang Tahun
70 Buka Cabang
71 Datang ke Rumah Rangga Untuk Kedua Kalinya
72 Rumah Tuan Bhanu
73 Persiapan Perayaan
74 Ejekan Queensya
75 Bagai Petir di Siang Bolong
76 Dhea Bicara
77 Kedatangan Rangga
78 Bertemunya Kedua Keluarga
79 Yuki Pingsan
80 Hadiah
81 Tunangan
82 Wisuda
83 Dipingit
84 Indah Pada Waktunya
85 Mari Buat Generasi Baru!
86 Epilog
87 Say Thanks and Promosi Yaa ....
88 PROMO BUKAN UP
89 NOVEL BARU DI NT
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Pura-pura Miskin
2
Sikap Galak Majikan
3
Gara-gara Ayam
4
Queensya and the Geng
5
Bertemu Dosen
6
Si Cantik Alami
7
Asisten Dosen
8
Menjaga Toko
9
Keponakan Majikan
10
Makan Bareng
11
Mengantar ke Dokter
12
Curhatan Rangga
13
Sahabat
14
Ikut Demo
15
Terima Gaji
16
Ulah Queensya
17
Cogan Baru
18
Perhatian Rangga
19
Perhatian Rangga 2
20
Mengerjakan Tugas
21
Berangkat ke Desa
22
Rangga yang Mempesona
23
Rencana Buruk
24
Malam Naas
25
Pertolongan
26
Pengakuan Ferry
27
Kelicikan Queensya
28
Kepulangan Yuki
29
Kembali ke Rumah Bu Yayah
30
Rehat Tujuh Hari
31
Mengerjakan Tugas
32
Bertemu Sonny
33
Sekolah Aurel
34
Kembali ke Kampus
35
Dies Natalis
36
Dies Natalis #2
37
Usai Acara
38
Dhea Muncul
39
Rahasia
40
Kepergian Rangga
41
Pertemuan Dengan Dhea
42
Kita Putus!!
43
Orderan dan Ujian
44
Ujian Tengah Semester
45
Kebaikan Mama Nana
46
Magang
47
Kekacauan Kantor
48
Persoalan Rangga
49
Tidak Beres
50
Cecilia
51
Calon Suami?
52
Menelepon Papi
53
Terkuak
54
Ungkapan Terima Kasih
55
KB
56
Ambyar
57
Selangkah ke Depan
58
Hanya Pembantu
59
Tekad Rangga
60
Usaha Yuki
61
Penolakan
62
Tiga Puluh Juta Rupiah
63
Perubahan Yuki
64
Memasak
65
Menyewa Tempat
66
Kembali ke Rumah Majikan
67
Usaha Berbuah Manis
68
Kesan Queensya di Bakery
69
Pesta Ulang Tahun
70
Buka Cabang
71
Datang ke Rumah Rangga Untuk Kedua Kalinya
72
Rumah Tuan Bhanu
73
Persiapan Perayaan
74
Ejekan Queensya
75
Bagai Petir di Siang Bolong
76
Dhea Bicara
77
Kedatangan Rangga
78
Bertemunya Kedua Keluarga
79
Yuki Pingsan
80
Hadiah
81
Tunangan
82
Wisuda
83
Dipingit
84
Indah Pada Waktunya
85
Mari Buat Generasi Baru!
86
Epilog
87
Say Thanks and Promosi Yaa ....
88
PROMO BUKAN UP
89
NOVEL BARU DI NT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!