Terima kasih sudah mau membaca ini enjoy guys-!
"Haruskah?"
"Apakah kau masih menganggapku, sahabatmu?" tanya Felisa random.
"Kenapa bertanya seperti itu?"
"Aku paling tidak suka jika pertanyaan di jawab pertanyaan-! katakan apakah aku masih sahabatmu?" tanya nya lagi.
Aku mengangguk " Y-ya, kenapa tidak?"
"Maka dari itu Samantha! kau harus ceritakan masalah mu kepada ku, mungkin saja aku bisa membantu-mu" jelas Felisa sambil memegang pundakku.
"Kau seperti kekasihnya saja" cibir Reva.
Felisa menatap sinis Reva, "Tak apa-! aku ini termasuk orang yang sayang kepada teman" jelasnya bangga, setelah itu melepaskan tangannya di pundakku dan duduk menhadap Reva.
"Janji kau" Aku berdeham sebagai ucapannya.
"Oh ya Kak, untuk apa mencariku?" tanya ku kepada Kak Reva.
"Aku hanya ingin mengundang mu ke pesta pertunanganku dengan Vano minggu depan" ucapnya sambil mengeluarkan Kartu undangan.
"Apakah aku boleh ikut?" tanya ku ragu, tentu ragu... Perusahaan keluarga ku saja hampir gulung tikar, dan lagi keluarga Barca orang yang sangat amat berpengaruh di New York
"Tentu saja! nanti ku kenalkan dengan bunda" ucap Kak Reva.
"Oh ya, Bunda Asna sangat cantik dan Baik" sahut Felisa sambil melanjutkan makannya.
Aku pun melemaskan pundakku, aku sangat malu, belum lagi aku harus berurusan dengan Kak Luhan untuk izin.
Ibu...Samantha kangen Ibu sama Ayah
...•••...
Di Bar terlihat lah kedua pemuda yang sedang bersantai sambil meminum segelas wine Merah pekat itu, dan juga salah satu pemuda itu di temani oleh wanita penghibur.
"Apakah kau akan menikahi wanita simpanan mu itu?" tanya Vano sambil menegak wine.
Vian yang merangkul 1 wanita penghiburnya hanya bergidik acuh, "Aku tidak tahu" balasnya singkat.
Vano yang melihat sang kembaran sudah mabuk itu menyuruh wanita yang sedang berpangku pada saudaranya pergi setelah memberikan selembar cek uang jutaan.
Wanita itu sempat genit kepada Vano, tapi Vano hanya cinta dan sayang kepada Reva jadi itu tak ngaruh, memang Vano bucin Reva
"Ayolah kita pulang-!" Vano merangkul Vian berjalan keluar bar dan memasukkan di kursi penumpang, ia akan menjemput sang gadia yang tengah berada di caffe miliknya.
Tak butuh lama ia sampai dan memberhentikan mobilnya, setelah itu berjalan ke pintu caffe disana ada Reva sang pujaan hati dan satu wanita disamping Reva.
"Hei, maaf kan telat Vian sudah mabuk soalnya" ucap Vano melapor.
"Vano antarkan Samantha terlebih dulu, tidak baik malam-malam seperti ini seorang gadis berkeliaran"
Samantha dengan cepat menolak karena jujur ia masih trauma dengan seorang pemabuk seperti Tuan Johnny, bayang-bayang ia dicumb* itu sangat jelas di ingatannya.
"Tidak usah kak, rumahku dekat dari halte bus" ucap Samantha sambil melirik jam tangannya.
Samantha sendiri sedang mengejar bus terakhirnya karena setelah selesai kuliah tadi, Reva dan Felisa menculikknya hanya untuk makan biasa.
"5 menit lagi jam terakhir, oh ayolah... seorang gadis tidak baik berkeliaran dijam 10 malam ini" Reva sedang membujuk Samantha gimana pun caranya.
Samantha berpikir dan tak melihat waktu bahwa sudah 5 menit mereka berdiri, hingga ia hampir kehilangan ke seimbangannya karena lengan tangannya ditarik seseorang.
"Lama sekali kau berpikir-! Ayo Vano" ucap Vian menarik lengan Samantha dan memasukkan di kursi penumpang belakang bersama Dirinya, sedangkan Vano dan Reva berada dikursi depan.
...•••...
huhu...Ayah...Ibu... ditatap seseorang tak enak sekali
Bagaimana tidak? selama dijalan tadi aku ditatap lekat oleh Tuan Vian dengan mata birunya yang terang, bahkan aku bisa lihat jika ia sudah mabuk berat, dan berakhir ia tertidur di pangkuan pahaku.
Aku hanya diam tak bergerak hingga tangan Tuan Vian terangkat untuk menuntun tanganku mengelus rambut halusnya.
Aku mengikuti suruhannya hingga sampai di depan apart kecil yang ku tinggali bersama Kakak ku, Luhan.
"Terima kasih Kak Reva, Tuan Vian" aku berpamitan setelah berhasil menaruh kepala Tuan Vian dan menyanggahnya dengan bantal kecil yang ku temukan di bawah jok.
Mobil itu hilang dihadapan ku, lalu aku memasuki rumahku, lagi-lagi pemandangan yang paling ku kesalkan adalah keadaan rumah yang tak terbentuk.
Aku memunguti baju yang berserakan milik Kak Luhan dan... argh suara desahan dari kamar Kak Luhan membuatku ingin mengumpat rasanya.
Aku mengambil pakaian mereka dan melipatnya di sofa, lalu mencuci piring juga membersihkan meja makan.
1 jam telah berlalu, Akhirnya pekerjaan ku selesai. Melirik jam yang bertempel pada dinding membuatku menghela napas 02.32 pagi.
Sama halnya suara aneh yang sudah tidak ada lagi dari kamar Kak Luhan.
Memasuki kamar dan membersihkan diri, Setelah itu aku baru tertidur.
Aku bersyukur hari ini, dan besok aku akan mensyukurinya
...•••...
Pagi harinya Aku seperti biasa menyiapkan sarapan untuk kakak-ku, sungguh semalam aku hanya tidur sebentar saja karena tak lama aku tidur suara aneh itu terdengar kembali dari kamar Kakak.
Daripada seperti orang aneh yang hanya mendengar suara-suara desahan, lebih baik aku menyelesaikan skripsi ku, oh ya.. benar aku sebentar lagi akan lulus tinggal hanya menunggu Skripsi-Sidang-Revisi setelah itu aku tinggal magang dan...cari jodoh? tidak.
"Pagi" sapa seorang wanita yang semalam melayani kakak-ku,
"Pagi, silahkan dimakan sarapannya" ucapku sedikit malas.
Wanita itu duduk dan tak lama Kak Luhan datang dengan atasan yang polos dan juga rambut yang basah, mungkin habis mandi?
"Kamu layani Tuan Johnny nanti malam"
"Tidak... aku tidak mau!"
"Jadilah gadis penurut!"
"Aku tidak mau, kau saja!" balas ku santai tapi dengan nada kesal, lalu melanjutkan sarapanku.
Wanita disebelah kakak-ku hanya menatap jijik, apa dia menatap ku jijik? yang benar saja! harusnya aku yang menatap ia jijik karena sudah mau jadi wanita malam! aneh-!
"Kakak sudah mendapatkan kerja sama untuk perusahaan kita, jadilah gadis penurut-!"
"Aku tidak mau-! lagian kau apakan uang perusahaan Ayah? jangan menghambur-hamburkan uang dengan memboking wanita malam kak!" ucapku sambil meninggalkan meja makan.
Aku bergegas ke kampus untuk kuliah padahal sarapan ku belum selesai, nasi goreng yang ku buat untuk kakak dan wanita tersebut sedangkan aku tadi hanya roti dan omellet.
...•••...
"Apakah di caffe yang kita datangi kemarin membutuhkan pekerjaan?" tanya ku kepada Felisa.
Ya sudah kuputuskan untuk bekerja, dan uangnya ku pakai untuk biaya kuliah.
Aku tidak ingin di pakai untuk dibeli teman kerja kakak-ku, hanya untuk kebangkrutan perusahaan.
"Caffe? uhmm..sepertinya iya" balas Felisa membuatku ingin berteriak senang.
"Benarkah-!? kau tidak sedang membohongiku?" Felisa menggeleng.
"Tidak-! nanti akan ku antar kau menemui Kak Vano, dia yang memegang caffe itu" Aku mengangguk senang.
Secepat itu kah bantuan datang? senang sekali rasanya memiliki orang-orang baik di sekitar, Tuhan...Terima kasih atas nikmat mu.
Aku sangat-sangat bersyukur!
...TBC...
^^^Ig: @hana.jaem^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Eka Apriani
aq baru mampir 💪💪💪 thor 🥰🥰
2021-10-02
0
wahyu derapriyangga
cukup menarik thor.... mungkin masih ada ide ide nakal full imajinatif lain di episode episode berikutnya ya, sementara vote dulu ach
2020-10-22
0