Makasih udah mau baca enjoy guys-!
"Oh ya perkenalkan namaku Revalina, siapa namamu?" tanya Reva sambil mengulurkan tangan.
Aku pun menyambutnya dan menjabat tangan tersebut, "Samantha Selline Xiao" Reva terkekeh dan aku pun menyadari kebiasaan ku.
"Ah maaf, sudah kebiasaan" Aku pun malu sendiri.
"Tak apa kau wanita menarik yang pertama kali ku temui, hihi..." entah kenapa aku memiliki felling baik kepada Reva.
"Ah begitu" ucapku sambil menggaruk tengkuk leherku yang sama sekali tak gatal.
"Samantha?" panggilnya.
"Terserah kau saja, oh ya? Kemana kedua kakak mu itu? aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah menolongku semalam" jelasku antusias, entahlah rasanya aku sangat-sangat berterima kasih.
"Baiklah sebelum itu kau pakai ini" pintanya sambil menyodorkan foundation ke arahku.
"Untuk apa?"
"Hmm... itu kau harus menutupi bercak merah itu" sontak aku memegangi leherku.
Astaga... bagaimana bisa aku sampai lupa, aku sangat-sangat merutuki diriku saat ini. Aku pun dengan cepat menyambar Foundation itu dan mengaca di meja rias yang kutebak milik reva.
Ku oleskan bagian yang ada bercaknya saja dan...selesai.
"Makasih..kak? tidak Reva?" Aku bingung ingin menyebutnya apa.
"Aku angakatan 4 semester 6" ah!! lebih tua dariku toh.
"Ah aku angakatan 3 semester 2" Reva tersenyum senang.
"Baiklah aku memiliki banyak adik!" ucapnya senang. Wahhh ternyata saudara Kak reva sebanyak itu kah?
...•••...
"Apakah kita akan makan secanggung ini?" ucap Kak Reva memcahkan keheningan. Aku pun sama sarapan bersama 3 orang asing membuatku sangat amat canggung.
"Makan tidak boleh sambil berbicara!" tegas laki-laki yang kini dihadapanku.
"Ya! kau berani sekali meneriaki calon istri ku!" Kesal laki-laki lainnya.
Laki-laki tersebut kembar, aku pun memaklumi jika mereka memiliki sifat yang berbeda.
"Perkenalkan yang dihadapanku Vano dan disebalahnya itu Vian, yang lebih tua Vian" Jelas Reva kepadaku secara berbisik, Aku mengangguk mengerti.
Tapi entah kenapa aku lebih tertarik menatap Vian terus, jujur saja wajahnya lebih tampanan Vian daripada Vano dan matanya lebih terang dari pada Vano.
"Jangan menatapku!" aku pun terbelalak kaget saat kepergok menatapnya, aku menundukkan kepala dan merutuki kebodohan ku kali ini.
"Maaf, Vian memang seperti itu...dingin" Aku mengangguk memaklumi.
Kita semua melanjutkan sarapan yang sempat terhenti tadi, dan setelah itu kita sedikit bercerita lebih tepatnya Aku, Reva dan Vano, Vian dia lebih dulu untuk ke kantor.
Vian yang kutahui Ia dingin, dan tegas tapi sayangnya yang ku dengar dari Reva ia sudah memiliki banyak wanita, seperti itu.
Vano ia adalah tunangan Reva yang memang sejak kecil mereka besar, dan memiliki 2 adik.
...•••...
"Samantha!" panggil Reva sebelum masuk mobil.
"Iya kak!?" sedikit teriak.
"Kau kuliah di Universitas X bukan?" Aku mengangguk,
"Boleh meminta nomer ponsel?" Aku mengangguk da mendekati Reva.
"ini" Reva mengescan kode nomer ponselku, Setelah itu aku berterima kasih dan masuk kedalam rumah.
...•••...
Setelah pulang dari rumah wanita tersebut atau sebut saja yang sudah menolongku, aku bergegas ke apart, dan terkejutlah aku di dalam rumah.
"Astaga! kakak, apa yang kakak lakukan?" Ucapku sedikit berteriak dan membantu kakak berdiri dari lantai.
"Duduklah kak, akan aku ambilkan air hangat untuk kakak"
aish... kakak kebiasan jika memiliki masalah berakhir mabuk, hu-h~
Segeralah aku mengambilkan gelas di meja dan menuangkan air diteko yang sudah langsung panas, dan memberikan ke kakak.
"Minumlah kak"
Aku membantu kakak untuk meminum air hangat itu dan sedikit mengelus punggungnya supaya sedikit merasa enak.
"Kakak bisa ceritakan apa yang terjadi?" ucapku hati-hati.
Terakhir yang kutahu akhir-akhir ini kakak bertengkar hebat dengan seorang wanita yang kutahu adalah pacarnya, sudah hampir satu tahun mereka menjalin kasih.
"Kakak sudah putus"
Aku terkejut atas kejujuran kakak, bagaimana pacar kakak yang kutahu wanita yang sangat mencintai kakak bisa putus?
"karena kesalah pahaman?" Kakak menggeleng,
"Lalu?"
"Perusahaan bangkrut!" ucap kakak dengan nada kesal seperti menunjukkan kepada seseorang.
Aku pun sama halnya terkejut, Perusahaan Ayah bagaimana bisa?
"Ka-k?" panggil ku dengan nada kecewa.
"b-bagaimana bisa?"
"Karena Tuan Johnny memutuskan kerja sama, kau tahu kan? kalo Tuan Johnny sangat berpengaruh di perusahaan?" tanya Kakak, lalu aku mengangguk.
Benar Tuan Johnny sangat berpengaruh bahkan ia nomer ketiga dari 5 perusahaan terpengaruh.
Apa jangan-jangan kejadian semalam?
"Kamu menolaknya?" Entah kenapa pertanyaan itu seakan menyalahkan diriku.
"K-kak? apa kau tahu jika aku menolak atau menerimanya?" tanyaku parau tanpa melihat Kakak.
"Tidak. dan aku tak peduli!" tegasnya.
"Seharusnya kamu menerimanya bagaimana pun caranya!" Aku menoleh ke arah kakak, dan menatapnya tak percaya.
Apakah ini kakak ku? Luhan Xiao? apakah ini dirinya? dimana kakakku yang lembut itu? dimana pelukan dan tidak ada bentakan?
"Kakak! kau berbeda!" Pekik ku sambil berdiri menatap Kakak.
Aku meninggalkan kakak setelah itu ke kamar.
Brak!
Biarkan saja pintu yang tak salah ku banting kasar seperti itu, Aku takut, ini pertama kalinya Kak Luhan meneriaki ku, Terkejut? Pasti!
..._________________________...
...Felisa •|• Friend...
^^^Bisakah kita bertemu?^^^
Apa ada masalah?
^^^Ya. bisakan?^^^
Baik.
Dimana?
^^^Tempatku bekerja^^^
Baik Tunggu 10 menit lagi.
Read.
...________________________...
Setelah itu aku bersiap dan sekalian saja aku kerja setelah itu. Aku melangkahkan kaki ku melewati kakak yang masih bersender disofa.
"Mau kemana Kau?"
"Bukan urusan Kau, aku pergi dulu!" pamitku.
"Kau masih urusanku, dan jangan pergi tanpa izinku"
"Apa peduli kakak?" Kakak terdiam mungkin kali ini aku yang menang, huh! baik pergi ya pergi saja.
Dengan segera aku keluar dan keluar dari gang-gang kecil lalu mencegat taxi.
...•••...
"Hai!" sapa Felisa teman kuliahku, lebih tepatnya sahabatku.
"Hai, sedang senggang kan?" Felisa mengangguk, aku pun duduk di deoannya sambil membawakan 2 cangkir coffe, memang kebiasan kami berdua jika ke tempat kerjaku.
"Iya aku sangat senggang- oh ya apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Felisa membuatku menghela napas.
"Aku butuh bantuan mu kali ini" jedaku,
"Apakah Orang tua mu memiliki rekan kerja yang bisa membantu saham perusahaan keluarga ku?" tanya ku sendu.
Jujur saja aku sangat sedih mengingat saham Ayah sedang di dalam kurva kecil, dan apalagi kakak sampai meminum-minuman alkohol yang jarang sekali kakak minum.
"Orang tua ku? sepertinya ada tapi kau tahu sendiri, Ayah ku hanya pemegang saham tersebut bukan memiliki perusahaan tersebut"
Ah! aku baru ingat, benar Orang Tua Felisa hanya pemegang, bukan memiliki, juga dirinya yang tidak tahu menahu tentabg hal bisnis, dia saja kedokteran sama halnya diriku.
Bahkan kita masih di angkatan 3 yang artinya baru kuliah 3 tahun, masih ada 1 tahun lagi untuk magang(koas) dan memiliki biaya sendiri.
"Begitu...baiklah terima kasih" ucapku kecewa
"Maaf, aku sejak awal tak bisa bantu" ucapnya menyesal.
"Apa kau bilang? tidak membantu? ya! kau selalu membantuku! bahkan kau sahabatku sejak SMA dan kita berhasil bersama. Jangan pernah kau tak selalu membantuku!" ucapku kesal karena Felisa selalu saja tak enak hati.
...TBC...
^^^ig: @hana.jaem^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Noli loliii
felisa ini anak aldo sama nita ya? anak sambung dr fathia
2021-01-16
0