Mas Duda

Bonus semalam.

Bonus semalam.

Bonus semalam.

Kalimat itu terngiang di kepala Arumi semenjak tiba di rumah bosnya. Pikirannya mumet sendiri ketika berusaha keras mengambil ingatannya saat mabuk.

"Bonus semalam. Maksud pak Eric apaan sih," racau Arumi yang mondar mandir di depan toilet.

Anak-anak masih sekolah. Jadi, belum ada serangan pertanyaan dari mereka. Ketika Arumi baru menginjakan kaki tadi, mba Ovi sudah siap dengan todongan pertanyaannya.

"Teman kamu rumahnya di mana? Kok kamu bisa kehujanan? Kamu tidur di rumah lama kamu?"

Hujan? Di musim kemarau seperti ini turun hujan. Sebenarnya siapa yang mabuk malam tadi, bosnya atau dirinya. Memori daya ingatnya benar-benar tidak berfungsi mendadak saat dibutuhkan.

"Iya, aku terjebak hujan sampai tengah malam. Jadi, aku mutusin tidur di rumah lamaku." Harus hati-hati jika berbohong, jangan sampai lidahnya terpleset sedikitpun.

Arumi hanya mengikuti alur pertanyaan teman kerjanya yang lebih tua tiga tahun darinya. Sekarang, Arumi berusia kisaran 32 tahunan. Temannya itu sudah menikah, tapi anaknya dititipkan ke ibunya karena sang suami harus bekerja di luar negeri untuk membangun rumah.

Tinggal di rumah ini sudah sedikit stres, jadi Arumi tidak akan berusaha mengingat apa yang tidak bisa diingat. Bisa-bisa jadi double stres memikirkan kewarasan bosnya.

"Semalam pak Eric tidur di mana?" Otaknya tidak sinkron dengan hatinya.

Mengambil ancang-ancang lebih awal bukan hal buruk. Mengirim spam pesan untuk bosnya menjadi jalan ninjanya. Siapa tahu anak-anak yang super kepo nantinya akan melempar pertanyaan aneh terhadap dirinya. Seperti pertanyaan mama tadi malam tidur sama ayah? Perempuan itu saja tidak tahu apa yang terjadi setelah di pesta bosnya.

Pak, saya harus jawab apa kalau ditanya anak-anak tentang semalam?

Pak bos yang jelasin ke anak-anak saja ya.

Beri bocoran sedikit tentang mabuk saya semalam, supaya saya bisa sedikit mengingat.

Bos tadi malam beri alasan apa sama orang rumah?

Anak-anak beri penjelasan apa sama bos tadi malam?

Tidak ada balasan sedikitpun dari pemilik gawai yang terus bergetar di atas meja rapat. Lelaki itu hanya melirik sekilas layar gawainya dan melihat pop up pesan dari pengasuhnya. Baginya tidak penting, kecuali laporan tentang anaknya.

Lelaki itu menuju mejanya setelah selesai presentasi. Giliran Rai yang bekerja mencatat apa saja usulan dari bawahannya tentang inovasi properti. Diraihnya ponsel yang menganggu dirinya sedari tadi.

Bos kampret.

_Eric

Eric tidak bisa menutupi ketercengangannya ketika melihat pesan terakhir pengasuh anaknya. Ada beberapa mata yang melihat ekspresi aneh bosnya, bahkan ada yang berbisik kenapa? ke sesama rekannya di tengah rapat yang sedang berjalan.

Lelaki itu mengetik beberapa huruf untuk membalas pesan dari pengasuh anaknya.

^^^Bonus semalam saya cancle. Kamu kurang ajar sama saya Arumi ngatain saya kampret.^^^

Eric langsung menenggelamkan gawainya ke kantong jasnya. Tidak butuh protesan dari Arumi, keputusannya sudah bulat untuk tidak memberi uang bonus semalam. Permintaan itu diucapkan ketika Arumi sedang tidak sadarkan diri, jadi sebuah keuntungan besar untuk Eric supaya tidak mengeluarkan uang sebesar itu dari tabungannya.

"Bonus apaan sih? Dari pagi, perasaan bos bahas bonus terus." Arumi menimang-nimang gawainya di atas meja makan.

Sekelebat ingatannya muncul sebelum dia kobam. Drama atas bosnya perlu ditukar dengan cuan. Prinsip tidak ada yang gratis di dunia ini kembali mengerebungi otak Arumi. Mungkin, bonus yang dimaksud bosnya adalah bonus karena dia telah menyelamatkan bosnya dari status duda jomblo ngenes alias Du jones jika diucapkan terdengar seperti kalimat Duh Jones.

Oke. Jangan panik kalau tiba-tiba teman pak bos tahu, kalau sebenarnya tadi malam hanya sandiwara belaka.

_Eric

Meskipun, Arumi tidak tahu berapa nominal uang yang disetujui oleh bosnya tadi malam. Setidaknya ancaman kecil itu mampu mencairkan uang.

Arumi menekan kata iya setelah memencet blokir nomor bosnya. Blokiran hanya bersifat sementara untuk memeras duit bosnya. Bayaran karena dirinya mabuk juga belum didiskusikan. Betapa bahanya seorang perempuan mabuk di malam hari bersama seorang laki-laki yang menduda. Di umur yang sudah dewasa tidak perlu dijelaskan lagi peristiwa apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Akhhhh, bisa-bisa makhluk licik itu mengancamku." Erangan frustasi Eric membuat Rai bingung yang tengah berdiri meminta tanda tangan bosnya.

Makhluk licik seperti apa yang ada dipikirannya sang bos.

Rai hanya diam enggan bertanya. Takut kalau mood bosnya sedang buruk, bisa-bisa dia terkena imbasnya.

Bukan masalah kecil, jika orang yang semalam ikut pesta tahu akan fakta sebenarnya. Sebagian bapak-bapak yang di sana mengincar dirinya untuk dijadikan menantu. Perempuan berlipstik tebal itu juga pernah menawarkan dirinya secara langsung hadapan Eric. Meskipun duda, Eric bisa menahan godaan sundal bolong berlipstik tebal.

Dua kali Eric memencet tombol telepon diaplikasi WA-nya. Namun, tidak bisa dihubungi lantaran dirinya diblok oleh pemilik nomor itu.

"Mana ponsel kamu." Eric tidak menanyakan keberadaan gawai milik bawahannya, tetapi dia akan meminjamnya untuk menghubungi Arumi.

Perempuan itu galau ketika melihat nomor asing tertera di layar gawainya. Sudah tidak ada kuis sabun berhadiah di zaman sekarang, adanya penipuan berkedok macam-macam. Dia tidak suka menerima panggilan dari nomor asing.

Tiga kali panggilan baru Arumi angkat setelah Eric mengirim pesan terlebih dahulu. Sebelum membuka suara, Eric membuang napas kasar.

"Setelah ngatain saya kampret, terus kamu mengancam saya? Sungguh otak kamu perlu diperiksa Arumi. Bukti pesan dari kamu bisa saya laporkan ke polisi sebagai bentuk pemerasan. Itu bisa dipidanakan Arumi."

Arumi kaget mendengar ceramah dari bosnya. Ancaman macam apa yang dapat menjembloskan dirinya ke penjara. Bukankah bonus itu juga layak dia dapatkan. Soal ancaman itu, Arumi hanya bergurau saja. Mana bisa dia memberi tahu ke rekan bsinis Eric, sedangkan dia saja tidak tahu siapa yang ada di meja pesta semalam.

"Bos." Arumi ingin meluruskan ancamannya supaya tidak masuk kejalur hukum.

"Kamu bahkan lebih membuat saya frustasi, ketimbang anak-anak saya." Eric memijat dahinya yang sakit akibat perbuatan otak Arumi.

"Bos."

Tut tut tut.

Panggilan di akhiri secara sepihak oleh bos yang membuat Arumi menahan napas sedari tadi. Bos macam apa yang otaknya cuma lurusan saja. Bahkan semenjak dia menginjakkan rumah ini, dia belum pernah melihat bosnya tertawa ngakak atau sekadar senyum ramah. Yang ada hanya marah, emosi, perintah.

Dipertemuan pertama memang membuat Arumi terkesan. Dia mengantarkan anaknya pulang tanpa pamrih, ikut takziyah sampai acara selesai dan meloloskan Arumi dari jeratan depkoletor. Kini dia malah terjerat dengan manusia aneh yang emosian.

"Ini paling jenis manusia yang tidak punya teman waktu sekolah," umpat Arumi di depan foto besar Eric yang di ruang keluarga.

Terpopuler

Comments

Ati Tusmiati

Ati Tusmiati

kayak Tom and Jerry awas Erick dan Rumi benci Ama cinta itu beda tipis entar jatuh cinta

2022-06-29

0

Ulfa Riady

Ulfa Riady

gustiiiii...ngakak sendiri bacanya misuwa sampe geleng"liat aku....ada ya simulasi mati...kirain gempa aja yg ada simulasinya ....kereen thooor😍😍😍

2021-11-02

0

Lilik Lailatul Maghfirah

Lilik Lailatul Maghfirah

Musuh dalam selimut 😂😂😂😂😂😂

2021-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!