Mas Duda

Membayangkan aki-aki terkejut dan gigi palsunya copot membuat perut menggilitik. Kalau aki-akinya macam Eric yang dikageti malah ketiban bala sesudahnya. Penyesalan memang selalu di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran.

Salon. Tempat wanita mempermak sesuatu yang ada di tubuhnya.

Kalau pergi ke salon gratis, siapa yang menolak? Tetap saja ada. Arumi beribu kali menolak dan memohon untuk menghentikan permintaan bos kupretnya. Bukan untuk dipermak, tapi dia disuruh memotong rambut panjangnya. Wajahnya sudah memelas di depan cermin saat jam makan siang Eric. Bosnya harus memastikan bahwa pengasuh anaknya itu potong rambut.

Menyesal. Kata yang diberi imbuhan me- mewakili perasaan Arumi sekarang. Coba saja dia bisa memutar waktu tadi malam, pasti dia tidak berakhir di sini.

Ide memberi kejutan ulang tahun bosnya berakhir mengenaskan. Pura-pura menjadi mba Kun(ti) tiba-tiba terbesit di pikirannya. Perempuan itu tidak tahu kalau bosnya sangat takut bahkan membenci hal mistis.

Tadi malam, mendadak lampu padam tanpa terencana si pembuat kejutan. Untuk mengetahui kapan tanggal lahir seorang Eric Andreas sangat mudah. Tinggal baca di identitas anaknya saja, Arumi sudah tahu. Dua hari sebelum kejutan ini, perempuan itu tidak sengaja membaca foto copy akta kelahiran anaknya yang tercecer dibuku-buku lamanya Raka dan Talita.

Kosplay jadi hantu nusantara yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Mentok-mentok jadi batu di pentas drama berjudul Malin Kundang. Awalnya juga menolak jadi pemeran karena dia sangat buruk dalam hal akting. Sekarang, sudah jago gara-gara sudah menghadapi realita pahit.

Kejutan itu disambut ketakutan yang berujung amarah oleh Eric. Mbak Ovi dan anak-anak juga terkejut melihat reaksi Eric yang sangat ketakutan. Yang paling menakutkan adalah saat Arumi dimarahi habis-habisan oleh Eric.

"JANGAN PERMAINKAN SAYA, MENTANG-MENTANG SAYA BAIK KE KAMU."

"KURANG AJAR. SAYA PALING BENCI SAMA MISTIS."

Masih banyak lagi luapan kemarahan dari seorang Eric ke pengasuh anaknya. Konsekuensinya harus dibayar tuntas saat ini juga. Tidak ada penolakan ataupun tawaran. Kepalanya masih meletup-letup jika mengingat hal semalam. Dikerjai habis-habisan oleh orang rumah.

"Kamu biang dari segalanya. Makanya, yang saya hukum cuma kamu saja."

Arumi menatap Eric dari balik cermin. Lelaki itu terus mengawasi Arumi. Rambutnya harus dipotong pendek supaya tidak bisa menyamar lagi jenis hantu. Eric harus memastikan tukang salon memotong rambut Arumi di depan kepalanya sendiri.

Kalau saja Arumi tahu, bahwa bosnya sangat membenci hal mistis, dia pasti tidak akan mengerjai habis bosnya yang ketakutan. Malam tadi Eric berteriak habis-habisan memanggil dirinya untuk membantu mengusir hantu jadi-jadian. Jelas, Arumi tidak bisa menolong. Dia adalah pelakunya.

Ketahuan. Mereka ketahuan setelah Talita muncul disusul lainnya menertawakan ketakutan bosnya.

Panik. Semuanya panik ketika melihat wajah Eric yang pucat ketakutan. Seandainya, dia anak kecil pasti sudah kencing di celana.

...----------------...

Dengan penampilan barunya Arumi mengekori Eric ke dalam mall. Dia masuk ke dalam pakaian wanita. Mewah dan elegan. Bajunya bisa seharga gaji Arumi sekitar tiga bulanan. Dres panjang berwarna hitam Arumi terima dari tangan Eric. Bingung, pastinya. Orang mana yang tidak bingung jika diberi pakaian seperti itu secara mendadak. Takutlah, kalau pakaian itu menggunakan uang gajinya nanti. Bisa-bisa niat hengkang dari kediaman bosnya hanya isapan jempol belaka..

"Pakai, jangan nolak." Gimana mau nolak, wajah pria di depannya sangat menyeramkan.

Ruang ganti menjadi tempat Arumi bernapas. Sejak tadi malam, bosnya tidak menunjukkan aura putih.

Kakinya yang lumayan jenjang terekspos, bagian pahanya juga terekspos ketika Arumi melangkah keluar mengenakan dres panjang yang melekat di tubuhnya. Risih karena perempuan itu tidak pernah mengekspos bagian kurang ajarnya itu. Dia sesekali menutupi pahanya dengan kain dres.

"Pak, mending beli gamis sekalian saja. Ini sayang kalau dresnya sudah panjang, tapi ada belahan panjangnya." Sebenarnya takut kalau mau protes, tapi gimana lagi Arumi tidak nyaman dengan pakaiannya.

"Itu fashion Arumi. Cocok di tubuh kamu." Pujian atau hukuman yang Arumi dapatkan sekarang.

Arumi kembali ke pakaian ganti. Dres hitam pilihan Eric sudah terbungkus di paper bag yang ditenteng Arumi. Kalau saja pakaian ini murah, sudah Arumi lempar ke tong sampah yang dia lewati di dekat eskalator.

"Kamu bisa jalan pakai sepatu tinggi kan?"

Hukuman apa lagi ini? Arumi mau disuruh cosplay jadi apa? Dres haram, sepatu tinggi? Nanti apalagi? Wajah berdempul make-up? ASTAGA NAGA.

"Saya kalau pakai high heels suka keseleo pak. Mending pakai swallow saja." Bukan waktunya bercanda Arumi.

"Justru, kalau kamu keseleo saya senang Arumi. Saya suka, kalau orang yang kurang ajar sama saya menderita." Psikopat macam apa ini.

High heels bermerek sudah berada di tangan Arumi. Ukurannya sudah pas dan serasi dengan dres hitamnya. Kerandoman bosnya membuat Arumi sakit kepala. Dia diusir mentah-mentah oleh bosnya di depan mall. Tidak diantar pulang dan tidak ada uang transport dari bosnya untuk pulang. Naik onta juga butuh cuan.

Supir taxi yang mengantar pulang Arumi harus menunggu perempuan itu mengambol uang terlebih dahulu di dapam rumah. Kesialan terus menimpanya dari tadi malam, Arumi lupa membawa dompet setelah memberi uang saku anak-anak di meja makan.

"Maaf ya pak, nunggu lama." Arumi menyerahkan uang ke supir taxi.

"Tidak apa-apa neng."

Belanjaannya dilempar begitu saja oleh Arumi di atas kasurnya. Dia tidak ingin mengenakan baju itu jika bosnya nanti menyuruh dirinya. Paling-paling bosnya berbuat hal random saja untuk menghabiskan uang gajian bulan ini yang masih tersisa banyak. Orang kaya yang bingung bagaimana cara menghabiskan uang sangat menjengkelkan. Bisa dijual ulang melalui media sosial dan mendapatkan untung yang menggiurkan. Barang gratis berujung manis. Cuan datang hatipun senang, begitu pikir Arumi sekarang.

"Bos yang beliin?" Arumi menunduk lesu.

"Ini sih bukan hukuman, Rumi. Kamu tambah cantik, dan dapat setelan mahal."

Otak mbak Ovi saja yang tidak sampai. Ini namanya hukuman kalau ternyata uang ini dibeli menggunakan uang gaji bulan kedepannya. Dia akan terpenjara dan darah tingggi di dalam istana ini. Kalau mati berdiri gimana?

"Bentar-bentar." mbak Ovi berpikir sejenak. "Rum, jangan-jangan pak bos nyuruh kamu cosplay jadi wanita nacal. Secara dia itu, sudah lama menduda."

Pikiran mbak Ovi macam orang benar saja. Alih-alih istirahat, Arumi malah overthinking karena ucapan teman seperjuangan nya itu.

"Duhh, masa bos serendah itu sih. Tapi kalau beneran gimana? Gila apa, aku cosplay jadi tante-tante penggoda." Arumi frustasi.

Mana konspirasi yang benar? Pikiran Arumi atau mbak Opie? Selama rebahan di atas kasurnya Arumi tidak tenang. Takut jika salah satu konspirasi itu terjadi. Uang yang jadi taruhan atau harga diri yang jadi taruhan?

Terpopuler

Comments

Suminem

Suminem

visualnya thor

2021-06-22

0

Anung Andarsih

Anung Andarsih

👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
kocak thor...aku suka...
aku 10 like untukmu...💪💪💪💪

2021-06-04

2

Lia

Lia

8 like untukmu thor, semangat

2021-05-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!