Mas Duda

"ARUMI! MANA ANAK SAYA. SAYA BUTUH UANG SEKARANG!" Suara kasar itu menggema di rumah Arumi.

"Cipta," seru Arumi yang langsung memeluk Naya.

Cipta adalah mantan suami Arumi. Mereka berpisah setelah Naya hadir di muka bumi kurang lebih dua bulan. Pernikahannya berakhir begitu saja lantaran Cipta tidak memberi tempat nyaman untuk Arumi dan Naya. Setiap hari Cipta pulang rumah dalam keadaan mabuk, belum lagi lintah darat yang mengapelinya setiap saat untuk menagih hutang. Arumi bahkan tidak tahu apa yang suaminya pinjam dari mereka.

Usut punya usut. Cipta meminjam uang kepara depkoletor karena judi. Hidupnya akan hampa tanpa judi dan mabuk. Cipta memang tipe lelaki setia, sekobam apapun dia. Lelaki itu tidak akan pernah menyentuh secuilpun para wanita. Minus dia adalah pemabuk dan penjudi. Perbuatan jelek itu dia lakukan setelah dia menemukan alat tesk pack di tas Arumi dan pengakuan kehamilan secara langsung dari Arumi.

Seperti saat ini. Cipta datang meminta uang kepada Arumi, meskipun dia sudah bercerai beberapa tahun lalu. Imbalannya adalah Naya, anak semata wayangnya itu akan ditarik paksa oleh Cipta. Bukannya Arumi ingin memisahkan anak dengan bapaknya, tetapi Cipta tidak membutuhkan Naya. Cipta hanya butuh duit, duit dan duit. Jika Naya berpindah ke tangan mantan suaminya, maka bisa dipastikan Arumi tidak akan pernah melihat Naya kembali. Naya akan dijual oleh Cipta jika Arumi menolak memberi uang untuknya.

Lelaki bedebah seperti Cipta tidak pantas hidup. Dia adalah benalu bagi siapapun. Kalau saja dulu Arumi tidak memberi kesempatan untuk menikahinya, pasti dia tidak akan sesengsara ini. Arumi terpaksa menyerahkan mahkotanya sebelum dia menikah karena saat itu Arumi diberi obat perangsang oleh teman Cipta. Jaminan cinta dan kesetiaan hanyalah omong kosong belaka. Cipta lebih setia dengan arak-arak dan uang receh hasil judinya.

"CIPTA! Kamu tidak lihat saya sedang tertimpa musibah." Setelah mendengar pintu yang terbanting, Arumi mendatangi Cipta yang sedang tersulut emosi karena kalah judi.

"Tua bangka itu pantas mampus." Tangan kirinya bersender pada dinding ruang tamu.

"Cukup! Aku sudah muak dengan ancaman kamu. Aku tidak peduli lagi kamu akan membusuk di jeruji besi atau kandang anjing kelaparan sekalipun. Naya akan tetap di dekatku." Urat emosinya begitu kentara.

"Oh, kamu berani melawan aku karena sudah ada lelaki yang menggantikan posisi aku?" Cipta menunggingkan bibirnya seram.

"Dia bukan siapa-siapa aku. Dia hanya orangtua teman Naya." Arumi bukan perempuan yang hanya bisa menangis ketika mantan suaminya menginjak-injak harga dirinya. Dia hanya tidak rela jika anak semata wayangnya disentuh oleh Cipta.

Eric menutup telinga Naya saat melihat pertengkaran Arumi dengan mantan suaminya. Sebelumnya, Arumi tidak pernah berkata kotor seperti itu. Dia hanya terlalu lelah menghadapi sifat mantan suaminya. Orangtua Arumi sangat membenci Cipta karena lelaki bedebah itu tidak pernah berubah. Salah Arumi yang memberi kesempatan Cipta untuk mencintai dirinya.

"Pacar kamu wangi dan rapih." Cipta mengendus-endus Eric yang tengah bersama Naya.

"Duitnya banyak. Pasti kamu sering diberi uang." Cipta mengitari tubuh Eric.

"Mana uang untuk aku, ARUMI. Atau Naya aku jual." Dengan secepat kilat Naya sudah berpindah ke tangan Cipta.

"Jangan sentuh anak aku." Keributan seperti sering terjadi jika Cipta kalah tarung dengan teman lawannya.

"Lepasin anak itu." Eric mencoba mengambil alih Naya. Namun, tangan kanan Cipta sudah melilit di leher Naya.

"Itttsss, jangan coba melawan. Sekali tekan, Naya bakal mati." Naya yang terancam hanya hisa menangis meronta.

"Mamaaa." Air matanya mengalir, Naya sangat ketakutan.

"Jangan berani sama perempuan saja. Ayo kita selesaikan, kalau kamu menang saya akan beri kamu segepok uang." Eric melipat lengan bajunya sampai siku. Dia bersiap untuk menonjok Cipta.

"CIPTA! JANGAN LARI LO. GUE TAHU LO ADA DI DALAM." Suara kegaduhan kembali terdengar dari luar.

Tiga laki-laki bertubuh kekar telah tiba di depan Arumi. Mereka adalah lintah darat yang selalu menggerogoti kantong Arumi karena ulah mantan suaminya. Cipta selalu lari terbirit jika mendengar suara gahar tersebut. Jaminannya nyawa. Cipta akan mati mengenaskan di tangan mereka jika tidak lekas membayar hutangnya.

"Breseng**k!" umpat Cipta karena dia terancam.

"Jangan kabur kau." Cipta lolos begitu saja dari kejaran Eric.

Eric keburu menangkap tubuh mungil Naya yang terlempar dari Cipta. Ketiga lintah darat tersebut masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Cipta. Hutang yang dibayarkan oleh Arumi belum cukup untuk menutupi bunganya.

"Mana suami Lo." Salah seorang berbadan sangar bertanya ke Arumi.

"Kalau dia menghindar terus menerus. Kami terpaksa meminta sertifikat rumah ini. Gue enggak peduli kalian mau tidur di mana. Gue beri waktu besok buat bayar 50 juta. Atau terpaksa rumah ini milik kami." Lintah darat itu sudah muak dengan Cipta. Tubuhnya memang sangar, tapi hatinya bak hello kitty yang penuh belas kasih ke kaum hawa.

Para lintah darat sudah memperingatkan semua ini satu bulan lalu. Namun, nyatanya Arumi masih belum bisa melunasi hutang yang bahkan dia tidak pernah ikut merasakan uang tersebut. Cipta seperti belut yang licin, dia bisa lolos dari cekalan para rentenir.

"Jangan usir mereka. Saya yang akan melunasi semuanya." Eric tidak ingin tinggal diam.

Melihat kehidupan anak temannya yang berbanding terbalik membuat hatinya tergugah untuk membantu. Dia tidak bisa membayangkan jika Naya dan mamanya tidur di kolong jembatan.

"Ada malaikat nih," seru lelaki bertato macan di lengan kirinya.

"Besok, ke kantor saya. Ambil cek 50 juta sesuai keinginan kalian. Ini kartu nama saya." Eric menyerahkan kartu nama yang di dalam dompetnya.

"Oke. Kami akan datang besok. Jangan main-main sama gue." Lelaki itu menabok lengan Eric pelan.

Uang 50 juta mustahil Arumi dapatkan dalam jangka waktu satu hari. Jual ginjal pun butuh proses. Hari ini Arumi dengan mudah mendapatkan bantuan uang sebesar itu dari orang yang bahkan belum dia kenal sebelumnya.

Para lintah darat sudah pergi dari rumah Arumi. Jaminan kartu nama Eric membuat mereka percaya. Pemilik perusahaan besar seperti Eric tidak mungkin berbohong. Zaman sekarang nama baik sangat diagungkan. Sekali tercoreng, gedung itu bisa luluh lantah.

"Pak, Saya tidak bisa mengganti uang tersebut secara cepat. Mohon beri saya waktu untuk mengganti semuanya." Arumi bingung harus mengganti kebaikan orangtua teman anaknya gimana. Semuanya terasa mendadak.

"Jangan buru-buru. Saya akan beri waktu semampu kamu." Eric meraih tangan Naya yang ada di sampingnya.

"Om, terima kasih." Naya memeluk kaki Eric yang panjang.

"Sama-sama." Usapan halus mendarat di kepala Naya.

"Saya pergi dulu," pamit Eric.

Arumi sangat berhutang budi dengan Eric. Dia tidak bisa membayangkan jika harus tinggal di empeean jalan atau kolong jembatan. Jatuh tempo hutang yang melilit sangat merepotkan.

"Siapa nama lelaki itu, aku sampai melupakan menanyai namanya," gumam Arumi saat Eric sudah melesat meninggalkan kediamannya.

Rasanya tidak etis jika sudah berhutang uangnya, tapi tidak tahu namanya.

Terpopuler

Comments

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

kenapa harus di pelihara orang seperti Cipta buang aja tu dianya

2023-03-14

0

dhapz H

dhapz H

orang seperti cipta kenapa hrs di pelihara sih arum

2021-06-26

1

Istianah

Istianah

pasti Arumi bisa sabar dan tabah menghadapi coba'an darimu thorrr

2021-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!