Anna mengetuk pintu ruangan Kerem sebelum masuk, setelah mendengar sahutan dari dalam Anna pun memutar hendel puntinya perlahan, ia membuka lebar daun pintu itu sebelum menutupnya kembali. Matanya membulat dengan sempurna saat menatap ruangan Kerem yang berantakan, lantainya dipenuhi oleh kertas yang
berserakan.
Tatapannya berpindah pada pria yang duduk di belakang meja kerjanya, matanya sedikit pun tak lepas dari laptop di depannya, seakan tidak menyadri kehadiran Anna disana. Anna terus mendekat ke meja Kerem, ia melangkah
dengan hati-hati takut menginjak kertas – kertas yang hampir memenuhi lantai.
Anna sudah berdiri sekitar dua menit tapi Kerem seakan tidak melihatnya yang sudah berdiri diujung mejanya, Anna yang mulai jengah melipatkedua tangannya menatap pada Kerem tanpa berkedip, ia mencoab menahan rasa kesal yang mulai menyelimuti hatinya.
“Apakah Tuan menyuruhku datang untuk berdiri saja disini,” Tanyanya memecah kesunyian dalam ruangan itu. Kerem yang tetap acuh jangankan menyahut menoleh sedikit saja pun tidak. Anna mendengus kesal melihat tingkah Kerem yang mengacuhkannya, merasa kehadirannya tidak dibutuhkan ia pun memutar tubuhnya kembali, tapi baru saja ia hendak melakukannya terdengar suara barito Kerem membuat Ann amengehntikan gerakannya.
“Eee…siapa yang menyuruhmu pergi,” Kerem mengarahkan tatapnya pada Anna yang juga sedang menatapnya, untuk sesat kedua maniknya bertemu, namun Anna dengan cepat memutuskannya.
“Aku bukan patung yang akan diam saja berdiri di depan mejamu,” sahut Anna menatap ke jendela ruangan Kerem.
“Aku kesini memanggilmu bukan untuk jadi patung juga,” sahutnya santai. “ Sekarang kau lihat disekelilingmu,” tunjukanya sambil menegakan kepalanya.” Kau bereskan
semua kertas yang berserakan itu setelah
semuanya kembali rapi kau boleh pergi.”
“Apa…!”
Anna sangat kaget dengan perintah Kerem yang tidak masuk akal baginya, Ia melangkah lebih mendekat sehingga tubuhnya menempel di meja kerja Kerem, menatap tajam pada pria yang tengah bersandar dengan sangat santai di kursinya kerjanya sambil memainkan pena ditangannya, sekan tidak ada beban sedikit pun saat ia mengucapkannya.
“Hai tuan Kerem terhormat, kau pikir saya petugas kebersihan enak saja kau menyuruhku melakukannya.”Nada bicara Anna yang ketus mewakili perasaan kesal yang telah membungkus tubuhnya. Kerem sedikit pun merasa tak terganggu ia malah menarik sudut bibirnya saat menatap Anna.
“Kau panggil petugas kebersihan sekarang. Saya permisi.” Selesai bicara Anna pun membaliknya tubuhnya berjalan dengan langkah lebar menuju pintu keluar ia tidak peduli dan menginjak begitu saja kertas-kertas itu.
“Baikla jika kau menolak, sampai bertemu di penjara,” sahut Kerem santai. Anna yang hendak memutar hendel pintu menahan gerakannya, ia menolehkan wajahnya kasar menatap dengan tatapan seakan ingin menelan Kerem hidup-hidup.
“Laporkan saja saya tidak takut,” teriaknya cukup keras, napasnya mulai naik turun menahan amarah dalam dirinya karena tidak terima direndahkan oleh Kerem walaupun ia pemilik rumah sakit ini.
“Baiklah,” sahutnya santai lalu menjangkau ponselnya yang terletak diatas meja.
Ia terus menatap Anna yang juga menatapnya tajam, ia melihat bahunya yang mulai naik turun pasti dirinya sekarang tengah mencoba
mengendalikan amarahnya yang sudah mencapai ubun-ubun, Kerem memang senagaja melakukannya karena Anna sudah berani mengabikan panggilannya dan hukuman itu rasanya sangat pantas untuknya.
“Baiklah, aku kan membersihkannya,” ujar Anna akhirnya mengalah, suaranya sangat pelan saat mengatakannya tapi telinga Kerem masih bisa menangkapnya dengan sangat jelas, Kerem menggenggam ponsel ditanganya, mengatupkan bibirnya menahan rasa puas karena telah berhasil mengerjai Anna.
Anna mulai berjongkok memungut kertas – kertas yang berserakan itu satu persatu, walaupun hatinya masih sangat tak terima tapi ia memilih untuk mengalah karena ia tidak mungkin memang melawanya, ia terus
melakukan pekerjaanya tanpa sedikit pun bersuara. Kerem yang terus mengamati
Anna dibalik meja kerjanya tersenyum sangat puas.
Anna meletakkan kertas yang sudah ia susun diatas meja sofa, sekitar lima belas menit ia hampir menyelesaikan pekerjaanya, tanpa ia sadari Kerem sudah berdiri didepannya membuatnya mendongakkan kepalanya saat menatap wajah Kerem.
“Kau susun kertas itu sesuai dengan mapnya.” Kerem melangkah pergi duduk disofa, Anna dibelakangnya bersungut-sungut kesal karena tidak cukup untuk mengumpulkan kertas itu saja, tapi ia harus memilahnya satu persatu, tentu saja ini akan
memakan waktu yang tidak sebentar bisa-bisa jam makan siangnya habis karenanya.
Anna mendudukan tubuhnya dilantai di dekat meja sofa, mulai memilah-milah kertas itu dan meletakan di mapnya masing-masing. Kerem dengan santai menaikan satu kakinya bersandar pada sofa sambil memainkan ponselnya. Bulir-bulir keringat mulai memercik di kening Anna sesekali ia menyekahnya dengan tanganya, Ac dalam ruangan tidak mampu mendinginkan tubuh dan hatinya yang panas.
“Ambil ini,” selah Kerem mengulurkan tisu tepat didepan wajah Anna, ia melirik sejenak pada Kerem tanpa bersuara ia menyahut tisu itu, membuat Kerem menarik satu sudut bibirnya melihat wajah Anna yang masih sangat yang dongkol padanya.
Anna menarik napas lega saat ia menyelesaiakn tugas gila yang
diberikan Kerem padanya, ia membawa map-map itu dan menyusunya diatas rak yang
tidak jauh dari meje kerja Kerem. Baru saja ia menyelesaikan pekerjaanya, terdengar ketukan pintu dari luar, Anna mengintip dari balik rak menatap siapa yang datang, ternyata Jordan sekretaris Kerem, di tanganya menenteng d bungkusan yang cukup besar, setelah meletakan bungkusan itu diatas meja ia pun kembali keluar.
“Pekerjaanku sudah selesai. aku permisi dulu,” ucap Annaberdiri tak jauh dari tempat Kerem.
“Duduklah,” perintah Kerem tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Anna.
“Tidak, terima kasih, aku harus kembali bekerja karena ini sudah terlambat.”
“Kalau aku suruh duduk ya duduk, kau ini suka sekalimembantah. Apa ingin aku tambah lagi hukumannya.” Dengan cepat Anna menggelengkan kepalanya itu saja sudah membuatnya pusing apalagi harus ditambah lagi. Ia pun menurut mendudukan tubuhnya di sofa yang bersebrangan dengan Kerem.
“Aku tau kau lapar karena telah melewatkan makan siangmu. Bukalah di dalamya ada makanan,” jelasnya menaikkan dagunya menunjukan kantong diatas meja.
Alhamdulilah, sadar juga kau kalau aku ini sudah sangat kelaparan.
Anna menjangkau kantong di depanya dan mengeluarkan semua makanan yang ada di dalamnya dan meletakkan dengan sangat rapi diatas meja. Ia menautkan kedua alisnya melihat begitu banyak makanan didepannya, ia melirik pada Kerem yang tengah sibuk dengan ponselnya.
Tanpa bicara lagi Anna menyantap makanan yang terlihat sangat menggiurkan ditambah lagi perutnya yang sudah keroncongan, “Eehmm, ini enak sekali.” Pujinya diselah suapannya. Menikmati setiap suapannya, merasa diperhatikan Anna mengangkat sedikit wajahnya dan benar saja Kerem tengah menatapnya dengan seringai mengejek dibibirnya.
“Apa...,” ujar Anna dengan mulut yang penuh dengan makanan.
“Sudah berapa minggu kau tidak makan,” tanyannya mengambil makanan didepannya dan mulai menyuapinya.
“Enam bulan,” sahut Anna asal sambil menelan makanan yang ada dimulutnya.
“Mana ponselmu.”
Anna yang tengah minum menepuk-nepuk mengambil ponsel dari saku bajunya dengan
tangan kirinya lalu menjukannya pada Kerem.
“Kenapa tidak menjawab panggilanku,” tanyannya lagi menghentikan kunyahannya.
“Aku lagi sibuk, makanya tidak bisa menjawabnya.” Ucap Anna berbohong. Tentu saja Anna tidak berani mengatkan yang sebenarnya kalau tidak ingin dimarahi oleh Kerem.
“Kau kan bisa menelpon aku setelahnya.” Kerem tidak terima dengan alasan Anna.
“Aku lupa. Aku sangat sibuk mana ada waktu untuk memikirkan siapa yang sudah menelponku.”
“Pengecualian untuk Kerem Abraham, sesibuk apa pun dirimu harus mengangkat telpon dariku atau kau harus menelpon balik jika kau dalam situasi darurat. Mulai besok jika kau masih saja mengabaikan panggilanku aku akan menambah hukumanmu lebih berat lagi dari sekarang,” ujarnya lalu kembali melanjutkan makanannya.
“Jadi kau menyuruhku membersihkan ruanganmu ini hanya gar-gara aku tidak mengangkat telponmu dan kau juga yang menaburkan semua kertas-kertas itu,” Tanya Anna. Anna merasa jengan merasa tidak terima dengan sikap Kerem yang terlalu berlebihan.
Ia hanya menganggukan kepalanya tanpa ada rasa bersalahsedikit pun dari wajahnya. Anna hanya menarik napas kasar lalu menyimpan bekas makanannya kedalam kantong ia malas untuk berlama-lama satu ruangan dengan Kerem yang semakin membuatnya kesal.
“Sekalian bersihkan juga punyaku,” ucapnya melihat Anna bangkit dari duduknya, Anna hanya melirik sekilas pada Kerem, lalu memasukan semua bekas bungkusan makanan Kerem kedalam kantong ditangannya.
“Besok aku menjemputmu karena mommy menyuruh aku mengajakmu ke rumah.”
“Kau serius,” Tanya Anna terkejut menatap manic biru pudar Kerem bergantian.
“Eehhmmm.”
“Tapi Kerem, kita kan hanya pura-pura pacaran saja, kenapa ha….
“Sudah jangan membantah, ikut saja besok denganku. Sekarang keluarlah.” Kerem menggerakan tanganya memberi kode supaya Anna segera keluar dari ruangannya.
“Kau ini menyebalkan,” ujar Anna menghentakan kakinya sebelum keluar dari ruangan Kerem.
.
.
.
.
Bersambung..
Jangan lupa tinggalkan jejak ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ifech Qhory
haha...
2021-08-16
0
Hilda Dun
Aq setuju apa kt Anna, jgn sampai klrg karena tau kl mrk hny pacaran bohongan, kecuali karem mencintainya dgn tulus dan klrg nya menerima dgn ikhlas bgmn klrg dan khdpn Anna...
2021-06-20
0
sehune
aku jadi pengen tahu, si keren ad ngk sih perasaan ama anna
2021-04-22
1