Anna duduk sambil menyandarkan tubuhnya kesandaran tempat tidurnya sambil menyuapi makanannya, Elif yang menungguinya memperhatikan wajah Anna yang masih pucat, hampir satu jam ia tidak sadarkan diri membuatnya sangat kwatir.
“Jangan menatapku seperti itu, aku tidak akan mati sekarang,” ucapnya masih mencoba bercanda melihat Elif yang begitu serius menatapnya.
“Kau ini masih bisanya bicara seperti itu, pada hal aku sangat mengawatirkanmu,” ucapnya berdecak kesal.
“Aku baik-baik saja Elif, “ tegasnya lagi meyakinkan sahabatnya itu.
“Iya, aku percaya,” sahutnya pelan sambil menarik napas panjang.
“Eh…aku penasaran kenapa kamu bisa satu lift dengan tuan direktur,” tanyannya menatap Anna yang sedang mengunyah makananya.
“Aku masuk lift tanpa melihat sekelilingku karena sibuk dengan ponselku, jika tau dia akan masuk lift yang sama denganku mana mau aku ikut bersamanya.”
“Aku selalu saja ditimpah sial bila bertemu dengannya,” Anna berdecak kesal.
“Maksudmu,” Tanya Elif mengernyitkan keningnya tak paham apa maksud Anna.
Anna menceritkan semuanya kepada Elif membuat mata biru Elif membulat sempurna mendengara penuturan Anna.
“Mana mungkin kalian bisa sampai tiga kali bertemu kebetulan seperti itu, aku saja satu kali pun tidak pernah,” ujarnya menatap lekat netra hitam Anna.
“Aku tidak mau bertemu dengannya lagi karena dia membawa sial dalam hidup….
Anna tak melanjutkan perkataannya saat melihat siapa yang sedang berdiri didepan pintu, ia menelan ludahnya matanya yang bulat semakin melebar, melihat Anna terdiam mematung membuat Elif memalingkan wajahnya mengikuti arah tatapan Anna. Ia segera bangkit dari duduknya dan menundukan sedikit kepalanya saat
melihat Kerem kehadiran disana, ia melirik sekilas pada Anna lalu melangkah pergi
meninggalkan mereka berdua.
“Kenapa tidak kau lanjutkan,” tanyannya menatap Anna tajam. Anna hanya diam tak berani membalasnya.
“Aku malah berpikir sebaliknya kau yang membawa sialuntukku.” Kerem berkata berjalan mendekat ke tempat tidur Anna.
“Enak saja anda bicaranya malah menuduh saya, jika tuan tak ikut masuk pasti liftnya
tidak akan rusak,” balas Anna ketus.
“Siapa yang menabrakku saat itu, Haaa….”
“Jika waktu itu aku tidak menolongmu mungkin sekarang kau sudah tidak menjadi penghuni dunia ini lagi,” balas Kerem tak kalah sinis.
“Seharusnya kau berterima kasih padaku, sudah dua kali kau berutang nyawa padaku, dan suatu saat aku akan menagihnya padamu,” ucapnya tersenyum mengangkat satu sudut bibirnya.
“Kalau tau seperti itu lebih baik kau tidak usah menolongku, biarkan saja aku mati, ” dengusnya sambil mengepalkan tangannya menahan rasa kesal dan marah, Anna seakan tidak peduli dengan siapa dirinya bertengkar
sekarang.
“Sudah terlambat Nona kau sudah terlanjur berutang padaku."
Selesai bicara ia pun berbalik meninggalkan Anna dengan senyum tipis dibibirnya, Kerem merasa sangat puas karena berhasil memojokkan wanita itu yang seenaknya menuduhnya pembawa sial.
“Pria menyebalkan….”makinya setelah Kerem tak lagi disana, jika dia bukan pemilik rumah sakit ini , ingin rasanya ia menyumpal mulutnya yang pedas itu.
******
Satu minggu kemudian,
Sejak kejadian satu minggu yang lalu di lift Anna tak mau lagi disuruh untuk mengantarkan apa pun ke lantai tujuh karena ia tidak ingin bertemu dengan Kerem, mereka masih sempat bertemu beberapa kali di lobi tapi ia langsung menghindar tak mau dekat-dekat dengannya.
Sore yang cerah saat Anna mengintip dari balik jendela kamarnya, ia baru saja terbangun setelah menyambung tidurnya kembali selesai sholat zuhur, matanya yang sangat mengantuk setelah dapat giliran shift malam.
“Sudah lama sekali aku tidak joging, baiklah aku sholat ashar dulu setelah ini kita joging.”ia telihat begitu semangat.
Anna pun beranjak ke kamar mandi untuk berwuduk dan setelah itu ia pun sholat ashar, selesai sholat Anna pun mengganti pakaiannya dengan pakaian olah raga, setelah itu ia pun berangkat. Anna sengaja mencari jalan yang tidak terlalu ramai, ia berencana joging taman yang ada di pinggir kota yang tidak terlalu jauh dari tempatnya, dan suasana yang sepi dan asik untuk jogging dan bersantai.
Setelah kurang lebih satu jam berlari ia mengistirahatkan tubuhnya yang lelah di bangku taman, menyandarkan tubuhnya disana menyapu keringatnya yang mengalir di keningnya dengan punggung tangannya, ia menelan ludahnya merasakan tenggorakannya sangat kering karena kehausan. Karena tubuhnya yang masih sangat lelah ia memilih beristirahat sejenak sebelum membeli air mineral di mini market yang ada di sekitar taman.
Setelah cukup mengistirahatkan tubuhnya ia pun mencari mini market terdekat dan tak butuh lama ia pun menemukannya, setelah membayar satu botol air mineral ia meneguk minumanya hingga menyisahkan setengahnya saja, ia pun keluar dari mini market baru ia keluar dari sana ponselnya berdering, Anna pun segera mengambil ponselnya yang ia simpan disaku hoodienya, barus saja ia akan mengangkat ponselnya entah dari mana datangnya seseorang merampas ponselnya dengan sangat cepat.
“Pencuri,” teriak Anna keras, ia pun berlari mengejar pencuri itu sambil terus berteriak, tapi sialnya disekitarnya yang sepi sehingga tidak ada yang mendengarkan teriakannya. Anna terus mengejarnya tidak peduli pencuri itu sudah jauh darinya.
Anna berkacak pinggang sambil mengatur napasnya yang ngos-ngosan karena kelelahan, ia tidak melihat kemana perginya mencuri itu, ia berteriak kesal sambil menghentakkan kakinya ponsel satu-satunya yang ia miliki telah raib.
“Sial,” teriaknya menendang batu yang cukup besar di depannya sehingga membuatnya terpekik menahan sakit di kakinya.
Prang....!
Anna sangat terkejut mendengar suara seperti kaca pecah, ia berhenti mengusap kakinya yang masih sakit , ia pun bangkit berjalan sedikit terpincang menahan sakit pada kakinya, jantungnya berdegup kencang menuju asal suara tadi ia menerka-nerka apakah batu yang ia tendang tadi melesat ke tempat yang tidak semestinya.
Baru saja berjalan beberapa langkah ia melihat sebuah mobil yang terparkir di pinggir di jalan dengan kondisi kaca depannya retak. Anna menelan ludahnya lalu mengedarkan pandangannya sekelilingnya, melihat tempat itu sepi dan ia yakin tidak ada yang melihat aksinya tadi, Anna mengerjapkan matanya beberapa kali seperti mengenal mobil yang rusak itu. Wajahnya semakin pucat dan dengan cepat memutar tubuhnya berlari secepat mungkin dari sana rasa lelahnya menguap begitu saja karena rasa takut dalam
dirinya.
Sampai di rumah jantung Anna masih berpacu dengan sangat cepat, ia membaringkan tubuhnya yang terasa sangat lemas diatas sofa.
“Kenapa hari ini aku sial sekali,” teriaknya
menghentak-hentakkan kakinya mengutuk
kesialannya.
“Sudah ponselku di curi dan kenapa kaki ini kegatalan pakai menendang batu segala.” Ia memukul kakinya tapi setelahnya ia meringis menahn sakit, ia pun membuka kaos kakinya dan melihat punggung kakinya membiru. Sungguh kasihan sekali nasip Anna sudah jatuh tertimpah tangga lagi.
“Apakah itu benar mobilnya tapi yang punya mobil seperti itu kan bukan dia saja, tapi jika itu memang mobilnya kenapa bisa kebetulan seperti itu.
"Aduuh Anna sial sekali hidupmu ini” lirih Anna meremas jari tangannya merasa cemas dan ketakutan.
“ Tapi tadi disana sangat sepi dan tidak ada yang melihatku jadi tidak ada yang tau kalau aku sudah merusak kaca mobil itu.”
“Ya Allah selamatkanlah hambamu ini…”
Anna menyandarkan tubuhnya yang lemas di sandaran sofa dengan wajah terlihat sangat menyedihkan sekali, ia memukul-mukulkan kedua tanganya ke sisi sofa melepaskan rasa kesalnya.
.
.
.
.
Bersambung
Selamat membaca semoga readers menyukainya.
Jangan lupa tinggal kan jejak dengan memberi like ya🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂
langkah seribu si ana👻
2025-04-11
0
sehune
y elah malah kabur ku kira mau minta maaf 😂
2021-04-22
0
putrii
kalau di sunda kerem itu di sekap/di culik
2021-04-08
0