Anna menyandarkan tubuhnya yang letih
di sofa yang ada dalam ruangan istirahat untuk para perawat, ia menjangkau
minumannya yang terletak di meja sebelahnya dan Anna pun menenguknya hingga tak bersisa lagi. Anna memainkan botol ditangannya menatap kosong ke langit-langit ruangannya. Beberapa kali ia terlihat menarik napas panjang.
“Anna kau tidak ikut makan siang denganku.”
Elif yang baru saja masuk berjalan menghampiri Anna dan mendudukan tubuhnya di sebelah Anna.
“Kau pergi sendiri saja ya, aku sudah buat janji untuk makan diluar.”
"Hari ini ia dan Kerem berjanji untuk makan
siang bersama ibunya, semalam ia mengirim pesan padanya. Tentu saja ia tidak mungkin memberitahukannya pada Elif.
“Berjanji dengan siapa?” Tanyanya
menggeser tubuhnya lebih dekat.
“Eeemmhh, dengan ibuku.”
“Kau sudah berbaikan dengan ibumu.” Elif yang penasaran karena setahunya Anna dan ibunya tidak terlalu akur.
Baru saja Anna hendak membuka mulutnya ponsel bordering dari dalam tasnya dengan cepat ia menjangkau tasnya yang terletak diatas meja, ia pun menjauh dari Elif menjawab telponya.
“Hai Cepatlah, aku menunggumu di depan.”
“Iya, aku pergi sekarang,” bisik Anna
pelan agar tidak terdengar oleh Elif yang sudah menatapnya penuh kecurigaan.
“Kenapa kau berbisik-bisik seperti itu.”
“Tidak apa-apa.” Balas Anna dan langsung
menutup telponnya, Kerem yang berada disebrang sana mendengus kesal menatap
layar ponselnya.” Berani sekali dia menutup telponya duluan.”
“Kau sudah mengganti ponselmu yang hilang,” cercah Elif begitu Anna berdiri di depannya.
“A-aku.” Anna menggaruk kepalanya yang tidak gatal berpikir bagaimana caranya mengelak dari Elif.
Melihat Anna yang gugup rasa penasaran dan curiganya meningkat karena ia tidak pernah melihat Anna seperti itu sebelumnya, ia menautkan alisnya memperhatiakn ponsel Anna yang berusaha ia sembunyikan dibelakangnya.
“Elif, aku pergi dulu ya.” Mencoba tersenyum menutupi kegugupanya melihat tatapan curiga Elif, saat ia berbalik dengan sigap Elif menarik tangnya. Matanya melotot sempurna pada ponsel di tangan Anna lalu tatapan itu berpindah ke wajah Anna yang memelas.
“Ini ponselmu,” tanyanya mengambil ponsel itu dari tangan Anna.
“Kau membelinya, sejak kapan,” cercah
Elif penuh kecurigaan. Ponsel yang ia pegang tidaklah murah harganya dan iya tau kalau sahabatnya itu tak akan mungkin membelinya, bukannya ia bermaksud
untuk merendahkan Anna tapi ia tau isi kantong temannya dan tidak mungkin
membuang –buang uangnya untuk sebuah ponsel.
Anna berpikir dengan cepat mencari
jawaban yang tepat agar Elif tidak bertambah curiga. “Ibu, ibuku yang membelikanya
dua minggu yang lalu, aku senagaj tidak member tahumu karena aku ingin
mengembalikannya, tapi aku terpaksa memakainya karena aku membutuhkanya.”
“Ohh…” hanya itu yang keluar dari mulut Elif dan menyerahkan kembali ponsel itu pada Anna.
“Aku pergi ya,” ucapnya memasukan ponsel itu kedalam tasnya kembali. Anna pun bergegas meninggalkan tempat itu karena ia tidak mau diomelin oleh Kerem jika ia menunggu terlalu lama.
Anna bergegas menghampiri Kerem yang
sudah menunggu di mobilnya , ia berkacak pinggang saat melihat Anna berlari
kearahnya,” kau ini ya, berani sekali membuatku menunggu.”
“Maaf, tadi perutku sakit, aku kentoilet dulu.”
Kerem memperhatikan penampilan Anna
sehingga membuatnya salah tingkah,” apa yang kau lihat.”
“Kau serius pergi dengan seragammu
ini,” tanyanya menatap mata Anna bergantian dengan sorot sangat kesal.
“Iya, memangnya kenapa,” Anna balik
bertanya. Kerem berdecak kesal meninggalkan Anna lalu membuka pintu mobilnya.
“Cepatlah masuk,” perintahnya. Anna
pun mengiyakan lalu membuka pintu mobil yang satunya.
Keduanya tidak ada yang berbicara
selama di perjalanan, hanya music dari audio mobil Kerem yang mengalun di dalam
mobil, ketika mendengar lagu favoritnya dengan santai Anna mengikutinya, tidak
peduli apakah Kerem terganggu atau tidak.
“Turunlah,” perintahnya sambil membuka safety beltnya. Anna mengintip lewat jendela mobil ia tidak melihat restoran disana.
“Apa yang kau tunggu, cepatlah turun.” Kerem menutup pintu mobilnya Anna pun bergegas membuka safety beltnya dan turun dari mobil. Ia merasa heran melihat butik di depannya bukalah restoran, ketika Anna hendak protes Kerem manrik tanganya masuk kedalam butik.
“Kenapa kita kesini,” tanyannya berusaha
melepaskan tanganya dari gengaman Kerem tapi pria itu hanya membalas dengan
tatapan menusuknya.
“Selamat siang ada yang bisa kami
bantu Tuan, Nona.” sapa pelayan butik itu ramah.
“Carikan baju yang cocok untuknya dan
jangan lupa polesi wajahnya biar lebih cantik,” perintah Kerem lalu mendudukan tubuhnya disalah satu sofa disana. Anna hanya pasrah ketika pelayan itu menariknya tangannya.
Anna mendudukan kepalanya tak berani melihat kearah Kerem ketika tanganya digiring keluar oleh pelayan tadi, ia merasa malu hanya untuk makan siang saja untuk apa berdandan yang menurutnya sangat berlebihan lagi pula ini hanya sandiwara saja.
“Tuan, kekasih anda sudah selesai kami
dandani, lihatlah dia cantik sekali,” puji pelayan itu yang sedari tadi tak henti memujinya sehingga membuatnya malu.
Kerem mengangkat wajahnya dari
ponselnya, ia menatap Anna tanpa mengelurkan kata-kata sedikit pun, ia
mengambil dompetnya mengambil debit cartnya dan menyerahkan kepada pelayan itu.
Kerem mengakui kalau Anna terlihat berbeda saat wajahnya dipolesi make up, baju
yang dipakaianya sangat pas di tubuhnya yang ramping, Anna mengangkat sedikit wajahnya balik menatap Kerem yang juga sedang menatapnya untuk sesaat tatapan mereka bertemu.
“Tuan ini kartu anda.” pelayan itu menyerahkan kembali kartu Kerem dengan cepat ia mengalihkan tatapannya dan
mengambil kembali kartunya dari tangan pelayan itu. Anna mengucapkan terima
kasih sebelum Kerem menarik tanganya keluar dari butik.
“Kenapa kau suka sekali menarik tanganku,” protes Anna berusaha melepaskan tangannya dari kungkungan Kerem. Mereka berdua kembali ke dalam mobil melanjutkan perjalananya menuju restoran yang telah dipesan oleh ibunya.
****
Anna merasa gugup begitu turun dari
mobil, Kerem menghampiri Anna yang kelihatan sekali kalau ia gugup. “tenanglah
semua akan baik-baik saja selama kau menurut padaku,” jelasnya yang dianggukan
oleh Anna, tadi dalam perjalanan Kerem sudah menjelaskan padanya apa yang harus
ia lakuakn saat bertemu ibunya.
“Ayo,” ajak Kerem mengulurkan
tangannya. Anna menyambut uluran tangan
Kerem , ia melirik sekilas tangannya yang berada dalam genggaman Kerem. Mereka
berdua masuk kedalam restoran, detak jantung Anna berpacu dua kali lebih cepat,
Kerem menguatkan genggaman tanganya menatap pada Anna menampilkan senyum
dibibirnya, Anna pun membalasnya walaupun wajah gugupnya masih nampak terlihat.
Pelayan restoran langsung menyambut
kedatangan mereka, Kerem berbicara sebentar dengannya lalu pelayan itu pun
mengantarkan keruangan VIP yang sudh dipesan oleh ibunya dan beliau pun sudah
menunggu disana.
“Selamat siang Mom,” sapa Kerem
menghampiri ibunya, ia memeluk dan mencium pipi ibunya dan langsung dibalas
oleh Mariam. Wanita yang berdiri dibelakang Kerem langsung mencuri perhatiannya
dan ia pun segera bangkit dari duduknya.
“Kerem, apakah ini calon menantu
mommy, oh kau cantik sekali sayang,” pujinya mengatupkan kedua tanagnnya
kedadanya dengan senyuman merekah dibibirnya.
“Selamat siang Nyonya,” sapa Anna
sopan ia menundukan sedikit kepalanya.
“Nyonya, jangan memanggilku seperti
itu sayang, panggil bibi saja. Kemarilah, siapa namamu Nak,” Mariam membuka
tanganya lebar memeluk Anna, Anna pun membalas pelukan itu sambil menyebutkan
namanya.
“Sungguh nama yang indah, seindah
orangnya,” puji Mariam tak melepaskan senyum dari bibirnya.
“Ayo duduk Nak.”
“Terima kasih Bibi.” Kerem menarik
kursi untuk Anna, ia melirik pada Kerem lalu mendudukan tubuhnya dan diikuti
oleh Kerem duduk disebelahnya tepat di depan ibunya.
Tak lama pelayan restoran mengantarkan makanan yang mereka pesan, setelah menata semua makanan dan minuman dengan sangat apik mereka pun segera pergi setelah menyuruh untuk menikmati makan siangnya.
“Ayo dimakan, kita mengobrol sambil
makan saja, karena kalian pasti harus kembali bekerja setelah ini.” Keduanya pun mengiyakan dan memulai makan siangnya, Mariam memperhatikan Kerem dan Anna
bergantian. Rasa gugup Anna belum
sepenuhnya hilang walaupun ibu Kerem memperlakukan sangat baik dan ramah.
.
.
.
.
.
Bersambung
Minta jempolnya, 👍👍😄😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
nuri
lo...ibunya jg g ingt sm anna?
2022-11-12
1
gulaJawa🐏
mba penulis
aku gak dapet feel-nya
padahal udah baca sampai bab ini🥺
gaya bahasanya kurang suka
2022-01-08
0
la beneamata
pertama kerem masak ngk ingat waktu posisi koma
ke 2 ,ibunya masa ngk apal wajah si anna
2021-10-18
0