“Ayolah Mom berhentilah mencarikan istri untukku, aku sudah muak. Katakan pada teman mommy kalau aku tidak tertarik pada keponakannya itu.” Kerem sangat kesal menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke sofa dalam ruangan kerjanya karena mommynya sejak tadi terus memaksanya untuk pergi makan malam dengan Monica.
“Apa lagi yang kau cari Nak, Monica sangat cantik,” ucapMariam mendudukan tubuhnya disamping Kerem berusaha membujuk putranya agar berubah pikiran.
“Cantik saja itu tidak cukup Mom. Aku tidak tertarik sedikit pun tolong jangan memaksaku lagi Mom,” terdengar suara Kerem melunak dan putus asa dengan sikap mommynya.
“Jadi kau lebih senang seperti ini selamanya, apa salahnya kau coba untuk membuka sedikit hatimu untuknya, Mommy pusing wanita seperti apa yang kamu inginkan untuk jadi istrimu.”
Mariam pun akhirnya melunak melihat Kerem yang sangat tertekan tapi ia tidak mungkin membiarkannya hidup sendiri dengan usia sudah sangat matang untuk menikah.
“Baiklah mommy tidak akan memaksamu untuk menikah dengan Monica jika dalam waktu satu bulan ini kau cari wanita yang sesuai dengan kriteriamu, dan kalau kamu tidak bisa membawanya kehadapan mommy kau tidak bisa menolak perjodohan ini lagi.”
Selesai bicara Mariam pun pergi meninggalkan ruangan kerja putranya meninggalkan Kerem dengan wajah frustasinya, ia menyisir rambutnya
kebelakang menyandarkan tubuhnya kesandaran sofa sambil membuang napas kasar.
Ancaman Mommynya kali ini sepertinya tidak main-main dia memberikan ultimatum padanya dan belum perna sekalipun mommynya melakukan itu. Dan sekarang masalahnya bagaimana caranya ia mendapatkan seorang kekasih dalam
waktu satu bulan jika ingin menolak perjodohan itu.
Kerem berjalan mondar-mandir dengan kedua tangannya bersidekap ke dada, sesekali tangannya mengusap dagunya berpikir keras apa yang harus ia lakukan.
Ia menyandarkan satu lengannya ke dinding menatap ke pekarangan rumah sakit yang luas lewat jendela kaca besar dalam ruangannya. Jika saat itu ia tidak mengalami kecelakaan dan tidak koma selama itu mungkin sekarang cerita hidupnya akan berbeda, ia akan menikah dengan wanita yang ia cintai, wanita yang menjadi cinta pertamanya, dia yang memiliki hatinya
walaupun sekarang ia sudah menikah tapi ia tetap tak mampu membuang semua
perasaanya.
Mata Kerem terpaku pada seorang wanita memasuki halaman rumah sakit dengan sepedanya, matanya terus mengikutinya sampai wanita itu memarkirkan sepedanya, Kerem menautkan kedua alisnya mencoba mengingat wajahnya, dan ia pun tersenyum tipis mendengus kecil saat berhasil mengingatnya, wanita itu adalah gadis ceroboh yang telah menabraknya dan juga ia selamatkan dari mobil yang hendak menabraknya karena berjalan sambil melamun. Kejadian itu sudah beberapa hari berlalu karena itu ia hampir lupa dengan wajahnya.
Kerem terus memperhatikannya berjalan tergesa menuju lobi rumah sakit, tapi ia menghentikan langkahnya dan berbalik kebelakang.
“Kenapa dia berbalik,” guman Kerem sambil mengusap dagunya pelan.
Seorang wanita paruh bayah menggunakan kursi roda yang didorong oleh suaminya tampak menghampirinya, Anna berjongkok didepan kursinya keduanya berbicara sangat akrab dan mereka pun berpelukan sebelum akhirnya berpisah, ia ikut membantu ibu itu masuk kedalam mobilnya.
Kerem terus mengamati Anna dari balik jendelanya sampai ia menghilang saat sudah masuk kelobi rumah sakit, “ kenapa aku jadi memperhatikannya,” guman Kerem menggaruk keningnya yang tidak gatal, ia pun berbalik kembali kebalik meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
****
Anna ikut bergabung dengan beberapa orang yang juga sedang menunggu di depan lift, ia asyik dengan ponselnya tanpa satu tangannya memegang map yang berisi laporan untuk ia serahkan kebagaian keuangan yang berada di lantai tujuh, entah kenapa akhir-akhir ini dia sering sekali disuruh mengantarkan loporan pada hal itu bukanlah tugasnya tapi Anna pun tak bisa
menolak perintah atasannya.
Ting…
Pintu lift terbuka dan ia pun langsung masuk tanpa mengalihkan tatapannya dari ponselnya karena asyik dengan membaca artikel yang
menarik perhatiannya, pintu lift tertutup bersamaan dengan selesainya ia membaca artikel itu, ia pun menyimpan ponselnya kedalam saku bajunya dan menegakan kepalanya kembali.
Ia merasa heran kenapa lift begitu sepi pada hal tadi ada beberapa orang yang ikut menunggu bersamanya, ia pun menolehkan wajahnyakesampingnya, ia mendekat map itu ke dadanya sambil menelan ludahnya saat melihat siapa yang sedang berada
disebelahnya, pantas saja orang-orang itu tak berani masuk karena ada pria berdarah dingin didalamnya.
Anna berdiri menatap lurus kedepannya lalu menepuk keningnya menyesali kebodohannya seharusnya ia tidak bermain ponsel dan akibatnya sekarang dengan lancang ia satu lift dengan pemimpin rumah sakit dan sialanya bertemuan mereka selalu diwarnai dengan hal yang tidak baik.
Kerem melirik sekilas pada Anna ia menarik senyum tipis saat melihat wanita itu menepuk-nepuk keningnya, ia tadi ikut mengantri bersama pegawai rumah sakit yang lain tapi saat melihatnya masuk kedalam lift para pegawai yang lain tak berani bergabung bersamanya walaupun sebenarnya ia tidak merasa keberatan tapi Anna yang asik dengan ponselnya tidak memperhatikan sekelilingnya.
Draapp….
Kerem dan Anna terkejut saat mendengar suara yang cukup keras dari dalam lift dan tak lama kemudian lift pun berhenti cukup keras sehingga membuat keduanya terhuyung, seketika wajah Anna memucat menyadari bahwa dirinya sedang terjebak di dalam lift.
Kerem menekan tombol lift beberapa kali tapi tetap saja lift itu tidak bergerak, ia bersikap tenang melipat kedua tanganya ke dadanya, tapi setelah menunggu beberap saat ia kembali menekan tombol liftnya namun tetap
tidak berhasil. Ia mengambil ponselnya mencoba menghubingi sekretarisnya tapi
sialnya didalam lift tidak ada sinyal.
Ia kembali menyimpan ponselnya sambil melirik Anna yang berdiri mematung memeluk erat map di tangannya ke dadanya. Anna menariik napas panjang mencoba menenangkan dirinya. Kerem melirik jam dipergelangan tangannya dan hampir sepuluh menit belum terlihat tanda-tanda lift akan bergerak, atau mungkin mereka diluar sana tidak menyadari keberadaan mereka disana. Hawa didalam lift mulai terasa panas, ia
pun melonggarkan dasinya.
Kerem pun kembali menatap Anna yang tetap tidak bergeming ia melihat tangannya dipenuhi oleh bulir-bulir keringat begitu pun bajunya yang mulai basah, memang didalam lift suhu mulai panas tapi melihat keringat yang membuat bajunya sampai basah begitu sangat berlebihan sekali.
Perlahan Kerem mendengar isakan tertahan bahunya mulai bergoncang karena menahannya, Anna memang memiliki phobia ia akan merasa sesak dan panik bila terlalu lama berada ditempat yang sempit, seperti sekarang ini terjebak didalam lift hampir sepuluh menit sehingga rasa panic mulai
menyerangnya sehingga membuat napasnya sesak. Dulu ia sama sekali tidak berani
menggunakan lift tapi ia selalu mencoba melawan rasa takutnya, dan belakangan
ini ia mulai berani melakukannya.
“Nona, anda baik-baik saja,” Tanya Kerem menyentuh pundak Anna dan perlahan mendekatkan wajahnya. Ia sangat terkejut melihat wajah Anna yang pucat seakan tidak dialiri darah, keringat memenuhi seluruh wajahnya.
Kerem memuatar tubuh Anna sehingga menghadap padanya ia meletakan kedua tangannya ke pundak Anna,” Nona, anda baik–baik saja,” tanyannya sambil mengguncang pundaknya pelan.
Anna tidak menyahut hanya membalasnya dengan menatap wajah Kerem sambil meremas map ditangannya.
“Tenganglah jangan takut semua akan baik-baik saja,” Kerem mencoba membujuknya karena merasa kasihan melihat kondisi Anna saat ini.
Kerem menepuk pipi Anna melihatnya sudah lemas dan mulai kehilangan kesadarannya, satu tangannya meranggul pinggangnya menahan tubuhnya agar tidak terjatuh, napasnya mulai tersengal-sengal sehingga membuat Kerem panic melihat kodisinya.
“Nona…nona,”
Ia terus memanggilnya dengan menepuk-nepuk pipinya, Anna perlahan menggerakan tangannya mencoba menyentuh tangan Kerem tapi belum sempat
ia menjangkaunya tangannya terkulai lemas dan akhirnya ia pun tidak sadarkan diri. Kerem kembali melonggarkan dasinya dan berusaha membangunkan Anna sebisanya, dan disaat bersamaan pintu lift pun terbuka, sekeretarisnya dan berapa yang lainya berdiri disana dengan wajah kwatir kerem langsung menggendong tubuh Anna dan membawanya ke UGD.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Desrina Tobing
lumutan awaak nunggu kerem mengenali ny thoour🤭🤭🤭🤭
2021-10-24
1
smile
kok kerem lupa suara Anna BB ya
2021-06-10
0
Rhania lesta
pertemuanya penuh insiden ya
2021-04-04
0