Anna mengucapkan doa sebelum ia membuka pintu didepannya ini adalah hari pertama ia bekerja sebagai seorang perawat yang khusus merawat satu orang pasien saja. ia kembali menutup pintunya begitu ia masuk kedalam ruangan, dengan langkah pasti ia mendekat ke arah ranjang tempat pasien yang ia rawat tengah terbaring, ia memperhatikan detail setiap alat disana memastikan semuanya berfungsi dengan baik.
Setelah memastikan semuanya aman ia mengalihkan perhatiannya pada objek di depannya, ia menatap lekat wajah pasienya yang ia tau bernama Kerem Abaraham, kulitnya yang putih terlihat pucat karena sudah lama tidak berjemur dibawah sinar matahari. Walaupun sudah lama terbaring koma Anna tidak memungkiri kalau pria yang
berbaring didepannya sangat tampan, hidungnya yang mancung dengan garis rahang yang tegas bulu-bulu halus terlihat mulai tumbuh disana.
Anna membungkukkan tubuhnya hormat dan mulai menyapa untuk memperkenalkan dirinya tidak peduli Kerem mendengar atau tidak.
“Hai Tuan, selamat pagi perkenalkan namaku Zanna Kemal, kau bisa memanggilku Anna. Mulai hari ini aku yang akan merawatmu semoga kita bisa bekerja sama dengan baiknya. Dan aku berharap tidak akan lama merawatmu karena aku ingin kau dapat bangun kembali karena keluargamu pasti sangat menantikan hari itu tiba.”
“Baiklah aku akan memulai aktifitasku hari ini, ditangannku sudah ada daftar apa saja yang harus aku lakukan sepanjang hari. “
Anna menarik napas panjang menatap beberapa daftar pekerjaan yang harus ia lakukan, ini pasti akan membosankan karena ia akan lebih banyak duduk berdiam diri saja, walaupun ia tidak dikurung terus menerus dalam ruangan yang sama tapi ia tetap tidak boleh terlalu sering keluar masuk karena ruangan itu harus tetap steril mengingat kondisi pasien di dalamnya.
“Pertama aku harus mendengarkan bacaan ayat suci Alquran untukmu Tuan.”
“Ehhmm… itu kenapa tuan Abraham mengajukan syarat khusus seperti itu.” Ucap Anna berbicara pada dirinya sendiri
Anna melangkah menuju meja kecil yang sudah terletak spiker kecil dan playdist yang sudah tergantung disana. Ketika ia hendak menekan tombol on ia menghentikan gerakannya, menatap terpana pada Kerem dan ia pun beranjak menjauh dari sana.
"Lebih baik aku bacakan saja ya Tuan, walaupun suaraku nanti tidak semerdu qari atau qariah yang biasa kau dengar, tapi aku juga pernah memang lomba lo walaupun sudah lama sih," ucap Anna tersenyum lebar.
Anna pun mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mulai mengetik surat yang ingin dibacanya. Anna menarik sebuah bangku dan duduk disisi ranjang Karem dan ia pun mulai membacanya. Suaranya begitu merdu
melantukan ayat-ayat suci alquran karena ia memang sejak kecil sudah terbiasa
melakukannya, yang diajarkan oleh kakek dan neneknya yang memang berdarah Turki.
Setelah lebih kurang lima belas menit Anna pun menutupnya, lalu menatap pada Kerem,” aku berharap kau dapat mendengarkannya, ingat selalu pada Tuhan karena dia yang akan menuntunmu pulang.”
Melihat Kerem yang terbaring tak berdaya membuatnya merasa lebih beruntung darinya, ia tak seharusnya mengeluh pada hidupnya yang sulit karena banyak yang lebih sulit darinya. Dan pria didepannya itu sedang berjuang antara hidup dan mati, terbaring selama dua belas tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Anna melirik jam yang tergantung di dinding yang baru menunjukan pukul Sembilan pagi, ia mulai bingung apa yang akan ia lakukan
sepanjang hari, pada hal kalau ia masih bertugas seperti biasa sekarang adalah
jam sibuknya menyambangi pasien dari satu bangsal kebangsa lain untuk mengecek
kondisi pasiennya. Kalau pun nanti ia terbangun kembali belum tentu kondisinya bisa seperti sediakala karena kebanyakan pasien yang sudah lama koma saat terbangun sering mengalami komplikasi dan harus berjuang lagi untuk kesembuhannya.
Anna menarik napas panjang untuk membuang rasa bosan yang mulai menyerangnya, ia pun teringat kalau didalam tasnya ada sebuah novel yang ia beli kemarin waktu singgah di toko buku, ia pun bergeges mengambilnya, setelahnya ia pun beranjak mencari posisi yang nyaman membaca, dan pilihannya jatuh pada sebuah sofa berwarna coklat yang terletak di depan jendela kaca, ia mendudukkan tubuhnya dan melipat kedua kakinya disana namun sebelumnya ia membuka sedikit gorden membiarkan matahari masuk.
Baru saja ia membuka sampul buku matanya pun kembali beralih pada Kerem, entah kenapa tiba-tiba saja ia ingin mendengarkan juga cerita itu kepadanya, dan akhirnya ia pun bangkit kembali dari duduknya lalu memposisikan tubuhnya kembali di kursi tempat ia membaca ayat – ayat Alquran tadi.
“Kau pasti kesepian karena sendirian disana, aku akan menemanimu. Aku akan membacakan novel ini untukmu, kalau kau tidak menyukainya kau boleh menutup telingamu,” Anna berkata menyunggikan senyum tipis dibibirnya. Entah kenapa ia merasa terpanggil dan terhubung denganya entah karena rasa kasihan melihat kondisinya ia juga tak bisa menjelaskan, yang jelas ia hanya ingin bercakap-cakap dengannya mengganggap dia itu sama seperti manusia normal lainnya. Dan ia pun mulai membacanya seperti seorang ibu yang tengah membacakan cerita sebelum tidur untuk anaknya.
Entah karena mengantuk atau karena mulutnya capek membaca novelnya ia pun akhirnya tertidur menyandar pada sanadaran kursinya, entah berapa lama ia tertidur ia tersadar ketika mendengar ketukan pintu, ia
menggucek-ngucek matanya yang buram sambil bangkit dan segera berjalan
membukakan pintu. Rupanya itu adalah panggilan untuk makan siang dan ia diberi
waktu selama satu jam untuk istirahat, padahal sedari tadi ia tidak melakakan
apa-apa untuk apa beristirahat tapi setidaknya ia menukar udara dalam tubuhnya dengan udara luar.
“Permisi Tuan, saya istirahat sebentar baik-baik disini ya, cepatlah bangun apa kau tidak ingin merasakan makanan diluar sana yang begitu enak dan menggiurkan, aku hanya tidak cukup uang saja makanya lebih memilih makanan rumah sakit,” kekeh Anna tersenyum lebar. Anna pun segera keluar
setelah mengambil tasnya, ia memutusakan
untuk sholat zuhur dulu sebelum makan siang.
****
Baru saja Anna menyelesaikan makan siangnya sebuah tepukan cukup keras di pundaknya membuat ia kaget,” Elif… kau mau membuat jantungku lepas, aku masih muda dan belum berminat untuk mengambil tiket kematian.”
Elis hanya cengengesan melihat sahabatnya itu cemberut, ia malah mencubit pipi Anna membuatnya semakin melotot kesal,” marah aja secantik ini, tapi sayangnya jomblo.” Setelah berkata Elif cekikikan melihat mata bulatnya semakin terlihat lebar.
“Bagaimana pekerjaan barumu, eee.. ngomong-ngomong sang pangeran tidur itu benaran tampan karena aku dengar dari beberapa suster, ia memiliki wajah yang sangat tampan seperti pangeran karena itu
para suster disini menyebutnya pangeran tidur,” cercah Elif penuh semangat.
Anna mengetuk jidat temannya itu sambil mendengus kesal.
“Aku hanya beson karena tidak melakukan apa pun,” desis Anna dengan wajah memelas.
“Itu karena kau belum terbiasa saja, kau itu sangat beruntung duduk-duduk saj di gaji, senadainya aku diposisimu pasti senang sekali,” balas Elif mengerucutkan bibirnya.
“Ya sudah, kau gantikan saja aku,” tukas Anna meraih tas didepannya.
“Mana bisa, kan yang terpilih itu dirimu.”
“Ya sudah, aku harus kembali,” ucap Anna melirik jam tangan dipergelangan tangannya, tapi barau saja ia beranjak bangun Elif menahan tangannya.
“Kau belum menjawabku, apa benar sang pangeran itu sangat tampan,” tanyanya sambil mengangkat-angkat kedua alisnya.
Anna menatap Elif kesal,” otakmu selalu saja pria tampan, lagian kalau pun ia tampan belum tentu juga mau dengan dirimu.”
Elif tertawa keras mendengar ucapan sahabtanya itu yang selalu kesal kalau sudah bicara soal pria, makanya sampai sekarang ia tidak pernah dekat denagn pria mana pun, pada hal wajah cantiknya sudah modal besar
untuk mendapatkan pria tampan dan kaya.
“Jangan jutek begitu, aku akan mencoba kalau ia nanti sudah terbangun.mana tau aku bisa jadi tuan putrinya.”
Anna segera berlalu dari sana, membiarakan sahabatnya itu dengan khayalan gilanya pada al ia sudah punya kekasih tapi masih juga membahas masalah pria didepannya.
****
Anna sampai di apartemennya menjelang isya ia pun segera membersihkan tubuhnya, selesai mandi ia pun menyiapkn makanan untuk makan malamnya. Anna memang tinggal sendiri sejak ayahnya meninggal lima tahun lalu. Dan ibunya sekarang sudah menikah lagi itu terjadi satu tahun sebelum ayahnya meninggal, hal itulah yang membuat ayahnya sakit-sakitan dan akhirnya meninggal.
Dulu keluarganya tergolong orang berada karena ayahnya memiliki perusahaan pengiriman barang baik dalam maupun keluar negeri, tapi usaha itu bangkrut setelah ditipu oleh rekan bisinisnya, dan satu tahun setelah itu ibunya pun pergi, meninggalkan apartemen kecil yang ia tepati sekarang hanya itu satu-satunya peninggalan orang tuanya yang ia miliki.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ana
lama jg ya dia koma
2022-01-27
0
Wildan Faqih Mubarak
ak suka sekali film Komix yg berbau tukri tapi yg menutup aurat
2021-12-29
0
Niar Butar Butar
visual turki emang top, ini flim lagi buming, semoga cerita nya, juga buming aamiin 😄😍😄😍
2021-09-15
0