"Tak apa-apa, ada aku di sini," ujar Rain mengelus kepala Bianca dengan lembut, mencoba menenangkan gadis manja yang gemetaran seperti anak kecil yang takut sesuatu. Bianca tak membalas perkataan Rain, dia tetap erat memeluk Rain dan membenamkan seluruh wajahnya di perut pria itu.
Cukup lama mereka berpelukan, hingga pelukan itu menghangatkan diri mereka masing-masing, Rain bahkan mulai terbiasa dengan sentuhan tubuh Bianca.
Hujan mulai mereda saat Bianca akhirnya sadar apa yang sudah dia lakukan, dari tadi dia begitu terlena merasakan kenyamanan dan juga suara detak jantung yang begitu menenangkan. Saat dia mulai mengerti keadaan ini, Bianca langsung melepaskan dirinya, membuat Rain yang tadinya sudah cukup ketagihan atas hangatnya, langsung sedikit kaget.
Wajah Bianca tampak memerah, tak berani dia menatap wajah Rain yang sekarang sedang menatapnya, Bianca memeluk dirinya sendiri, sebenarnya tak ingin kenyamanan dan hangat tubuh Rain itu menghilang, tapi terlalu malu untuk bisa terus ada di dalam dekapan Rain.
"Aku minta maaf," kata Bianca seraya menggigit bibirnya, benar-benar tak punya keberanian untuk menatap sorot mata tajam yang selalu dimiliki oleh Rain.
Rain bergeming, hanya mengangguk sedikit menerima permintaan maaf dari Bianca, Bianca melihat itu hanya tersenyum kaku.
"Dari aku bisa mengingat, ayahku selalu memukuli dan meneriaki ibuku, sejak saat itu aku selalu takut dengan suara kencang dan mulai takut terhadap suara gemuruh, aku akan langsung seperti ini jika mendengar suara gemuruh itu," kata Bianca menjelaskan kenapa dia bisa seperti itu, Rain bukan orang yang suka mendengarkan cerita orang, tapi kali ini dia bersikap sebisa mungkin peduli.
"Ayahku sangat ringan tangan, dia selalu memukuli ibuku dan aku, saat umurku 10 tahun, ibuku membawaku lari dan pulang kemari, kami kira pergi darinya akan menjadi hal yang baru, kami akan bisa hidup tenang tidak ada di sisi monter itu, namun kami salah, selama kami tidak bersamanya, keadaan malah makin mencekam, dia selalu mengancam bahkan mencoba untuk membunuh ibuku, mencoba untuk menghancurkan kami dari sisi psikologis, kami benar-benar hidup seperti buronan, berpindah dari satu kota ke kota lain, ketika ibuku tahu bahwa sudah ada tanda-tanda ayahku mengetahui kami, kami akan langsung pindah, karena itu aku tak pernah bersekolah dengan baik, sehingga aku putuskan untuk bekerja membantu ibuku dari pada harus sekolah dan beberapa bulan kemudian kami pindah lagi, ibuku melakukan segalanya untuk bisa membesarkanku, bekerja tak kenal waktu hanya agar membuatku hidup tanpa bayangan ayahku, tapi hal itu yang sebenarnya menghancurkan hatiku, melihat ibuku hidup seperti itu," kata Bianca, matanya menatap lurus namun dia sama sekali tidak melihat apapun, hanya mengenang masa lalunya. Suaranya mulai bergetar, terdengar engau, dan berkaca-kaca. Rain hanya diam dengan wajah datarnya.
"Lalu beberapa bulan yang lalu, kami akhirnya bersatu dengan kakek, kakek mengatakan bahwa tidak perlu takut dengan monster itu, namun suatu malam dia akhirnya muncul di hadapan kami, malam itu, setelah belasan tahun tak bertemu dengannya, bukan kata rindu atau salam hangat yang aku dan ibuku dapatkan, ayahku langsung memukuli ibuku dengan beringas, dan dia menyeretku keluar, dia ingin memisahkanku dari keluargaku, aku kabur dan bersembunyi sebisaku, namun ayahku kembali memukuli ibuku, saat itulah aku mendengar 5 kali tembakan dan saat polisi datang, mereka membawa kakekku pergi, aku selalu mengatakan bahwa kakekku hanya menolong aku dan ibuku, tapi mereka mengatakan jika kami melakukan kesaksian seperti itu, hal itu malah akan membuat hukuman kakekku makin parah, aku tak tahu kenapa bisa begitu? tapi mereka mengatakan hal itu padaku, makanya kami hanya diam hingga sekarang," kata Bianca, akhirnya Rain kembali melihat wajah menangis Bianca yang sama seperti yang dia lihat saat pertama kali melihat wanita ini.
Mata Bianca yang masih kosong itu akhirnya menatap Rain, dia menghapus air matanya dengan cukup keras, meninggalkan jejak merah di matanya, dia menarik hidungnya yang sudah berair, tampak kemerahan.
Rain tak menyangka, dibalik sikapnya yang manja, wanita ini ternyata wanita yang sudah melewati begitu banyak masalah, bahkan dari kecil hidup dalam teror, bagaimana bisa seorang ayah membuat anaknya seperti ini. Tiba-tiba saja sedikit simpati muncul di hati dingin Rain.
"Rain," ujar Rain tiba-tiba saja membuat Bianca mengerutkan dahinya.
"Ya, aku tahu saat ini sedang hujan," kata Bianca yang melihat sekitar mereka, hujan yang sudah mulai berhenti tadi, tiba-tiba saja kembali menderas, untunglah belum ada tanda-tanda guntur akan kembali bersuara.
Rain menaikkan sedikit sudut bibirnya, membuat Bianca sedikit kaget, akhirnya, selama hampir 2 hari mereka bersama, dia baru bisa melihat senyum tipis, sangat tipis dari Rain.
"Rain, itu namaku," kata Rain.
"Rain, namamu Rain? wah, ibu pasti suka dengan hujan," kata Bianca yang tak menyangka pria yang duduk didepannya ini bernama Rain, pantas saja, sifatnya teduh dan dapat menghipnotis semua orang.
"Kalau begitu ibumu pasti suka dengan salju," kata Rain lagi yang mengingat bahwa kakek Bianca pernah mengatakan bahwa arti nama cucunya ini adalah salju.
Bianca mengulas senyum tipis tapi cukup manis, matanya menampakkan kesedihan yang dalam, dia lalu membuang wajahnya, ingin mengatakan sesuatu namun tak sanggup.
"Apa yang akan kau lakukan lagi setelah ini?" tanya Bianca.
"Entahlah, mungkin kembali lagi ke penjara setelah keadaannya aman," kata Rain lagi.
Bianca mengerutkan dahinya, biasanya tahanan jika sudah keluar dia tak ingin lagi kembali ke sana, namun kenapa Rain malah ingin kembali ke penjara?
"Kau serius, kau sudah keluar dari sana, tapi kau ingin kembali ke sana, kenapa tidak hidup di luar saja, mungkin menikahi wanita yang kau perkosa itu," kata Bianca tak percaya, nada bicaranya sudah mulai normal.
Lagi dan lagi Rain tersenyum tipis karena ucapan Bianca yang menurutnya sedikit menggelitiknya, terlalu polos.
"Lalu hidup menjadi seorang buronan, menurutmu apa itu menyenangkan?" tanya Rain.
"Ya, itu tidak menynangkan, kau benar juga sih," kata Bianca yang sorot matanya menyuram.
"Lagipula aku hanya membual, aku masuk penjara bukan karena aku memperkosa seorang wanita, aku dipenjara karena ingin membalas dendam atas kematian orang tuaku, tapi aku baru tahu ternyata selama ini aku di adu domba oleh seseorang," kata Rain lagi.
"Wah, kau serius? jangan karena ingin aku tidak takut padamu, jadi kau berpura-pura tidak memperkosa seseorang," kata Bianca menatap Rain dengan wajah curiganya.
"Kalau dipikir-pikir, itu terserahmu mau memanggapku benar atau tidak apa, tidak ada hubungannya juga denganmu," kata Rain yang menganggap dirinya sudah terlalu banyak bicara dengan wanita ini, entah kenapa bisa mengeluarkan semuanya pada wanita ini.
"Benar juga, ehm, kira-kira kapan kita diselamatkan atau sampai keperadapan?" tanya Bianca lagi yang melihat Rain sudah siap-siap ingin membaringkan tubuhnya.
"Pulau ini pulau terisolasi, tujuan kita hanya menuju pantai agar bisa diselamatkan, setelah itu, kita akan berpisah, mungkin besok kita akan sampai ke pantai, selamat malam," kata Rain kembali lagi dengan nada suara datar dan dinginnya, Bianca melihat pria itu berbantal kedua telapak tangannya, sudah menutup matanya, dari gesturnya itu seolah mengatakan bahwa dia sudah tak ingin diganggu kembali, Bianca menggigit bibirnya, bisakah tidak berpisah ketika sudah diselamatkan?
___________
Selamat membaca kakak-kakak ,semoga makin penasarannya, wkwkkw
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Mimilngemil
Bianca mulia nyaman kah?
2023-12-06
0
Mimilngemil
Rain...
😂😅😂😆
it's my name Bianca
Wkwkwkwk
2023-12-06
0
Mamah Rizki
baca ulang 🥰kangen banget ma rain😌
2022-02-20
0