Chapter 5 : Jenius!

Shohei membulatkan mulutnya ketika melihat rekaman CCTV yang rusak.

"Arrggh! Aku yakin dia melewati jalan di mana CCTV ini diletakkan."

"Kenapa begitu?"

"Ya, karena aku telah mengecek setiap sudut CCTV, tetapi tidak menemukan apapun." Jun menghela napas sejenak. "Ini kasus pencurian yang langka dan unik. Si pencuri telah melakukan pencurian berlian sebanyak lima kali, dan lucunya dia hanya mengambil berlian dari Nyonya Nao Namiki yang telah disita pemerintah. Bahkan, untuk kasus pencurian yang kelima, berlian yang ia ambil itu diletakkan satu kotak dengan berlian yang paling mahal. Tapi, berlian termahal itu tetap utuh," tutur Jun sambil memperlihatkan gambar-gambar berlian yang telah berhasil dicuri.

"Kurasa mungkin karena berlian milik nyonya Nao Namiki mempunyai keunikan dan ciri khas. Aku pernah dengar dari ayahku, mendiang Nao seorang kolektor berlian. Dan dia mengoleksi berlian-berlian terbaik di dunia," ujar Shohei.

"Masuk diakal!" seru Jun sambil memangku dagunya.

Tak lama kemudian, Sachi berteriak mengatakan bahwa makanan telah siap. Gadis itu terlihat tengah membawa makanan yang baru saja selesai dimasak dan menyajikan di atas meja makan. Jun dan Shohei beranjak dari duduk menuju ke meja makan. Shohei terkesiap melihat menu yang dihidangkan, ia seakan tak percaya bahwa Sachi dapat memasak seluruh makanan itu.

"Itadakimasu." Jun dan Sachi kompak berucap.

Shohei yang duduk berhadapan dengan Sachi, lagi-lagi terlihat canggung ketika Sachi menyodorkan beberapa hidangan ke arahnya.

"Arigatou gozaimasu." Shohei menunduk sopan.

"Iie," jawab Sachi sambil tersenyum.

Senyuman gadis itu justru membuat jantungnya berdegup kencang hingga ia dapat mendengar sendiri bunyi detakan jantungnya.

Jun menepuk pundak Shohei hingga membuat pria itu terkejut.

"Makanlah! Sampai kapan kau hanya terus memegang mangkuk."

Sachi menahan tawa melihat reaksi terkejut Shohei, dan itu membuat wajah pria itu memerah seperti kepiting rebus.

"Itadakimasu," ucap Shohei sambil mulai mengambil makanan.

Sedang menikmati masakannya sendiri, Sachi mendadak teringat soal fisika yang dikerjakan oleh Ren. Masih teringat jelas, ia bahkan baru memotong-motong sayuran ketika Ren tengah duduk di sofa sebelum akhirnya kakaknya dan Shohei datang.

"Onii–chan, menurutmu adakah seseorang yang dapat memecahkan beberapa soal fisika dalam waktu kurang lima menit?" tanya Sachi penasaran.

"Tentu saja ada," jawab Jun spontan.

"Benarkah?" Sachi menunjukkan ketertarikannya.

"Tapi ... jika dia mengerjakannya dengan asal-asalan," sambung Jun sambil tertawa.

Sachi merasa kesal dengan jawaban kakaknya. Padahal awalnya ia merasa senang jika Ren benar-benar bisa mengerjakan soal itu. Meskipun dia tidak bisa memastikan tugas yang dikerjakan Ren benar semua, tapi jelas pria itu menguasai rumus.

"Benar. Ada orang yang mampu mengerjakan soal fisika dalam waktu singkat." Shohei yang dari tadi bergeming, akhirnya turut memulai obrolan.

Sachi menatapnya dengan antusias. "Benarkah Yamazaki-kun?"

Shohei mengangguk. "Ya, itu hanya dapat dilakukan oleh orang ber-IQ di atas rata-rata."

"Maksudmu ... orang jenius?"

"Hum." Shohei mengangguk.

"Oh, iya. Aku lupa mengatakannya." Jun kembali menepuk pundak Shohei, lalu berkata pada Sachi. "Shohei sangat pandai pelajaran fisika. Dia sering memenangkan olimpiade fisika saat SMA. Benar, kan?" Jun menoleh ke arah Shohei.

"Sugoi!" Sachi menatap Shohei dengan mata berbinar.

"Dari mana opsir Megumi tahu?" Shohei tampak malu sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Aku mendengar dari teman-teman se-angkatanmu. Bukankah sebenarnya kau ingin kuliah di jurusan yang sama seperti Sachi pilih?"

"Ya, tapi karena ayahku polisi, makanya dia memaksa aku harus masuk kepolisian," jawab Shohei.

"Kalau begitu, apakah Yamazaki-kun dapat memecahkan soal fisika kurang dari lima menit?" tanya Sachi cepat.

"Tentu saja aku butuh waktu lebih, karena IQ-ku hanya tergolong superior. Tapi ... dulu aku punya kakak senior sekaligus lawanku dalam olimpiade fisika. Dia mempunyai IQ 195 dan juga memiliki daya ingat tajam. Dia dapat menyelesaikan soal-soal sains dan matematika dalam hitungan beberapa menit. Dan juga dapat menulis kembali sebuah buku yang baru saja dibacanya, dan itu ditulisnya per kata tanpa ada satupun yang terlewati." Shohei menceritakan dengan nada lambat-lambat.

"Sugoi!" Sachi berdecak kagum mendengarnya.

"Aku baru bisa menempati posisi juara 1 olimpiade fisika ketika dia telah lulus. Sayangnya, sejak itu aku tidak pernah tahu kabarnya. Ada kabar yang mengatakan hidupnya tragis karena ayahnya bunuh diri untuk membuktikan dirinya tidak bersalah dari tuduhan korupsi," lanjut Shohei.

"Ehem ...." Jun sengaja berdehem hingga membuat Shohei dan Sachi kompak menatap ke arahnya. Pria itu tergelak, kemudian berkata, "kalian terlihat sangat serius hingga aku merasa seperti obat nyamuk."

Shohei menggaruk kepalanya, ia pun baru menyadari gugupnya hilang seketika begitu menceritakan sosok pria yang pernah menjadi saingannya dalam lomba olimpiade semasa sekolah.

Malam itu, setelah selesai makan malam dan berbincang-bincang kecil, Shohei pamit pulang. Setelah memasang sepatunya, dia menatap Sachi yang mengantarnya sampai di depan pintu.

"Arigatou gozaimasu, Megumi-chan. Masakanmu sangat lezat," puji Shohei.

Sachi menunduk tersipu malu. Sementara, Shohei masih berdiri sambil tersenyum bodoh.

"Megumi–chan ...." panggilnya pelan.

"Ya."

"Apa ... aku boleh meneleponmu kapan-kapan?"

Sachi tersenyum, lalu menganggukkan kepala.

"Silakan."

"Arigatou. Aku pamit pulang dulu," ujar Shohei.

"Iya, hati-hati di jalan."

Shohei mengangguk. Namun, ia tak bergerak sedikit pun. Kakinya seakan terpaku di tempat hingga sulit beranjak pergi. Ia kembali salah tingkah dan memegang kupingnya.

"Aku pamit pulang dulu." Shohei mengulang kalimat yang sama sebelumnya.

"Iya, hati-hati di jalan," jawab Sachi mengulas senyum.

Masih diam di tempat, Shohei kembali tersenyum bodoh hingga kedua matanya menyipit. Kakinya terasa berat untuk melangkah pergi.

Dari balkon atas, Ren menyaksikan Sachi dengan Shohei yang sedari tadi terlihat malu-malu kucing. Sayangnya, dia hanya dapat melihat punggung pria yang tengah bicara dengan Sachi saat ini.

Hari itu telah beranjak pergi menggantikan hari yang baru. Seperti biasa, Sachi berangkat ke kampus dengan mengendarai sepedanya. Di kampus, ia menyetor tugas yang semalam dikerjakan Ren pada dosen. Selang beberapa jam, dosen mengumumkan hasil tugas. Di luar prediksi, tugas Sachi mendapatkan nilai sempurna. Bahkan, dosen memujinya berkali-kali.

Sachi hanya dapat terdiam. Seharusnya dia senang, tapi tugas itu bukan dikerjakan olehnya dan itu terlihat seperti curang. Seluruh teman-temannya pun turut memberi selamat atas nilai yang ia raih.

Memasuki senja, Sachi kembali ke rumahnya. Ketika hendak membuka pintu, ia menoleh ke kediaman Ren. Ia berniat mengucapkan terima kasih untuk tugas yang dikerjakan pria itu. Namun, rumah itu tampak sepi, sepertinya Ren jarang pulang ke rumah.

Sachi membuka pintu rumahnya. Ketika ia melangkah masuk, ia terperangah mendapati Ren ada di dalam dan tengah duduk di kursi sofa. Pria itu langsung melambaikan tangan ke arah Sachi sambil tersenyum manis.

"Kenapa kamu bisa masuk ke rumahku?" Sachi berjalan terburu-buru ke arah Ren.

"Tentu saja karena aku tahu password rumahmu," jawab Ren santai

"Dari mana kamu tahu?"

"Saat kau membuka pintu rumahmu. Di situ aku mengetahuinya!"

Sachi terdiam, masalahnya password rumahnya bukanlah angka yang mudah untuk dihafal dalam sekejap. Ia melirik ke arah Ren yang masih setia menatapnya.

"Soal fisika kemarin ... kamu, 'kan yang kerjakan?" tanya Sachi pelan.

"Ya." Ren bersedekap dengan ekspresi santai.

"Bagaimana bisa kau mengerjakan soal itu dengan cepat? Bahkan semuanya benar!"

Meski Sachi tahu, mungkin Ren golongan orang jenius, tapi dia masih sulit menerima bahwa sosok pria yang menjengkelkan itu berotak super.

"Apa kau ingin tahu rahasianya?"

Sachi langsung mengangguk cepat menunjukkan ketertarikannya atas info yang hendak pria itu katakan. Ren tersenyum, menggerakkan jari telunjuknya agar gadis itu mendekat ke arahnya. Sachi yang polos, langsung mengikuti kemauan Ren dengan mendekatkan telinganya ke bibir pria itu.

"Karena aku anak Albert Einstein," bisik Ren diiringi gelak tawa yang menjengkelkan.

Sachi menatapnya sinis. Bibir gadis itu mengerut berkumpul menjadi satu, sedang hidungnya mengembang karena kesal. Mengapa pria itu malah bercanda di saat dia tengah serius? Menjengkelkan, bukan?

Ketika dia hendak melangkah, Ren langsung menarik pergelangan tangannya hingga tubuhnya masuk ke dalam pelukan pria itu.

.

.

.

catatan penulis :

70 – 79 : Tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental

80 – 90 : Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal)

91 – 110 :   Tingkat IQ normal atau rata-rata

111 – 120 : Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal)

120 – 130 : Tingkat IQ superior (cerdas)

140++ : atau lebih Tingkat IQ sangat superior atau jenius.

di Indonesia orang ber-IQ tinggi yang terkenal adalah Almarhum **. Habibie dengan tingkat IQ 200.

Terpopuler

Comments

fica³

fica³

Ren nakajima dong 😎

2024-02-10

0

Naturelight

Naturelight

Aku superior tpi gk bruntung d karir😅

2023-03-03

0

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

udah tau ren penjahat tp kok aku ngefans sama dia🤭😍

2023-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Tetangga Baru
2 Chapter 2 : Pria Penghasut
3 Chapter 3 : Pria Kikuk
4 chapter 4 : Ciuman Ilusi
5 Chapter 5 : Jenius!
6 Chapter 6 : Menagih Janji
7 Chapter 7 : Devil
8 Chapter 8 : Pesona Host
9 Chapter 9 : Ciuman Anti Virus
10 Chapter 10 : Resmi Pacaran
11 Chapter 11 : Insiden di Kapal Pesiar
12 Chapter 12 : Penyelidikan
13 Chapter 13 : Jangan dekat dengan pria manapun
14 Chapter 14 : Kau adalah Aldebaran
15 Chapter 15 : Berlian Nyonya Nao
16 Chapter 16 : Pesona Detektif
17 Chapter 17 : Kamu
18 Chapter 18 : Tangan Kidal
19 Chapter 19 : Menjalin Keakraban
20 Chapter 20 : Hal Gila
21 Chapter 21 : Perasaan Bersalah
22 Chapter 22 : Salah Sangka
23 Chapter 23 : Inisial Pencuri Berlian
24 Chapter 24 : Disneysea Tokyo
25 Chapter 25 : Nona Manekin
26 Chapter 26 : Sebuah Tawaran
27 Chapter 27 : Pesta pun Dimulai
28 Chapter 28 : Terprovokasi
29 Chapter 29 : Pengeroyokan
30 Chapter 30 : Ren Menghilang
31 Chapter 31 : Heartbreak
32 Chapter 32 : Beautiful Moment
33 Chapter 33 : Mencuri Waktu
34 Chapter 34 : Melebur Rasa
35 Chapter 35 : Meninggalkan Pesan
36 Chapter 36 : Acara Pelelangan
37 Chapter 37 : Jun vs Pencuri
38 Chapter 38 : Gara-gara Ren
39 Chapter 39 : Ingatan Super
40 Chapter 40 : IQ 190
41 Chapter 41: Percayalah Padaku!
42 Chapter 42 : Tak Bisa Menerima
43 Chapter 43 : Seperti Dejavu
44 Chapter 44 : Kejujuran yang Pahit
45 Chapter 45 : Festival Musim Panas
46 Chapter 46 : Apa yang Terjadi?
47 Chapter 47 : Sebuah Jebakan?
48 Chapter 48 : Sekadar Peringatan
49 Chapter 49 : Tak Ingin Mendengar Apa pun
50 Chapter 50 : Membuat Kenangan Indah di Tubuhmu
51 Chapter 51 : Tunggu Aku di Sini!
52 Chapter 52 : Tanggal 2
53 Chapter 53 : The Secret Thief
54 Chapter 54 : Kejutan Ulang Tahun
55 Chapter 55 : Buku Biografi Yuji Nakajima
56 Chapter 56 : Pencarian Antares, Bintang yang Hilang
57 Chapter 57 : Tetap Menunggu
58 Chapter 58 : Konser Chiba Yamada
59 Chapter 59 : Baka!
60 Chapter 60 : Meskipun Terlambat, Mari Kita Rayakan!
61 Chapter 61 : Terus Menyelidiki
62 Chapter 62 : Kasus Maki Okada
63 Chapter 63 : Terpecahkan?
64 Chapter 64 : Alibi
65 Chapter 65 : Perang Dingin
66 Chapter 66 : Perempuan di Samping Mereka
67 Chapter 67 : Setitik Cahaya di Hati
68 Chapter 68 : Penyamaran
69 Chapter 69 : Pendekatan
70 Chapter 70 : Pria Tua
71 Chapter 71 : Menikah?
72 Chapter 72 : Gara-gara Mabuk
73 Chapter 73 : Bisakah kau memberiku sebuah keluarga?
74 Chapter 74 : Antara Ren, Emi, dan Jun
75 Chapter 75 : CCTV
76 Chapter 76 : Antara Jun, Sachi, dan Ren
77 Chapter 77 : Rencana Berikutnya
78 Chapter 78 : Surat Kaleng
79 Chapter 79 : Gangguan di Malam Hari
80 Chapter 80 : Apa pun Akan Ia Lakukan
81 Chapter 81 : Sirene Polisi
82 Chapter 82 : Buliran Hujan
83 Chapter 83 : Rui dan Ren
84 Chapter 84 : Siapa yang harus ia percaya?
85 Chapter 85 : Tetap Percaya
86 Chapter 86 : Mari Berbahagia Bersama
87 Chapter 87 : Fakta baru?
88 Chapter 88 : Hajimemashite
89 Chapter 89 : Merindukanmu
90 Chapter 90 : Melindungi dan Mengawalmu
91 Chapter 91 : Ajudan Perdana Menteri
92 Chapter 92 : Ren vs Jun, Siapa yang Kalah?
93 Chapter 93 : Kejadian di Tokyo Tower
94 Chapter 94 : Minggu Kedua Musim Gugur
95 Chapter 95 : Gadis Putih?
96 Chapter 96 : Jun vs Pencuri Jilid 2
97 Chapter 97 : Tertipu?
98 Chapter 98 : Mengundurkan diri
99 Chapter 99 : Kasus Delapan Tahun yang Lalu
100 Chapter 100 : Semoga Tidak
101 Chapter 101 : Hamil
102 Chapter 102 : Keputusan Hakim
103 Chapter 103 : Kenyataan Menyedihkan
104 Chapter 104 : Pengakuan
105 Chapter 105 : Posisi yang Sulit
106 Chapter 106 : Jika nanti ....
107 Chapter 107 : Memiliki Rasa Ketakutan
108 Chapter 108 : Jangan Menangisiku!
109 Chapter 109 : Momen Mengharukan
110 Chapter 110 : Apa Tujuan Ren?
111 Chapter 111 : Perang Logika
112 Chapter 112 : Permohonan Pilu
113 Chapter 113 : Mengantarmu ke Gerbang Penjara
114 Chapter 114 : Ketika Polisi Berempati
115 Chapter 115 : Mengusut Kasus
116 Chapter 116 : Salju Pertama yang Turun
117 Chapter 117 : Ren vs Jun
118 Chapter 118 : Babak Baru
119 Chapter 119 : Di Balik Jeruji Besi
120 Chapter 120 : Pembelaan Shohei
121 Chapter 121 : Masa Lalumu Milikmu
122 Chapter 122 : Persamaan Rui dan Ren
123 Chapter 123 : Kisah di Balik Kisah
124 Chapter 124 : Aksi Terakhir, Berhasilkah?
125 Chapter 125 : Dream Diamond
126 Pengumuman
127 Chapter 126 : Siapa Dalangnya?
128 Chapter 127 : Sulit Untuk Menerima
129 Chapter 128 : Akhir Perjalanan The Secret Thief
130 Chapter 129 : Daijobu Desu
131 Chapter 130 : Tenang Seperti Danau
132 Chapter 131 : Hati yang Menghangat
133 Chapter 132 : Pengorbanan Seorang Ayah
134 Chapter 133 : Melihat Dunia Melalui Matamu
135 Chapter 134 : Sebuah Takdir
136 Chapter 135 : Labirin Waktu
137 Chapter 136 : Sakura di Musim Semi
138 Chapter 137 : Kemarin Adalah Nyata
139 Apologize and Thanks
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Chapter 1 : Tetangga Baru
2
Chapter 2 : Pria Penghasut
3
Chapter 3 : Pria Kikuk
4
chapter 4 : Ciuman Ilusi
5
Chapter 5 : Jenius!
6
Chapter 6 : Menagih Janji
7
Chapter 7 : Devil
8
Chapter 8 : Pesona Host
9
Chapter 9 : Ciuman Anti Virus
10
Chapter 10 : Resmi Pacaran
11
Chapter 11 : Insiden di Kapal Pesiar
12
Chapter 12 : Penyelidikan
13
Chapter 13 : Jangan dekat dengan pria manapun
14
Chapter 14 : Kau adalah Aldebaran
15
Chapter 15 : Berlian Nyonya Nao
16
Chapter 16 : Pesona Detektif
17
Chapter 17 : Kamu
18
Chapter 18 : Tangan Kidal
19
Chapter 19 : Menjalin Keakraban
20
Chapter 20 : Hal Gila
21
Chapter 21 : Perasaan Bersalah
22
Chapter 22 : Salah Sangka
23
Chapter 23 : Inisial Pencuri Berlian
24
Chapter 24 : Disneysea Tokyo
25
Chapter 25 : Nona Manekin
26
Chapter 26 : Sebuah Tawaran
27
Chapter 27 : Pesta pun Dimulai
28
Chapter 28 : Terprovokasi
29
Chapter 29 : Pengeroyokan
30
Chapter 30 : Ren Menghilang
31
Chapter 31 : Heartbreak
32
Chapter 32 : Beautiful Moment
33
Chapter 33 : Mencuri Waktu
34
Chapter 34 : Melebur Rasa
35
Chapter 35 : Meninggalkan Pesan
36
Chapter 36 : Acara Pelelangan
37
Chapter 37 : Jun vs Pencuri
38
Chapter 38 : Gara-gara Ren
39
Chapter 39 : Ingatan Super
40
Chapter 40 : IQ 190
41
Chapter 41: Percayalah Padaku!
42
Chapter 42 : Tak Bisa Menerima
43
Chapter 43 : Seperti Dejavu
44
Chapter 44 : Kejujuran yang Pahit
45
Chapter 45 : Festival Musim Panas
46
Chapter 46 : Apa yang Terjadi?
47
Chapter 47 : Sebuah Jebakan?
48
Chapter 48 : Sekadar Peringatan
49
Chapter 49 : Tak Ingin Mendengar Apa pun
50
Chapter 50 : Membuat Kenangan Indah di Tubuhmu
51
Chapter 51 : Tunggu Aku di Sini!
52
Chapter 52 : Tanggal 2
53
Chapter 53 : The Secret Thief
54
Chapter 54 : Kejutan Ulang Tahun
55
Chapter 55 : Buku Biografi Yuji Nakajima
56
Chapter 56 : Pencarian Antares, Bintang yang Hilang
57
Chapter 57 : Tetap Menunggu
58
Chapter 58 : Konser Chiba Yamada
59
Chapter 59 : Baka!
60
Chapter 60 : Meskipun Terlambat, Mari Kita Rayakan!
61
Chapter 61 : Terus Menyelidiki
62
Chapter 62 : Kasus Maki Okada
63
Chapter 63 : Terpecahkan?
64
Chapter 64 : Alibi
65
Chapter 65 : Perang Dingin
66
Chapter 66 : Perempuan di Samping Mereka
67
Chapter 67 : Setitik Cahaya di Hati
68
Chapter 68 : Penyamaran
69
Chapter 69 : Pendekatan
70
Chapter 70 : Pria Tua
71
Chapter 71 : Menikah?
72
Chapter 72 : Gara-gara Mabuk
73
Chapter 73 : Bisakah kau memberiku sebuah keluarga?
74
Chapter 74 : Antara Ren, Emi, dan Jun
75
Chapter 75 : CCTV
76
Chapter 76 : Antara Jun, Sachi, dan Ren
77
Chapter 77 : Rencana Berikutnya
78
Chapter 78 : Surat Kaleng
79
Chapter 79 : Gangguan di Malam Hari
80
Chapter 80 : Apa pun Akan Ia Lakukan
81
Chapter 81 : Sirene Polisi
82
Chapter 82 : Buliran Hujan
83
Chapter 83 : Rui dan Ren
84
Chapter 84 : Siapa yang harus ia percaya?
85
Chapter 85 : Tetap Percaya
86
Chapter 86 : Mari Berbahagia Bersama
87
Chapter 87 : Fakta baru?
88
Chapter 88 : Hajimemashite
89
Chapter 89 : Merindukanmu
90
Chapter 90 : Melindungi dan Mengawalmu
91
Chapter 91 : Ajudan Perdana Menteri
92
Chapter 92 : Ren vs Jun, Siapa yang Kalah?
93
Chapter 93 : Kejadian di Tokyo Tower
94
Chapter 94 : Minggu Kedua Musim Gugur
95
Chapter 95 : Gadis Putih?
96
Chapter 96 : Jun vs Pencuri Jilid 2
97
Chapter 97 : Tertipu?
98
Chapter 98 : Mengundurkan diri
99
Chapter 99 : Kasus Delapan Tahun yang Lalu
100
Chapter 100 : Semoga Tidak
101
Chapter 101 : Hamil
102
Chapter 102 : Keputusan Hakim
103
Chapter 103 : Kenyataan Menyedihkan
104
Chapter 104 : Pengakuan
105
Chapter 105 : Posisi yang Sulit
106
Chapter 106 : Jika nanti ....
107
Chapter 107 : Memiliki Rasa Ketakutan
108
Chapter 108 : Jangan Menangisiku!
109
Chapter 109 : Momen Mengharukan
110
Chapter 110 : Apa Tujuan Ren?
111
Chapter 111 : Perang Logika
112
Chapter 112 : Permohonan Pilu
113
Chapter 113 : Mengantarmu ke Gerbang Penjara
114
Chapter 114 : Ketika Polisi Berempati
115
Chapter 115 : Mengusut Kasus
116
Chapter 116 : Salju Pertama yang Turun
117
Chapter 117 : Ren vs Jun
118
Chapter 118 : Babak Baru
119
Chapter 119 : Di Balik Jeruji Besi
120
Chapter 120 : Pembelaan Shohei
121
Chapter 121 : Masa Lalumu Milikmu
122
Chapter 122 : Persamaan Rui dan Ren
123
Chapter 123 : Kisah di Balik Kisah
124
Chapter 124 : Aksi Terakhir, Berhasilkah?
125
Chapter 125 : Dream Diamond
126
Pengumuman
127
Chapter 126 : Siapa Dalangnya?
128
Chapter 127 : Sulit Untuk Menerima
129
Chapter 128 : Akhir Perjalanan The Secret Thief
130
Chapter 129 : Daijobu Desu
131
Chapter 130 : Tenang Seperti Danau
132
Chapter 131 : Hati yang Menghangat
133
Chapter 132 : Pengorbanan Seorang Ayah
134
Chapter 133 : Melihat Dunia Melalui Matamu
135
Chapter 134 : Sebuah Takdir
136
Chapter 135 : Labirin Waktu
137
Chapter 136 : Sakura di Musim Semi
138
Chapter 137 : Kemarin Adalah Nyata
139
Apologize and Thanks

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!