Chapter 16 : Pesona Detektif

Jun langsung berjalan ke ruang interogasi. di sana Emi telah duduk tenang. Keduanya duduk saling berhadapan di dalam ruang interogasi yang gelap dan tak ada siapapun. Kehadiran Emi sebagai saksi sekaligus keluarga korban sangat diperlukan di kepolisian untuk keterangan penyelidikan lebih langsung.

Jun memerhatikan wajah Emi yang cantik tetapi begitu datar. Bola matanya yang bulat dan hitam itu tampak kosong. Wajahnya yang putih pucat laksana salju, terlihat dingin. Tak ada sedikit pun garis senyum di bibirnya yang mungil bak boneka.

"Arigatou gozaimasu atas kehadirannya kembali di kantor ini untuk menjadi saksi. Saya Jun Megumi, dari devisi penyidik." Jun mengulurkan tangan ke arah Emi. Namun, gadis itu langsung memalingkan wajahnya.

Jun tersenyum dan menarik tangannya kembali. "Apakah Anda sudah siap menjawab beberapa pertanyaan? Jangan khawatir, Anda hanya sebagai saksi di sini. Segala kesaksianmu akan sangat membantu sepupumu untuk meraih keadilan dan menghukum pelaku," ucap Jun, "Bisakah kau menceritakan apa yang terjadi malam itu?"

Emi masih bergeming. Matanya menatap lurus ke arah Jun, tetapi pandangannya kosong.

"Ceritakan apa saja yang kau ketahui malam itu. Satu info darimu sangat membantu kami dalam penyelidikan."

Jawablah setiap pertanyaan mereka. Tapi ingat, jangan jawab dengan jujur! Hati-hati, mereka akan melempar pertanyaan yang menjebak. Polisi mempelajari bahasa tubuhmu seperti kontak mata, gerak tubuh, dan postur untuk memahami apakah kau berkata jujur atau berbohong. Jangan pernah menyilangkan lengan selama menjawab pertanyaan, karena mereka akan menganggap kau sedang menutup-nutupi sesuatu. Jika kau salah jawab, maka mereka akan curiga dan statusmu sebagai saksi bisa berubah.

Emi mengingat ucapan Ren sebelum ia memutuskan datang ke sini. Gadis itu kembali menoleh ke arah Jun yang menatapnya dengan penuh harap.

"Malam itu, aku menemaninya pergi ke pesta tersebut. Tapi, sebelum acara dimulai, dia bertemu dengan seorang lelaki. Mereka bertemu di suatu tempat, sementara aku menunggunya di tempat mereka bertemu." Emi mulai menjelaskan kronologi kejadian.

Dari luar kaca ruang interogasi, Shohei dan beberapa polisi yang menyaksikan Jun dan gadis itu, terkejut saat mendengar Emi mau berbicara. Mereka berpikir Jun memiliki pesona yang kuat sehingga gadis itu mau berbicara, tidak seperti saat Shohei menginterogasinya.

"Apakah lelaki itu adalah kekasihnya?" tanya Jun begitu mendengar kronologi singkat dari Emi.

"Aku tidak tahu."

"Kenapa tidak tahu? Bukankah kalian sepupu dan tinggal serumah?"

Emi terdiam. Mereka memang sepupu, tapi Emi tak pernah peduli urusan kakak sepupunya itu. Baginya, Maki tidak pantas dianggap sebagai keluarganya karena telah membuat hidup gadis itu seperti neraka.

"Dia tidak pernah menceritakan apapun tentang kehidupannya."

"Baiklah!" Jun mengeluarkan sebuah kertas yang tercetak wajah Tatsuya. "Apakah pria ini yang mengajaknya bertemu?"

"Ya."

"Apakah saat itu mereka terlihat sedang marahan?"

"Sepertinya tidak."

"Apakah ada tingkah mencurigakan dari pria itu ketika kau melihatnya pergi bersama korban?"

"Aku tidak tahu. Aku tidak peduli dengan itu semua."

"Bisakah kau menjelaskan perilaku korban sehari-hari?"

"Dia pemarah dan pemaksa. Dia juga ambisius."

"Apakah sepupumu memiliki sahabat atau musuh? Atau mungkin dia pernah cekcok dengan seseorang?"

"Aku tidak tahu."

"Bagaimana dengan dirimu sendiri? Bagaimana perlakuannya terhadap dirimu?"

"Kenapa kau banyak sekali bertanya?" pekik Emi kesal, dia menatap Jun dengan tajam.

Senyum Jun terurai secara refleks. Dia berdiri lalu mencongkan badannya mendekat ke arah Emi dengan kedua tangan bertumpu di atas meja. Sontak, ia dapat melihat dengan jelas wajah tampan pria berseragam polisi itu.

"Karena ini tugasku," ucap Jun dengan seutas senyum.

Emi memerhatikan mata jernih pria itu dari jarak yang sangat dekat. Namun detik berikutnya, gadis itu langsung memalingkan wajahnya.

Beberapa pertanyaan terus bergulir, dan Emi menjawabnya tanpa keraguan. Sebelum mengakhiri interogasi, Jun melempar satu pertanyaan terakhir.

"Apakah kau tahu kakak sepupumu sedang mengandung dua bulan?"

Emi tersentak seketika, bibirnya langsung terkatup sempurna dan dia menunduk dengan mata yang terbuka lebar. Dari gerak bola matanya, Jun dapat membaca perubahan ekspresinya yang menjadi gugup setelah mendengar pertanyaan terakhir.

"Aku tidak tahu ...." ucapnya masih tertunduk.

"Kau pasti sangat sedih mendengar kakakmu meninggal dalam kondisi hamil," ucap Jun.

Emi tak menjawab. Dia menundukkan kepala dalam-dalam.

"Baiklah. Arigatou gozaimasu atas waktunya. Kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang." Jun kembali mengulurkan tangannya, tetapi Emi langsung berdiri dan beranjak dari bangkunya. Ia sudah tak sabar untuk keluar dari ruangan gelap itu, dan terburu-buru membuka pintu.

Jun ikut melangkah keluar bersama Emi. "Ano ... omong-omong gaya rambutmu sekarang lebih cocok dengan bentuk wajahmu. Auramu menjadi lebih terlihat."

Pujian dari Jun, membuat Emi tersentak seketika. Ia melepas tangannya dari pegangan gagang pintu, dan wajahnya kembali tertunduk. Jun memerhatikan wajah gadis itu dengan sedikit mengintip ke bawah.

"Ano ...."

Jun mencoba memanggil gadis itu dengan ragu-ragu. Namun, sedetik kemudian Emi langsung menarik gagang pintu dan keluar dengan langkah cepat. Jun pun ikut keluar dari ruangan interogasi bersamaan dengan jam istirahat kantor.

Jun berjalan menuju keluar gedung kantor. Sepanjang jalan, beberapa polwan yang berpapasan dengannya tak sungkan untuk menegurnya. Ya, pria murah senyum itu digilai banyak polwan muda. Mereka kadang-kadang menawarkan makan siang bersama. Sayangnya, dia selalu membawa bekal makan siang buatan adiknya.

Kali ini Jun memutuskan untuk makan siang di kafe yang terletak depan gedung kepolisian metropolitan. Ini karena Sachi tidak memasak pagi tadi sehingga dia tidak membawa bekal dan mengharuskan dia makan siang di luar kantor. Saat berjalan di pintu masuk gedung, penglihatan pria itu terkunci pada Emi yang berdiri di teras sambil meletakkan ponselnya di telinga. Sesekali gadis itu melihat ke arah jalan seperti sedang menunggu seseorang. Ya, dia memang tengah menunggu Ren menjemputnya. Namun, pria itu tak kunjung menerima panggilan teleponnya.

"Apa kau sedang menunggu seseorang?"

Emi refleks berbalik saat mendengar suara Jun. Benar saja, pria itu telah berada di belakangnya. Namun, dengan tak acuh Emi tetap sibuk dengan ponselnya sembari mengedarkan pandangan ke arah jalan raya.

"Jika kau menunggu seseorang, lebih baik tunggulah di kafe sana." Jun menunjuk sebuah kafe di seberang jalan. "Kafe itu menyediakan banyak makanan enak dan minuman yang segar. Kau bisa menunggu sambil menikmati minuman agar tidak bosan."

Lagi-lagi perkataannya tak ditanggapi oleh Emi. Gadis itu malah meliriknya dengan tatapan sinis. Jun langsung berjalan menuju kafe tersebut usai berkata. Dia memesan sup daging sapi yang menjadi menu andalan di kafe itu. Ia membawa nampan yang berisi semangkuk sup, dan berjalan ke arah meja kosong. Pria itu bertegur sapa dengan beberapa polisi juga tampak makan di sana.

Sepuluh menit berlalu, dan Emi masih mematung di tempat itu. Ren tak kunjung menerima panggilan teleponnya. Dia mendengus kesal, tetapi masih dalam posisi sabar. Sejenak, pandangannya teralihkan pada kafe yang baru saja ditunjuk oleh Jun. Ia pun melangkah menuju kafe itu. Ketika hendak masuk, beberapa polwan yang juga berjalan beriringan dengannya tampak terkejut melihat Jun ada di sana.

"Ini pertama kalinya aku melihat Opsir Megumi makan siang di tempat ini. Kalau kutahu, aku akan mengajaknya makan berdua," ujar salah satu polwan dengan wajah sesal.

Emi melihat arah pandang polwan-polwan itu dan memahami jika mereka tengah membicarakan polisi yang baru saja menginterogasinya. Gadis itu masuk di kafe dan memesan sebuah minuman matcha smoothie. Dia memilih duduk di samping jendela dan sempat melirik ke arah Jun yang hampir selesai makan.

Tak lama kemudian, seorang kakek tua renta dengan pakaian yang sedikit tak layak masuk ke kafe tersebut. Dia membaca sejumlah menu dan harga yang tertera di depan meja pemesanan. Kemudian kakek itu mengambil dompet lusuh di saku bajunya untuk memeriksa uangnya. Sepertinya, uang kakek tersebut tidak cukup untuk membeli menu-menu yang ada di kafe itu.

Jun yang telah selesai makan, memerhatikan ekspresi kakek itu. Dia pun berdiri, dan menghampiri kakek yang hendak berbalik pulang. Ketika tubuhnya mendekat ke arah kakek, dengan sengaja ia menjatuhkan beberapa lembar uang miliknya.

"Kakek, uangmu terjatuh," tegur Jun sambil menunjuk ke bawah.

Kakek itu melirik ke bawah dan tersentak melihat tiga lembaran Yen yang terlipat itu tepat berada di samping sepatunya. Dengan sedikit ragu, kakek itu mengambil uang yang jatuh. Kemudian menoleh ke arah Jun yang baru saja keluar dari kafe itu. Kakek itu pun memesan makanan dan membayarnya dengan uang yang dijatuhkan Jun.

Emi yang sedari tadi memerhatikan apa yang dilakukan Jun, hanya bisa menarik sudut bibirnya ke atas. Dari kaca kafe, mata gadis itu terus menguntit Jun yang tengah menyeberang jalan untuk kembali ke kantornya.

.

.

.

btw, gambar di atas benar2 gedung kepolisian metropolitan di Tokyo. itu adalah kepolisian terbesar di dunia loh. sebab itu, Jepang adalah negara dengan tingkat kejahatan terendah karena kau dapat menemukan polisi di mana saja.

kamu pilih cowok devil kek Ren atau cowok angel kek Jun? atau pilih Ren Tenir (Author)? 🙄🤧😁🤣

Terpopuler

Comments

Hani Hanifah

Hani Hanifah

milih othor weh.. yang mana bisa membuat novel dengan tokoh" yang karakternya spesial... badboy tapi ada baek baeknya... tokoh polisi yang "polos" tapi otaknya mah berisi😅...

2023-09-14

1

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

dilema banget klo emi terpesona sama pak pol ganteng,nasib ren diujung tanduk
atau memang aksi ren sudah waktunya terlacak?

2023-02-05

0

mama galaau

mama galaau

pilihan yg sangat sulit
tp lebih suka devil sih
krn polisi di negrinamdua menyebalkan

2023-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Tetangga Baru
2 Chapter 2 : Pria Penghasut
3 Chapter 3 : Pria Kikuk
4 chapter 4 : Ciuman Ilusi
5 Chapter 5 : Jenius!
6 Chapter 6 : Menagih Janji
7 Chapter 7 : Devil
8 Chapter 8 : Pesona Host
9 Chapter 9 : Ciuman Anti Virus
10 Chapter 10 : Resmi Pacaran
11 Chapter 11 : Insiden di Kapal Pesiar
12 Chapter 12 : Penyelidikan
13 Chapter 13 : Jangan dekat dengan pria manapun
14 Chapter 14 : Kau adalah Aldebaran
15 Chapter 15 : Berlian Nyonya Nao
16 Chapter 16 : Pesona Detektif
17 Chapter 17 : Kamu
18 Chapter 18 : Tangan Kidal
19 Chapter 19 : Menjalin Keakraban
20 Chapter 20 : Hal Gila
21 Chapter 21 : Perasaan Bersalah
22 Chapter 22 : Salah Sangka
23 Chapter 23 : Inisial Pencuri Berlian
24 Chapter 24 : Disneysea Tokyo
25 Chapter 25 : Nona Manekin
26 Chapter 26 : Sebuah Tawaran
27 Chapter 27 : Pesta pun Dimulai
28 Chapter 28 : Terprovokasi
29 Chapter 29 : Pengeroyokan
30 Chapter 30 : Ren Menghilang
31 Chapter 31 : Heartbreak
32 Chapter 32 : Beautiful Moment
33 Chapter 33 : Mencuri Waktu
34 Chapter 34 : Melebur Rasa
35 Chapter 35 : Meninggalkan Pesan
36 Chapter 36 : Acara Pelelangan
37 Chapter 37 : Jun vs Pencuri
38 Chapter 38 : Gara-gara Ren
39 Chapter 39 : Ingatan Super
40 Chapter 40 : IQ 190
41 Chapter 41: Percayalah Padaku!
42 Chapter 42 : Tak Bisa Menerima
43 Chapter 43 : Seperti Dejavu
44 Chapter 44 : Kejujuran yang Pahit
45 Chapter 45 : Festival Musim Panas
46 Chapter 46 : Apa yang Terjadi?
47 Chapter 47 : Sebuah Jebakan?
48 Chapter 48 : Sekadar Peringatan
49 Chapter 49 : Tak Ingin Mendengar Apa pun
50 Chapter 50 : Membuat Kenangan Indah di Tubuhmu
51 Chapter 51 : Tunggu Aku di Sini!
52 Chapter 52 : Tanggal 2
53 Chapter 53 : The Secret Thief
54 Chapter 54 : Kejutan Ulang Tahun
55 Chapter 55 : Buku Biografi Yuji Nakajima
56 Chapter 56 : Pencarian Antares, Bintang yang Hilang
57 Chapter 57 : Tetap Menunggu
58 Chapter 58 : Konser Chiba Yamada
59 Chapter 59 : Baka!
60 Chapter 60 : Meskipun Terlambat, Mari Kita Rayakan!
61 Chapter 61 : Terus Menyelidiki
62 Chapter 62 : Kasus Maki Okada
63 Chapter 63 : Terpecahkan?
64 Chapter 64 : Alibi
65 Chapter 65 : Perang Dingin
66 Chapter 66 : Perempuan di Samping Mereka
67 Chapter 67 : Setitik Cahaya di Hati
68 Chapter 68 : Penyamaran
69 Chapter 69 : Pendekatan
70 Chapter 70 : Pria Tua
71 Chapter 71 : Menikah?
72 Chapter 72 : Gara-gara Mabuk
73 Chapter 73 : Bisakah kau memberiku sebuah keluarga?
74 Chapter 74 : Antara Ren, Emi, dan Jun
75 Chapter 75 : CCTV
76 Chapter 76 : Antara Jun, Sachi, dan Ren
77 Chapter 77 : Rencana Berikutnya
78 Chapter 78 : Surat Kaleng
79 Chapter 79 : Gangguan di Malam Hari
80 Chapter 80 : Apa pun Akan Ia Lakukan
81 Chapter 81 : Sirene Polisi
82 Chapter 82 : Buliran Hujan
83 Chapter 83 : Rui dan Ren
84 Chapter 84 : Siapa yang harus ia percaya?
85 Chapter 85 : Tetap Percaya
86 Chapter 86 : Mari Berbahagia Bersama
87 Chapter 87 : Fakta baru?
88 Chapter 88 : Hajimemashite
89 Chapter 89 : Merindukanmu
90 Chapter 90 : Melindungi dan Mengawalmu
91 Chapter 91 : Ajudan Perdana Menteri
92 Chapter 92 : Ren vs Jun, Siapa yang Kalah?
93 Chapter 93 : Kejadian di Tokyo Tower
94 Chapter 94 : Minggu Kedua Musim Gugur
95 Chapter 95 : Gadis Putih?
96 Chapter 96 : Jun vs Pencuri Jilid 2
97 Chapter 97 : Tertipu?
98 Chapter 98 : Mengundurkan diri
99 Chapter 99 : Kasus Delapan Tahun yang Lalu
100 Chapter 100 : Semoga Tidak
101 Chapter 101 : Hamil
102 Chapter 102 : Keputusan Hakim
103 Chapter 103 : Kenyataan Menyedihkan
104 Chapter 104 : Pengakuan
105 Chapter 105 : Posisi yang Sulit
106 Chapter 106 : Jika nanti ....
107 Chapter 107 : Memiliki Rasa Ketakutan
108 Chapter 108 : Jangan Menangisiku!
109 Chapter 109 : Momen Mengharukan
110 Chapter 110 : Apa Tujuan Ren?
111 Chapter 111 : Perang Logika
112 Chapter 112 : Permohonan Pilu
113 Chapter 113 : Mengantarmu ke Gerbang Penjara
114 Chapter 114 : Ketika Polisi Berempati
115 Chapter 115 : Mengusut Kasus
116 Chapter 116 : Salju Pertama yang Turun
117 Chapter 117 : Ren vs Jun
118 Chapter 118 : Babak Baru
119 Chapter 119 : Di Balik Jeruji Besi
120 Chapter 120 : Pembelaan Shohei
121 Chapter 121 : Masa Lalumu Milikmu
122 Chapter 122 : Persamaan Rui dan Ren
123 Chapter 123 : Kisah di Balik Kisah
124 Chapter 124 : Aksi Terakhir, Berhasilkah?
125 Chapter 125 : Dream Diamond
126 Pengumuman
127 Chapter 126 : Siapa Dalangnya?
128 Chapter 127 : Sulit Untuk Menerima
129 Chapter 128 : Akhir Perjalanan The Secret Thief
130 Chapter 129 : Daijobu Desu
131 Chapter 130 : Tenang Seperti Danau
132 Chapter 131 : Hati yang Menghangat
133 Chapter 132 : Pengorbanan Seorang Ayah
134 Chapter 133 : Melihat Dunia Melalui Matamu
135 Chapter 134 : Sebuah Takdir
136 Chapter 135 : Labirin Waktu
137 Chapter 136 : Sakura di Musim Semi
138 Chapter 137 : Kemarin Adalah Nyata
139 Apologize and Thanks
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Chapter 1 : Tetangga Baru
2
Chapter 2 : Pria Penghasut
3
Chapter 3 : Pria Kikuk
4
chapter 4 : Ciuman Ilusi
5
Chapter 5 : Jenius!
6
Chapter 6 : Menagih Janji
7
Chapter 7 : Devil
8
Chapter 8 : Pesona Host
9
Chapter 9 : Ciuman Anti Virus
10
Chapter 10 : Resmi Pacaran
11
Chapter 11 : Insiden di Kapal Pesiar
12
Chapter 12 : Penyelidikan
13
Chapter 13 : Jangan dekat dengan pria manapun
14
Chapter 14 : Kau adalah Aldebaran
15
Chapter 15 : Berlian Nyonya Nao
16
Chapter 16 : Pesona Detektif
17
Chapter 17 : Kamu
18
Chapter 18 : Tangan Kidal
19
Chapter 19 : Menjalin Keakraban
20
Chapter 20 : Hal Gila
21
Chapter 21 : Perasaan Bersalah
22
Chapter 22 : Salah Sangka
23
Chapter 23 : Inisial Pencuri Berlian
24
Chapter 24 : Disneysea Tokyo
25
Chapter 25 : Nona Manekin
26
Chapter 26 : Sebuah Tawaran
27
Chapter 27 : Pesta pun Dimulai
28
Chapter 28 : Terprovokasi
29
Chapter 29 : Pengeroyokan
30
Chapter 30 : Ren Menghilang
31
Chapter 31 : Heartbreak
32
Chapter 32 : Beautiful Moment
33
Chapter 33 : Mencuri Waktu
34
Chapter 34 : Melebur Rasa
35
Chapter 35 : Meninggalkan Pesan
36
Chapter 36 : Acara Pelelangan
37
Chapter 37 : Jun vs Pencuri
38
Chapter 38 : Gara-gara Ren
39
Chapter 39 : Ingatan Super
40
Chapter 40 : IQ 190
41
Chapter 41: Percayalah Padaku!
42
Chapter 42 : Tak Bisa Menerima
43
Chapter 43 : Seperti Dejavu
44
Chapter 44 : Kejujuran yang Pahit
45
Chapter 45 : Festival Musim Panas
46
Chapter 46 : Apa yang Terjadi?
47
Chapter 47 : Sebuah Jebakan?
48
Chapter 48 : Sekadar Peringatan
49
Chapter 49 : Tak Ingin Mendengar Apa pun
50
Chapter 50 : Membuat Kenangan Indah di Tubuhmu
51
Chapter 51 : Tunggu Aku di Sini!
52
Chapter 52 : Tanggal 2
53
Chapter 53 : The Secret Thief
54
Chapter 54 : Kejutan Ulang Tahun
55
Chapter 55 : Buku Biografi Yuji Nakajima
56
Chapter 56 : Pencarian Antares, Bintang yang Hilang
57
Chapter 57 : Tetap Menunggu
58
Chapter 58 : Konser Chiba Yamada
59
Chapter 59 : Baka!
60
Chapter 60 : Meskipun Terlambat, Mari Kita Rayakan!
61
Chapter 61 : Terus Menyelidiki
62
Chapter 62 : Kasus Maki Okada
63
Chapter 63 : Terpecahkan?
64
Chapter 64 : Alibi
65
Chapter 65 : Perang Dingin
66
Chapter 66 : Perempuan di Samping Mereka
67
Chapter 67 : Setitik Cahaya di Hati
68
Chapter 68 : Penyamaran
69
Chapter 69 : Pendekatan
70
Chapter 70 : Pria Tua
71
Chapter 71 : Menikah?
72
Chapter 72 : Gara-gara Mabuk
73
Chapter 73 : Bisakah kau memberiku sebuah keluarga?
74
Chapter 74 : Antara Ren, Emi, dan Jun
75
Chapter 75 : CCTV
76
Chapter 76 : Antara Jun, Sachi, dan Ren
77
Chapter 77 : Rencana Berikutnya
78
Chapter 78 : Surat Kaleng
79
Chapter 79 : Gangguan di Malam Hari
80
Chapter 80 : Apa pun Akan Ia Lakukan
81
Chapter 81 : Sirene Polisi
82
Chapter 82 : Buliran Hujan
83
Chapter 83 : Rui dan Ren
84
Chapter 84 : Siapa yang harus ia percaya?
85
Chapter 85 : Tetap Percaya
86
Chapter 86 : Mari Berbahagia Bersama
87
Chapter 87 : Fakta baru?
88
Chapter 88 : Hajimemashite
89
Chapter 89 : Merindukanmu
90
Chapter 90 : Melindungi dan Mengawalmu
91
Chapter 91 : Ajudan Perdana Menteri
92
Chapter 92 : Ren vs Jun, Siapa yang Kalah?
93
Chapter 93 : Kejadian di Tokyo Tower
94
Chapter 94 : Minggu Kedua Musim Gugur
95
Chapter 95 : Gadis Putih?
96
Chapter 96 : Jun vs Pencuri Jilid 2
97
Chapter 97 : Tertipu?
98
Chapter 98 : Mengundurkan diri
99
Chapter 99 : Kasus Delapan Tahun yang Lalu
100
Chapter 100 : Semoga Tidak
101
Chapter 101 : Hamil
102
Chapter 102 : Keputusan Hakim
103
Chapter 103 : Kenyataan Menyedihkan
104
Chapter 104 : Pengakuan
105
Chapter 105 : Posisi yang Sulit
106
Chapter 106 : Jika nanti ....
107
Chapter 107 : Memiliki Rasa Ketakutan
108
Chapter 108 : Jangan Menangisiku!
109
Chapter 109 : Momen Mengharukan
110
Chapter 110 : Apa Tujuan Ren?
111
Chapter 111 : Perang Logika
112
Chapter 112 : Permohonan Pilu
113
Chapter 113 : Mengantarmu ke Gerbang Penjara
114
Chapter 114 : Ketika Polisi Berempati
115
Chapter 115 : Mengusut Kasus
116
Chapter 116 : Salju Pertama yang Turun
117
Chapter 117 : Ren vs Jun
118
Chapter 118 : Babak Baru
119
Chapter 119 : Di Balik Jeruji Besi
120
Chapter 120 : Pembelaan Shohei
121
Chapter 121 : Masa Lalumu Milikmu
122
Chapter 122 : Persamaan Rui dan Ren
123
Chapter 123 : Kisah di Balik Kisah
124
Chapter 124 : Aksi Terakhir, Berhasilkah?
125
Chapter 125 : Dream Diamond
126
Pengumuman
127
Chapter 126 : Siapa Dalangnya?
128
Chapter 127 : Sulit Untuk Menerima
129
Chapter 128 : Akhir Perjalanan The Secret Thief
130
Chapter 129 : Daijobu Desu
131
Chapter 130 : Tenang Seperti Danau
132
Chapter 131 : Hati yang Menghangat
133
Chapter 132 : Pengorbanan Seorang Ayah
134
Chapter 133 : Melihat Dunia Melalui Matamu
135
Chapter 134 : Sebuah Takdir
136
Chapter 135 : Labirin Waktu
137
Chapter 136 : Sakura di Musim Semi
138
Chapter 137 : Kemarin Adalah Nyata
139
Apologize and Thanks

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!