SEPULANG SEKOLAH

Akhir pekan semakin dekat, Aku di sibukkan dengan berbagai tugas untuk pertemuan senin depan.

"Ri.. gimana ni? kita tugas kelompok di rumah kamu aja ya?" sambil menepuk bahu Junaidi mengagetkan ku dari belakang.

"Jangan deh, di tempat yang lain aja" sahut ku menolak.

"lhoh.. kenapa?" tanya Junaidi bingung.

"Aku punya ade kecil di rumah, nanti keganggu" sahutku dengan tangan yang sibuk merapikan beberapa buku.

"Emm gitu, ya udah nanti Aku kabari lagi kalo udah pasti di tempat siapa" junaidi berlalu meninggal kan ku yang masih berdiri di depan bangku.

Kemudian dia kembali berbalik sambil menunjuk ke arah ku,

"Gimana caranya Aku bisa ngasih kabar, Kamu punya nomor yang bisa di hubungi gak Rii?" tanya junaidi sambil memandangiku yang merobek kertas dan mengambil sebuah pena.

"Nih..tapi jangan di kasih ke yang lain yaa! Aku gak mau, awas aja!" ku berikan selembar kertas dengan nomor ponsel ku ke pada Junaidi.

"Tenang aja, lagian mau ku kasih ke siapa sih?" sahut Junaidi yang kembali berlalu melewati ku.

selesai dengan semuanya yang ada di kelas, Aku berjalan bersama teman-teman ku menuju gerbang sekolah menunggu jemputan.

Kami tidak seperti murid lain yang berangkat sekolah dengan membawa kendaraan sendiri,

setiap hari kami akan berjalan kaki dari gerbang sekolah menuju gang depan sambil nongkrong di warung Es mba Ita, mengobrol sambil memperhatikan Kakak-kakak kelas dan teman-teman kami keluar dari gang sekolah.

"Eh kakak yang itu siapa sih nama nya??" Tanpa malu Lila menunjuk seseorang yang dia maksud.

Dan Kami bertiga dengan spontan mengikuti arah tunjuk tangan Lila,

"kak Dani " sahut Della.

"kamu kenal Del?" tanya Lila dengan semangat dengan mata yang berbinar.

" ya pasti kenal, itu tetangga satu komplek sama Aku" jawab Della sambil menyeruput minuman yang baru saja dia pesan.

" nanti Aku main ke rumah ya Del?" ucap Lila dengan alis yang bergerak naik turun dengan genitnya.

"gimana kalau besok?" tambahnya.

"Huu.. modus ni ?"ucap Della dengan kepala yang menggeleng tidak percaya.

"Riri ikut juga yah.." saut Ema.

" Iya Rii, ikutan yaah.. kita ngapain kek gitu" tambah Lila.

" Sorry ya gaes, kaya nya Aku gak ikutan" sahut ku membuat mereka mehela napas.

"Yah.. kenapa?" ucap Lila kecewa.

"Aku ada tugas kelompok, ini masih nunggu kabar dari Junaidi, lagian bukannya kamu juga harus ngerjain tugas itu Del" sahut ku sambil menatap Della.

"seninkan di kumpul" tambahku.

"Ahh iya., hampir aja lupa, sorry ya La kita tunda dulu ke rumah Akunya, besok mungkin Aku mau ke rumah dewi dulu" Della sambil menepuk bahu Lila yang terlihat semakin kecewa.

"Ya udah deh" jawab Lila dengan lesu membuat Aku ingin tertawa.

sisi gang mulai terlihat sepi, Lila dan Della pun sudah pulang lebih dulu, tinggal Aku dan Ema yang masih duduk manis di bangku mba Ita.

walau pada akhrinya Ema menjadi orang selanjutnya yang pergi meninggalkan ku pulang.

"Aku duluan yaa, udah di jemput" ucap Ema sambil menunjuk persimpangan jalan, dan memperlihatkan mobil yang terparkir menunggu Ema.

"Oke.. hati-hati ya" sahut Ku dengan lambaian tangan ke arah Ema.

" Ayah mana sih, kok belum datang-datang, yang nunggu jemputan tinggal dikit lagi " gerutu kecil ku dengan mata yang terus melirik sekitar memperhatikan beberapa murid lain yang masih menunggu.

aku terus melirik dengan mata yang tidak pernah bisa berhenti di satu objek, sampai akhirnya Aku melihat seseorang dengan perlahan membawa motor yang berwarna hitam selaras dengan helm yang di kenakannya mendekat perlaha.

"Itu Raidil? dia baru pulang?" tanya ku dalam hati.

ku palingkan wajah ku saat dia sudah semakin mendekat ke jalan keluar gang, sebisa mungkin Aku berusaha untuk tidak menatapnya, tetapi gagal ku lakukan karena bagian ujung mata ku masih sedikit nakal ingin melirik ke arah nya, dan lirikan itu menghasilkan sesuatu yang membuat aku tidak percaya.

" Dia melirik ku? Ehh apa Aku salah liat? tapi kaya nya gak salah liat? Eh tapi.."Aku terus menerus menanya kan hal yang sama karena keterkejutan ku, sampai pada akhir nya Aku tersadar Raidil berlalu begitu saja melewatiku dan menghilang dari pandangan ku.

***

Ponsel ku bergetar dari atas meja di samping tempat tidur ku, dengan mata terpejam sambil meraba tangan ku mencoba meraih nya dari ujung kasur,

"Ri ini nomor ku Junaidi, save ya..jangan lupa datang ke rumah Jessi, kita ngerjain tugas nya di rumah dia, jam 8 kumpul yaa.. jalan sultan imanudin, perumahan kayu jati nomor 8" pesan singkat yang di kirim Junaidi kepada ku.

"Ok " balas ku singkat Sambil melirik ke arah jam dinding.

" kita punya satu setengah jam " ucap ku.

Selesai bergelut dengan pekerjaan rumah dan lainnya, Aku bergegas berangkat menuju rumah Jessi.

"Dimana Rii rumah nya?" tanya Ayah kebingungan.

"Aa.. mungkin yang itu Yah" tunjuk ku menuju ke arah rumah nomor 8 yang mungkin milik Jessi.

"yakin?" tanya Ayah memastikan.

" mungkin" sahut ku sambil tersenyum tipis dan melirik kembali pesan singkat yang Junaidi kirim pagi tadi.

"udah bener kok yah" ucapnku.

Setelah sampai di depan gerbang Jessi tersenyum melihat ku, dan Ayah berlalu meninggalkan ku bersama Jessi.

"Syukur deh kamu gak nyasar Rii" ucap Jessi.

"Alhamdulillah Jes, untung nya Ayah ku cukup tau daerah sini" sahut ku sambil berjalan mengikuti Jessi dari belakang.

"Udah kumpul semua yaa?" tanya ku.

" Udah Rii, mereka di atas" sahut Jessi sambil berjalan menapaki anak tangga yang juga ku ikuti.

Saat sampai di ruangan yang Jessi maksud, ku lihat semuanya mulai sibuk dengan tugas masing-masing, dan Aku pun bergegas mengikuti apa yang mereka kerjakan.

Waktu berlalu begitu lama ketika mengerjakan tugas, entah sudah berapa jam yang kami habiskan. setelah berdiskusi dengan semuanya sampai lah kami di titik akhir dari sebuah tugas yaitu hasil yang akan kami kumpulkan besok.

"Ahkkkk ... Akhirnya selesai, capek.. capek.. "keluh Junaidi sambil merenggangkan tangannya ke atas.

"Kaya yang paling banyak kerja aja " sahut Vina sambil tertawa.

"Iya nih... Padahal dari tadi kerjaan kamu makan mulu" tambah Jessi.

"Yeee makan juga kerja tau " ucap Junaidi tertawa dan membuat aku ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Habis ini kita ngapain?" tanya Junaidi.

"Ya pulang lah.. lagian ini udah sore tau" sambil beres-beres Vina menjawab pertanyan yang di lontarka Junaidi.

"Owhh ya udah kalo gitu, eh Rii kamu mau Aku antarin sekalian gak?" tanya Junaidi padaku.

"Gak usah Di, Ayah ku jemput kok, ini juga lagi di tungguin di depan komplek" jawab ku lembut menolak ajakan Junaidi.

"Oh.. ya udah Aku duluan yaa" junaidi berpamitan sambil berjalan menuju ke arah pintu keluar, Aku dan Vina juga mengikuti dari belakang.

"Makasih ya Jes, maaf merepotkan " ucap ku ke Jessi yang ikut mengantar kami kedepan gerbang rumah nya.

"Santai aja lah Rii, dan hati-hati juga buat kalian"ucap Jessi sambil melambaikan tangan nya.

Aku berjalan meninggalkan rumah jessi menuju ke depan komplek di mana Ayah menunggu.

"Duluan yaa Rii" teriak Vina dan Junaidi yang berlalu meninggalkan ku dengan tangan yang melambai.

"aa iyaa" sahut mu sedikit berteriak.

"Ayah ngapain sih nunggu di depan, kenapa gak langsung jemput ke rumah Jessi aja" gerutu kecil ku dengan wajah cemberut.

Dengan santai Aku berjalan sambil memandang area komplek tempat tinggal Jessi.

"Rumah di sini bagus-bagus" ucap hati ku dengan langkah kaki yang santai.

" Hei, ngapain di sini?".

sapa seseorang yang mengagetkan ku dari belakang.

"Raidil? ucap ku kaget saat tahut siapa yang menyapaku.

" Habis kerja kelompok di rumah Jessi" jawab ku sesikit tergagap.

"Kamu tinggal di sini?" balik ku bertanya karena penasaran.

"Ah Aku tinggal di sebelah sana" sahut Raidil sambil menunjuk ke arah rumah yang berada di ujung jalan perumahan Jessi.

"Kebetulan lagi jalan-jalan sore"sahutnya.

"sendiri?" tanya ku mbuat Raidil tersenyum tipis ke arah ku.

"ahh iya kan emang sendiri" sahut ku saat aku menyadari pertanyaan ku yang pasti bisa ku jawab sendiri.

"kamu mau kemana Rii?" tanya Raidil sambil tersenyum manis.

" Itu mau ke depan, Ayah nunggu di sana" sahut ku dengan tangan menunjuk ke arah depan.

Ah jantung ku serasa ingin lepas, Aku bahkan khawatir suara debaran jantung ku akan terdengar oleh Raidil.

"Plis berhenti..." ucap ku memohon di dalam hati.

"Oh.. jadi tugas kalian udah selesai dong" sambung nya bertanya.

"He.em baru aja tadi, kelompok kalian udah?" balik ku bertanya.

"Udah kamaren sabtu, pulang sekolah si Caca ngajakin langsung, jadi kami kumpul di Aula buat ngerjain, maka nya sabtu kamaren agak siang Aku pulang" jawabnya menjelaskan seolah-olah dia tau aku melihat nya pulang siang waktu itu.

''ohh gitu.. cepat selesaikan lebih baik" sahut ku.

"mampus.. ketahuan kan rii" ucap ku dalam hati sekalogus merasakan kan sedikit malu.

Raidil menoleh ke arah ku, dan membuat jantung ku makin tidak karuan

"Kenapa?" tanya ku heran dengan tatapan nya yang membuat ku tersipu malu.

"Em gak kok" jawab Raidil sambil tersenyum tipis.

"perasaan apa ini" tanya ku dalam hati dengan sesekali menghembuskan nafas kasar

" Aa itu Ayah.." ucap ku saat melihat Ayah duduk di sebuah Kedai sambil berbincang dengan seseorang.

" Aku duluan ya " ucap ku pada Raidil dengan tangan yanh tanpa sengaja ku lambaikan.

"Oh oke, hati-hati ya Rii" sahutnya singkat dan tak lupa dengan senyum yang mematikan bagi ku.

Aku berlari kecil menuju ke arah Ayah di Kedai, dan kami pergi meninggalkan daerah komplek.

Aku yang di bonceng Ayah melirik ke arah depan komplek Jessi dan kembali terkejut melihat Raidil masih berdiri di sana sambil menatap ku, Aku sedikit bingun dan bertanya, kenapa Raidil masih di sana dan tidak langsung pergi?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!