"ssttt.. buruan" Ema dan Lila berbisik dari arah pintu kelas memanggil ku serta Della.
pertemanan kami ber Empat sudah sangat akrab sejak dari Sekolah Menengah Pertama, dan akhirnya kami kembali memutuskan untuk masuk di Sekolah yang sama karena alasan tak ingin berpisah, yap.. alasan yang bahkan menurut sebagian orang kurang masuk di akal.
Aku dan Della bergegas keluar, dan seperti biasa kami akan duduk di depan kelas kosong yang terletak tidak jauh dari kelas ku.
"Rii ada salam dari Irfan" teriak seseorang dengan tiba-tiba dari arah kelas tepat di atas kami.
Karena tidak ku hiraukan kembali mereka berteriak sehingga aku menjadi pusat perhatian bagi beberapa siswa lain.
"Rii ada salam nih dari Irfan, terima gak salam nya?".
"Apaan sih " ucap ku bingung dalam hati kerena ini menjadi pengalaman pertama bagiku.
Sementara itu Della,Ema dan Lila serempak menatap ke arahku dengan mengatakan "cieeeee Riri" meledek ku.
"udahlah Rii terima aja,"ucap Lila.
"ho'oh, Irfan baik kok orang nya,"tambah Ema.
"kalian kenal?" tanya ku singkat.
"ya kenal lah, dia satu kelas dengan kami" ucap Lila menjelaskan
Aku terdiam, dan menatap ke atas sambil sesekali membalas senyum Irfan yang menatap ku.
senyum manis dengan kulit sawo matang serta tatapan hangat menjadi pesona tersendiri yang ada pada irfan.
"jadi gimana Ri?" mau gak?" tanya Lila.
" lah kok ngelamun?" ucap Della dengan tangan yang berlalu lalang di hadapanku.
"hah.. apa?" ucap ku sedikit terkejut.
"mau gak?" lagi-lagi Lila Bertanya.
"Gak ah, Aku belum siap dengan yang begituan lagian Aku juga gak kenal Dia" sahut ku.
"ya.. kami sih terserah kamu aja lah Rii" jawab Ema mewakili yang lain seolah mereka mengerti ke tidak tertarikan ku pada Irfan.
Cukup lama aku menjadi pusat perhatian murid yang lain karena teriakan dan ledekan dari teman-teman Irfan yang berusaha menjodohkan ku dengan nya yang membuat perasaan ku mulai bercampur aduk antara malu dan sedikit kesal, tetapi aku tidak bisa melakukan apapun, karena jika aku membela diri atau bahkan mengeluarkan sepatah kata itu hanya akan membuat semuanya semakin ramai.
***
Besok paginya, setelah jam pelajaran pertama selesai, seperti biasa Aku hanya akan duduk di bangku ku sedangkan Della berdesak-desakan di kantin.
Di saat Aku sangat menikmati kesendirian ku, dengan tiba- tiba seseorang berteriak dari arah jendela belakangku dengan cukup keras.
"Oh ini orang yang di sukai Irfan, lumayan juga selera mu Fan" ucap seorang wanita yang mengintip dari jendela belakang yang tidak ku kenal siapa dia.
sementara itu siswa dari kelas lain yang mengenal Ifran pun ikut berteriak "cieeee Irfan".
dan yang Aku lakukan hanya bisa tertunduk malu sambari menutupi wajah ku dengan kedua tangan, Aku bahkan kebingungan harus berbuat apa, hanya ini yang bisa Aku lakukan, Aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk menolak Irfan secara langsung karena sampai sejauh ini Irfan bahkan tidak pernah sekalipun mengajak ku berbicara atau sekedar basa-basi.
Setelah ku rasa di luar sudah mulai sunyi, ku buka kedua tangan ku dan saat itu ku lakukan, Aku melihat Raidil berjalan menuju bangkunya yang tepat di seberang ku, hanya dengan senyum tipis yang dia sematkan di bibirnya mampu membuat jantungku kembali berdetak tidak normal.
" jantung ku.. jantung ku " ucap ku dalam hati dengan sedikit menghembuskan nafas kasar untuk mengeluarkan sesak di dada karena debaran ini.
singkatnya, Setelah sekian lama perasaan Irfan tidak pernah ku hiraukan, suasana kericuhan antara Aku dan irfan pun mulai hilang seperti di telan waktu.
tidak ada lagi "cie..cie " tidak ada lagi kata"tembak.. terima" yang sering Aku dengar dan membuat ku semakin enggan untuk keluar kelas. dari awal Aku mengetahui hanya dengan cari ini bisa meredam semuanya yang membuat ku kurang nyaman.
Di tempat seperti biasa Aku dan teman-teman ku duduk menghabiskan waktu jam istirahat, kami melihat Irfan dan beberapa sobatnya melintas tepat di depan kami dengan wajah yang bisa di bilang kaku tanpa ekspresi melirik ke arahku, senyum hangat yang beberapa waktu lalu selalu menghiasi bibirnya kini berganti dengan tatapan biasa seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Aku sangat mengerti mengapa itu bisa terjadi, bahkan aku sedikit merasa bersalah dengan sikap ku yang acuh tak acuh pada perasaannya.
"Maaf ya fan" ucap hati ku.
" Irfan kok gitu muka nya? " Tanya Ema dengan mata yang sudah beralih menatap ku.
"biarin aja Ma" jawab ku sambil membuka lembaran halaman buku yang hanya sekedar ku buka tanpa ku baca.
"Kamu gimana sih Maa.. gak peka banget jadi orang" cetus Della.
"emang" sahut Ema.
"Udah.. mending gak usah di bahas" ucap ku.
Paham akan ucapan ku, mereka lalu terdiam dan kami kembali asik dengan obrolan kami tentang hal-hal yang lain.
Di depan kelas kosong tempat kami menghabiskan jam istirahat, mungkin sudah menjadi hobi ku menyapu pandangan ke penjuru sekolah.
Di sana terlihat Raidil berlarian dari kiri ke kenan berusaha melepas kan diri dari teman-temannya sambil menggiring bola basket yang sedari tadi di tangan nya.
"Gak panas apa, main jam segini" ucap ku dalam hati.
"Rii lagi liatin siapa sih?" tanya Della dengan tangan yang berlalu lalang di depan mataku yang menatap ke arah Raidil.
"ah gak ada kok" jawab ku singkat.
"Udah yuk.. kita balik aja ke kelas," sambil berdiri Ema mengibas-ngibaskan rok panjang nya, dan terdengar pula Bell masuk ke jam selanjutnya
Sambil berjalan menuju ruang kelas, mata ku masih tertuju ke arah Raidil di lapangan basket yang sudah mulai berhenti bermain.
Seiring langkahnya yang mulai menuju ke kelas yang sama dengan ku, aku pun menundukan pandanganku darinya yang tidak sengaja menatap ku,"aihh.. kamu kenapa sih Rii?" ucap Hati ku seolah menyadarkan tingkah ku.
Aku dan Della berhenti sejenak di depan pintu masuk kelas , mempersilahkan Raidil dan teman-temannya masuk lebih dulu, baru lah kami menyusul tepat di belakang mereka.
"Astagfirullah kalian bau keringat tau!" ucap Della sembari menutup hidung dengan ujung jilbab nya.
"Huuu.. biarin" ejek teguh salah satu teman Raidil.
"jorok, mandi gih sana" ucap Della.
" eh.. Del, ini sekolahan bukan rumah bisa main pergi mandi gitu aja" sahut teguh.
" lagian mandi juga gak ada handuk nya" tambah teguh.
" pake baju kamu aja buat handuk nya" sahut Della.
" udah Dell" ucap ku sambil menarik tangan Della kembali ke bangku.
Setelah sampai di tempat duduk kami masing-masing, mata ku tanpa sengaja melirik Raidil yang sedari tadi sibuk mengobrak-abrik laci mejanya seperti mencari sesuatu.
"dapat!" ucap nya tersenyum saat menemukan sebuah buku tipis.
aku ikut tersenyum melihat Raidil yang juga tersenyum saat menemukan sebuah buku untuk di jadikan sebuah kipas sederhana.
hembusan angin dari kipas Raidil menyeberang perlahan sampai ke arah ku, kembali ku lirik Raidil dan tanpa sengaja pandangan kami bertemu.
"aah..sory sory, bau yaa?" ucapnya sambil menghentikan kipasannya.
"Gak apa apa kok, lanjut aja" sahut ku.
"gak kok, udah gak panas" ucap nya tersenyum ramah.
" yakin? itu masih keringatan" sahut ku sambil tersenyum tipis menatap ke arah seragam Raidil yang sedikit basah oleh keringatnya.
Setelah sekian purnama, walaupun kami di kelas yang sama selama ini untuk pertama kalinya Dia memulai percakapan di antara kami, dan seperti biasa debaran jantung ku akan menaikan kecepatannya tanpa perintah dari ku.
hanya dengan menatapnya dan melihatnya tersenyum semuanya akan menjadi tidak normal bagi ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Audi Audi
semangat
2021-04-15
1
re
Akhirnya bicara yang lebih lama juga
2021-03-29
1