Sesampai nya di rumah, ku baringkan tubuh ku di kasur dan ku tatap gantungan tas yang dulu pernah Raidil berikan.
" kamu masih di sana" ucap ku sambil menatap gantungan tas yang ku pajang di meja belajar ku.
peryataan Raidil siang ini terus terngiang di telinga ku "ahh cinta pertama ku gagal" ringis ku sedih.
ku tutup wajah ku dengan tangan berusaha menerima kenyataan yang ku alami. sampai menjelang malam Aku tidak keluar kamar meratapi diri ku sendiri yang berusaha sadar dari mimpi,
" ayo lah Rii" semakin Aku menguatkan hati untuk melupakan, semakin kuat pula bayangan Raidil lengket di kepala ku,
" tau ahh" ringis ku jengkel.
"Rii.. ayo keluar, makan dulu" sambil mengetok pintu Ibu memanggil ku.
"Iya bu" dengan berat Aku terpaksa bangun membawa tubuh ku yang lesu seolah-olah semua tenaga ku di serap oleh kegalauan ku,dan tidak hanya itu bahkan semua sendi ku tersa sangat nyeri.
"muka kamu kok pucat? kamu sakit ya Ri?" tanya Ayah yang memperhatikan ku dari tadi.
" gak kok Yah, Riri baik-baik aja" sahut ku sambil mengunyah makanan ku.
"ahh ayolah.. kenapa rasanya hambar" ucap ku dalam hati sambil memandangi makanan ku yang ada di piring.
"Apa jangan-jangan habis putus dari pacar" ledek Ibu sambil tersenyum tipis.
" ah gak bu, Riri gak pacaran kok" ucap ku serius.
"lagian boro-boro punya pacar, sebelum di ungkapkan aja udah di tolak Bu" ucap hati ku.
ku tunduk kan kepala ku karena merasa malu dengan diri sendiri.
"kenapa harus galau sih Ri.. kan bisa cari yang lain" pikir ku.
"Riri udahan ya Bu" ucap ku pada Ibu dan Ayah yang masih lahap menyantap makan malam.
"lhoh.. kok dikit Ri makan nya" tanya Ayah singkat.
" Riri udah kenyang kok" sahut ku sambil berlalu menuju ke kamar ku dengan membawa tubuh ku yang lunglai.
"ahh rasa berat sekali kaki ku melangkah,apa gini rasanya patah hati, kalo tau kaya gini rasanya Aku gak mau jatuh cinta" ucap ku dalam hati.
Suara air hujan dari luar memenuhi ruang kamar ku, seakan-akan mereka tau Aku sedang merasakan kesedihan.
Malam semakin larut, hujan tak kunjung reda dan mataku pun tak kunjung terpejam, semakin larut malam Semakin aku hanyut dengan pikiran ku tentang Raidil.
memikirkan bagaimana Aku bisa menyukai nya dan apa yang Aku suka dari nya. bahunya yang lebar, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah merona, rambutnya yang ringan saat tertiup angin, senyumnya yang manis dan, di saat Aku memikirkan itu semua tanpa ku sadari air mata ku jatuh begitu saja.
"dimana Aku bisa mencari yang sama dengan Raidil".
"ahh jangan nangis Rii, culun banget sih" sambil ku sapu air mata ku yang jatuh walau pun rasanya percuma karena terus-menerus jatuh membasahi pipi.
***
Keesokan paginya Aku berusaha bangun dari tempat tidur ku, terdiam ku sejenak sambil melirik gantungan kunci dari Raidil.
" oke Rii, kamu harus tetep semangat, jangan sampe kamu down cuma gara-gara kisah cinta mu yang kurang beruntung" dengan sekuat tenaga Aku berusaha bangkit dari kesedihan ku semalaman.
"kamu akan baik-baik aja, cepat atau lambat kamu akan terbiasa" tambah ku menyemangati diri ku sendiri.
Sesampai nya aku di depan pintu gerbang sekolah, ku langkah kan kaki ku dengan tegap menuju pintu kelas, tetapi sebelum itu terjadi tiba-tiba seseorang menepuk bahu ku dari belakang,
" baru datang juga ya Ri" ucap nya sambil tersenyum.
saat ku lirik siapa orangnya, teryata itu Raidil.
"hah.. Raidil, kenapa di saat yang seperti ini sih" gerutu ku dalam hati.
"aku sedang berusaha menerima kenyataan tapi kenapa...?" Tambah ku dalam hati dengan kepala dan wajah ku yang ku benturkan pelan ke dinding pintu gerbang karena merasa putus asa.
"kenapa.. kenapa..kenapa" ucap ku pelan berulang-ulang kali.
"Rii, kamu kenapa?" Kembali ku dengar suara Raidil bertanya.
" aa.. gak apa-apa kok" ucap ku dengan wajah kaget sambil tersenyum kaku.
" ngapain dia masih di sini sih? Lagian biasa nya juga dia bawa motor " tanya ku dalam hati.
Berjalan Aku menuju pintu kelas dan Raidil di belakang ku, Aku berusaha untuk tidak menatapnya karena Aku tau, Aku harus berusaha mengubur perasaan ku.
kalian pasti tau bagaimana beratnya perasaan ku saat ini, di saat berusaha melupakkan tetapi orang yang ingin kita lupakan suka datang tiba-tiba dan sesuka hatinya.
Sesampai nya Aku di dalam kelas kulihat Della sudah berada di kursi nya.
" eh Rii kenapa mata kamu kaya bengkak gitu" tanya Della dengan heran.
" abis nangis ya?" Tambah nya.
"gak, Aku cuma begadang gak bisa tidur" jawab ku sambil merebahkan kepala ku ke atas meja.
" tumben" dengan heran Della menatap ku.
Kupaligkan wajah ku ke arah bangku Raidil untuk menghindari tatapan Della yang seolah-olah memiliki banyak pertanyaan, dan tanpa sengaja kembali sekali lagi tatapan ku dan Raidil bertemu.
" Kamu sakit Rii" tanya nya dengan wajah yang khawatir, tapi entahlah mungkin itu cuma perasaan ku saja.
"sejak kapan kamu jadi banyak tanya gini Dil" ucap ku dalam hati.
Ku gelengkan kepala ku menjawab pertanyaan nya, dan ku tutup wajah ku dengan kedua lengan tangan ku di atas meja," arghh.. tolong lah " lagi-lagi ringis hati ku yang mulai merasa sakit saat ingat kalo Raidil sudah memiliki kekasih.
"sakit banget sih, belum apa-apa udah gini aja" gerutu ku dalam hati dengan wajah ku yang masih di tutupi ke dua lengan ku,
dan anehnya di saat seperti ini Aku malah teringat sikap ku pada Irfan waktu itu,
"apa dia juga merasakan sakit yang sama dengan apa yang kurasa, kalau benar begitu, apa Aku gak keterlaluan" ucap ku penuh dengan penyesalan.
" harus nya saat itu aku bisa menolaknya dengan baik-baik" tambah ku.
kemudian terlintas lagi di pikiran ku, mungkin ini balasan atas sikap ku saat itu pada Irfan.
" tapi kan Aku cuman gak jawab aja" ucap ku lantang dengan langsung bangun dari posisi ku.
sampai beberapa orang lain di kelas memperhatikan ku karena terkejut.
"Ri.. " ucap Della dengan wajah terkejut sambil memegang pundak ku.
Aku hanya bisa tersenyum kaku melihat ke arah Della,
dan di saat bersamaan Raidil pun menatap dengan tatapan yang sama seperti Della.
Ku tundukkan kepala ku kembali ke posisi awal dengan di tutupi ke dua lengan.
" bodoh kamu kok jadi kuadrat sih Rii" ucap ku dalam hati sambil menahan malu yang luar bias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments