Saat ini Raidil begitu dekat dengan ku, tetapi mulut ku terkunci rapat untuk memulai pembicaraan.
Aku hanya mampu melirik diam-diam ke arahnya yang duduk tidak jauh dari tempat ku berbaring.
" gimana Rii sama kepala kamu?" Ucap pak Samsul salah satu guru kami yang tiba-tiba masuk ke ruang UKS.
" gak apa-apa pak, cuma sedikit berat aja" sahut ku.
" ya sudah kamu istirahat aja dulu di sini, Raidil bisa balik ke kelas sekarang" tambah pak Samsul yang kemudian meninggalkan Aku dan Raidil di ruang UKS.
" Rii nanti kamu pulang sama siapa?" tanya Raidil.
" ah Aku di jemput Ayah" jawab ku pelan sambil sedikit memijat bagian kening ku.
"nanti Aku aja yang antar kamu pulang" ucap Raidil yang membuat Aku Terkejut.
" apa?" Saut ku dengan wajah yang tidak percaya dengan apa yang Aku dengar.
" Aku sering liat kamu kalo pulang paling terakhir, jadi hari ini Aku yang antar" ucap Raidil.
" lagian kamu kaya gini gara-gara Aku, jadi jangan nolak yaa" tambahnya.
Aku terdiam dengan keterkejutan ku, hati ku antara senang dan bimbang" masa iya dia ngantar Aku, laa.. pacarnya gimana?" tanya ku dalam hati.
" tapi..." Belum sempat Aku lanjutkan Raidil sudah hilang dari pandangan ku.
Kembali ku rebah kan kepalaku di kasur UKS dengan mata ku yang menghadap langit-langit,
" Terima... Gak... Terima... Gak..." ucap ku berulang-ulang untuk mengambil ke putusan sampai terasa kantuk di mata ku.
" jangan tidur Rii" ucap ku dalam hati sambil menggelengkan kepala yang masih terasa sedikit sakit.
" bisa-bisanya kena bola basket segala" tidak habis pikirku, rasa nya semua usaha ku sia-sia untuk menghindari Raidil.
Waktu berlalu begitu cepat, bell berbunyi menanda kan jam pelajaran terakhir selesai, Aku berusaha untuk bangun dengan niatan ingin kembali ke dalam kelas, tetapi rasa nya kepalaku masih begitu berat untuk melangkah turun dari tempat tidur ruang UKS, sampai pada akhirnya Della datang dengan membawakan semua barang-barang ku dari dalam kelas.
" gimana Rii? masih sakit yaa?" tanya Della dengan wajah khawatir.
" harusnya sih udah gak sakit, tapi gak tau kenapa kepala ku masih berat dan pusing" jawab ku dengan memejamkan mata.
" wajar sih.. kamu kena bola nya kencang banget Rii"ucap Della.
" Aku bahkan gak ingat" balasku singkat.
" tadi Raidil bilang dia yang nganter kamu" ucap Della.
" Ahh iya... Gimana cara nolak nya, Aku gak enak Dell" ucap ku dengan gelisah.
" kenapa di tolak?" tanya Della heran.
" Masa iya dia nganter Aku pulang? Pacar nya gimana?" Jelas ku ke Della.
" Yah... Biarin aja, gak mungkin dia gak izin sama pacar nya" jawab Della dengan santai.
" Tapi.."
" udah lah gak usah tapi-tapian" jawan Della menepis ucapanku.
" lagian nii ya Rii... Bagus dong kalo dia nawarin ngantar kamu, itu tandanya dia bertanggung jawab karena udah bikin kamu kaya gini" jelas Della.
Aku hanya terdiam mendengarkan perkataan Della dan tidak menyahut lagi dengan sesekali memijat kening ku.
"dan lagi... Sebenar nya alAku tadi gak kuat nahan ketawa liat kamu Rii" ucap Della sambil tertawa kecil.
" kenapa?" tanya ku penasaran.
"hahahaha.. bisa-bisanya kamu gak bisa ngelak bola basket dan jatuh pingsan gitu aja" ledek Della.
" yeee... mana Aku tau" jawab ku dengan wajah cemberut.
" Rii... udah siap" ucap Raidil yang tiba-tiba masuk ke dalam UKS.
" ehh udah lah, Dari tadi" sahut Della yang seolah mewakili ku.
" Bisa gak jalan sampe ke gerbang? Motor ku di sana" tanya nya pelan.
" Aku nunggu Ayah ku aja deh Dil" ucap ku pelan menolak ajakan Raidil walau sebenar nya hati k sedikit menginginkannya.
" Ihh jangan gitu lah... Ayok" jawab nya sambil memegang pergelangan tangan untuk membantu ku berdiri dari tempat tidur ku tadi.
Jantung ku mulai berdebar tak beraturan merespon gengaman tangan Raidil.
"tolong.. jangan sekarang" ucap hati ku berusaha menahan debaran ini.
Badan ku rasanya mulai kaku dan memanas menahan perasaan ku yang tidak karuan.
"Rii.. kamu gak apa-apa kan" tanya Della sambil memegang pipi ku.
" Kenapa apanya?" saut ku yang balik bertany dengan masih melihat ke arah pergelangan tangan ku yang masih di genggam Raidil.
" pipi kamu merah kaya tomat gitu?" tanya Della.
" Gak tau" ucap ku singkat sambil menundukkan kepala ku, Karena Raidil pun mulai memperhatikan ku.
Perlahan ku langkahkan kaki ku sejalan dengan langkah kaki Raidil dan Della yang ada di samping ku.
" tenang Rii.. ini cuma pegangan tangan biar kamu gak jatuh, udah itu aja" ucap ku dalam hati.
"Bahkan hanya genggaman tangan gini aja udah bikin Aku kaya gini" tambah ku.
" lhoh Rii.. kamu kok pucat" tanya Kak Faiz yang tiba-tiba datang dari arah depan ku.
" lagi sakit kak" jawab Della yang mewakili ku.
" kok bisa?, Kaya nya pagi tadi masih baik-baik aja" tambah nya bertanya.
" dadakan" jawab Della singkat.
" terus ini mau kemana?" Kembali kak Faiz bertanya.
" itu mau ke depan gerbang" jawab Raidil dengan nada jutek menunjuk ke arah motor nya.
Aku hanya diam sambil masih berjalan pelan dengan rasa berat di kepala ku.
" mau aku atar Rii, kebetulan jemputan ku udah ada di depan" tanya kak Faiz pada ku.
" gak usah... Biar aku yang antar!" Jawab Raidil tegas.
Dan itu membuat kak Faiz dan Aku sedikit terkejut,
" ohh oke.. ku kira Riri bakalan nunggu jemputan" ucap kak Faiz menjelaskan.
" makasih kak udah nawarin" ucap ku pelan.
" oke.. Aku duluan yaa Rii, cepat sembuh" sahut kak Faiz sambil melambaikan tangan dan berlalu meninggalkan kami.
"manis banget sih senyum nya" ucap della sambil senyum cengengesan.
Dan Aku hanya terdiam mendengar apa yang di ucapkan Della.
Sesampai nya kami di depan pintu gerbang Della menyerahkan barang-barang ku ke Raidil.
" nih Dil... simpan di depan aja" ucap Della menyodorkan tas dan buku-buku ku dan di sambut Raidil.
" Rii.. Aku ke depan gang yaa, Ema sama Lila udah di sana" ucap della.
" cepat sembuh" tambah nya.
Della kemudia pergi berlalu meninggalkan Aku dengan Raidil yang masih di pintu gerbang sekolah.
Sesekali Aku menjadi perhatian siswa-siswi lain yang keluar dari sekolah yang membuat Aku merasa kurang nyaman.
" Dil apa gak Apa-apa kamu ngantar Aku pulang gini?" tanya ku pelan.
" santai aja Rii" jawabnya sambil memasangkan helm di kepala ku.
Deg... terasa semakin kuat debaran jantungku menahan campur aduk rasa hati ku dengan sikap Raidil.
" bisa naik gak Rii?" tanya Raidil dari atas motor.
" ah iya" jawab ku pelan sambil menaiki motor Raidil dengan duduk menyamping.
" Udah" tanya nya sekali lagi dan Aku hanya mengangguk menjawab nya.
" pegangan aja Rii ke pinggang ku" ucap nya yang membuat pipiku semakin terasa panas dan memerah.
" apa yang akan dipikirkan orang kalo Aku megang pinggang kamu Dil" ucap ku dalam hati.
Dengan perlahan Raidil membonceng ku keluar dari gang sekolah.
Harus kah Aku bersyukur untuk hari ini, Aku bisa begitu dekat dengan Raidil, melihat punggung nya yang lebar dari dekat, kembali mencium aroma parfum yang yang Raidil pakai bahkan untuk pertama kali nya Aku bisa merasakan genggaman hangat tangan Raidil.
Yaa... Aku harus bersyukur atas ketidak sengajaan hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments