BERTEPUK SEBELAH TANGAN

" bey Rii... hati-hati yaa". teriak Lila sambil melambaikan tangan nya.

Aku hanya menoleh sebentar dan menunduk malu mendengar teriakan Lila yang begitu nyaring.

" kaya nya teman-teman kamu asik ya Rii" ucap Raidil sambil mengemudikan motor nya.

" he em" jawab ku singkat.

kemudian Aku diam sepanjang jalan dengan jantung ku yang kurasa dari tadi sudah lepas.

" rumah kamu di mana Ri? tanya Raidil dengan memelan kan laju motornya.

" Jalan Ahmad Wongso, perumahan teratai" ucap ku.

" ahh iya" jawab nya sambil mengangguk.

Aku kembali diam tanpa kata menikmati setiap detiknya bersama Raidil di atas motor "ini yang pertama dan mungkin yang terakhir" ucap ku dalam hati.

Sesekali tubuh ke mendekat tidak sengaja ke punggung belakang Raidil karena hentakan di jalan dan setiap itu terjadi aku merasa jantung ikut terhentak.

" kita kesini dulu yaa" ucap Raidil membelokan motornya dan parkir di sebuah halaman apotik.

" ngapain?" tanya ku sambil turun dan lansung berjalan menuju ke sebuah kursi yang tidak jauh dari motor Raidil parkir.

Raidil hanya senyum menjawab pertanyaan ku. Dia meninggalkan ku masuk ke apotik dan keluar dengan membawa bungkusan dengan obat di dalam nya,

" nih.." ucap Raidil sambil menyodorkan bungkusan itu.

"apa?" ku sambut dengan wajah bertanya.

" obat buat kamu, buat ngilangin pusing di kepala kamu" jawab nya.

" kamu gak usah repot-repot lah Dil, ini bukan hal serius" ucap ku merasa tidak nyaman.

" apa dia selalu seperti ini" tanya ku dalam hati.

" gak apa-apa Rii, Aku beneran gak enak" sahut nya.

Setelah itu Aku hanya diam dan mengangguk paham.

" sebentar" ucap Raidil.

" mau apa lagi dia ?" tanya ku dalam hati.

Raidil berlari kecil menyeberang jalan menuju kedai kecil.

" dia ngapain sih?" tanya ku dalam hati.

Tak lama setela itu Raidil keluar dengan membawa dua minuman di tangan nya dan kembali berjalan ke arah ku.

" mau Vanilla atau Alpukat?" tanya Raidil pada ku.

" Alpukat aja" jawab ku sambil mengambil minuman itu dari tangan nya.

" kepala kamu masih berat banget yaa Rii?" tanya nya kembali sambil menatap ke arah ku yang membuat Aku secara tidak langsung memalingkan wajah ku agar pandangan kami tidak bertemu.

" masih, tapi udah kurangan dari yang tadi di sekolah " jawab ku singkat.

" maaf" ucap nya.

" udah lah Dil, dari tadi kamu minta maaf terus" ucap ku.

" lagian kepala ku masih di tempat nya" tambah ku.

Raidil tertawa tipis sambil menyeruput minuman nya,

" Kamu bisa ngelucu juga Rii" ucap nya dengan tersenyum membuat Aku kembali salah tingkah.

" yang tadi di depan gerbang itu pacar atau gebetan kamu Ri?" tanya Raidil.

" pacar? Siapa?? Kak faiz?" Ucap ku terkejut.

" bukan lah... Aku gak punya pacar" tambah ku santai.

" lagian Aku malah gak enak sama kamu, bukan nya ngantar pacar kamu pulang, malah ngantar Aku" cetus ku sambil memalingkan wajah.

" Pacar? Siapa?" tanya nya sambil tersenyum tipis.

" lah kamu sendiri dulu yang bilang punya pacar, tiap pulang sekolah kamu bonceng " jawab ku yang mulai santai.

" Kak clara maksud kamu?" ucap nya.

" nah iya itu nama nya" sahut ku sambil mengaduk-aduk minuman ku.

" hahahahaha" tawa Raidil yang mengagetkanku.

" kamu kira kak Clara pacar ku" ledek Raidil.

Aku hanya diam dan masih mematung dengan Raidil yang tertawa lepas.

" Ri..ri.. kak Clara itu kaka sepupu aku" jawab nya yang membuat Aku kembali terkejut.

" jadi itu kaka sepupunya" ucap ku dalam hati sambil sesekali tersenyum. " tapi itu tidak merubah apapun, tetap aja Raidil punya pacar" tambah ku dalam hati.

"Rii... kok malah ngelamun" tanya Raidil dengan tangan nya yang berlalu lalang di depan wajah ku.

" ahh tetep aja kamu punya pacar" celetuk ku pada Raidil.

"apaan sih... Gak lah" saut nya.

Aku menoleh ke arah Raidil dan memastikan ucapan nya dengan wajah bingung,

" waktu Caca..." Belum selesai ucapan ku,

" ahhh... itu omong kosong doang, Aku gak suka sama sifat Caca yang agresif" sahut nya.

" kalo Aku tolak tanpa alasan, dia pasti gak akan nyerah" tambah nya menjelaskan.

Aku terdiam sambil tersenyum tipis membelakangi Raidil, " yes.. Aku bisa melanjutkan cinta bertepuk sebelah tangan ku" ucap ku dalam hati dengan kegirangan.

" ayo Rii... " ucap Raidil sambil berdiri.

" He..em" sahut ku dari arah belakang Raidil.

***

Rasa nya sakit di kepalaku hilang begitu saja mendengar apa yag di ucapkan Raidil barusan.

Dan rasanya lebih lega Aku bisa mencintai Raidil tanpa harus khawatir tentang sesuatu apa pun, Aku bahkan tidak berharap Raidil tau isi hati ku dan membalas nya,

cukup Aku mencintai dia itu saja cukup bagi ku.

" Rii yang mana rumah kamu?" tanya Raidil yg membuyarkan lamunanku.

" aahh terus lurus, rumah ku masuk jalan yang itu" jawab ku sambil menujuk arah ujung jalan.

" masuk sini" tanya nya lagi.

" iya" sahut ku singkat.

Aku sambil celingak-celinguk dari belakang pundak Raidil memperhatikan jalan untuk siap-siap memberhentikan Raidil.

" stop" ucap ku sambil tidak sengaja menepuk pundak Raidil.

Raidil menginjak rem nya seolah-olah dia terkejut dengan tepukan ku.

" udah nyampe?" tanya nya pelan.

" ini rumah ku" jawab ku sambil beranjak turun dari motor Raidil.

" aaa... yang ini" sahut nya sambil melirik ke arah rumah ku

" ayo masuk" ajak ku.

" ahh gak usah lah, Aku langsung pulang aja" jawab nya.

" loh.. mampir aja dulu " kembali ajak ku.

" loh Ri udah pulang? Sama siapa?" tanya Ayah yang tiba-tiba keluar dari rumah.

"Assalamualaikum om" sapa Raidil.

" iya yah Riri pulang di antar temen" ucap ku yg masih berdiri di depan gerbang rumah ku.

" tadi Riri kurang enak badan om, jadi saya yg antar biar dia gak lama nunggunya" ucap Raidil menjelaskan.

"siapa nama kamu?" tanya Ayah.

" Raidil om".

" Riri jadi ngerepotin kamu, terimakasih ya" ucap Ayah.

" ah gak ngerepotin kok om" sahut Raidil.

" kalo gitu saya mau pamit dulu om" tambahnya.

" Gak masuk dulu" ucap Ayah.

Aku hanya diam berdiri di samping Ayah.

" kapan-kapan aja om, Ri pulang dulu yaa" ucap Raidil sambil membelokkan motor nya.

" Ahh iya hati-hati dan makasih ya Dil" sahut ku.

" Assalamualaikum" ucapnya.

Raidil berlalu meninggal kan rumah ku,

mata ku masih melirik ke arah punggung Raidil yang semakin menjauh dari pandangan ku sampai pada akhir nya dia benar-benar menghilang di persimpangan jalan.

" Rii.. gak masuk" teriak Ayah dari depan pintu.

" ahh iya " Aku masuk sambil berlari kecil.

Rasa nya cukup untuk hari ini, kesempatan demi kesempatan datang pada ku tanpa ku sadari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!