Waktunya Bicara

"Jadi kau sekarang bisa lihat hantu?" Ais penasaran mendengarkan cerita Suzy sepulang sekolah.

Suzy menggeleng tak yakin. "Kau percaya ceritaku?" Suzy balas bertanya.

"Aku tidak percaya hantu. Tapi aku takut hantu!" Ais mengaku.

Suzy mengernyit sebal mendengarnya.

"Aku juga tak ingin percaya hal-hal seperti itu," Agustin menyela. "Tapi mengingat pengalaman kita, di mulai dari suara lonceng ketiga belas sampai kita mendadak tersesat, kemudian mengendap-endap di rumah Van Til dan akhirnya kau kesurupan..." Agustin menggantung kalimatnya kemudian melirik ke arah Suzy. Khawatir kalimat terakhirnya menyinggung perasaan Suzy.

Tapi Suzy terlihat lebih pendiam setelah kejadian itu. Gadis itu menatap Agustin, menunggunya melanjutkan pembicaraan.

"Aku tak bisa memungkiri bahwa pengalaman itu nyata." Agustin melanjutkan. "Dan tadi siang... Aku juga merasakan ada yang aneh pada tubuhku. Tapi aku tak ingat aku pernah menggendongmu kecuali pada hari kau kerasukan di halaman belakang sekolah"

"Aku juga tak ingat apa-apa waktu aku kerasukan!" Suzy menggeram seraya mendelik ke arah Agustin.

Sifat aslinya mulai keluar, kata Agustin dalam hati. Agustin terkekeh senang melihat Suzy mulai memperlihatkan tampang ketusnya yang khas.

Membuat kedua temannya mengerutkan dahi ke arah Agustin.

"Agustin tidak sedang kerasukan kan?" Ais ternganga.

"Oh, aku mulai muak membicarakan soal kerasukan!" Suzy mengerang sebal. "Kalian pasti takkan percaya, waktu orang-orang kerasukan massal seseorang mendatangiku dan memintaku untuk meminta ayahku mengubah waktu," cerita Suzy.

Masih seputar kerasukan.

Sesaat setelah menyatakan keberatannya untuk membicarakan soal kerasukan, ia justru makin serius membicarakan soal kerasukan.

Betul-betul seperti Suzy, batin Agustin geli.

"Maksudmu seseorang?" Ais tampak serius menanggapinya.

"Seseorang yang tidak kelihatan orang lain kecuali aku," gumam Suzy ragu.

Agustin mengerutkan dahinya. Mulai terpancing untuk bertanya serius. "Dia bicara padamu?"

"Ya," jawab Suzy tergagap, khawatir kedua temannya mencela ceritanya hanya isapan jempol. "Waktu ku bilang aku tak punya ayah, semua orang menatap aneh ke arahku. Karena aku bicara sendiri. Dari situ aku mengerti orang itu tak kelihatan!"

Agustin termangu memperhatikan wajah Suzy.

"Kau pasti tak percaya padaku!" Suzy menyadari dan langsung pasang tampang masam.

"Aku percaya!" Agustin menjawab singkat. Lalu tercenung beberapa saat.

Ais dan Suzy beradu pandang.

"Mungkin maksudnya Papa Tibi," kata Agustin tiba-tiba.

Suzy menatap Agustin dengan alis bertautan.

"Mungkin yang dia maksud ayahmu itu Papa Tibi!" Agustin menjelaskan.

Suzy termenung memikirkan kata-kata Agustin. Benar juga, katanya dalam hati. Kenapa tidak terpikirkan sama sekali?

"Seperti apa orang yang mendatangimu? Apa seperti hantu di film-film horor Indonesia?" Agustin mulai penasaran.

Suzy menggeleng tanpa mengalihkan perhatiannya dari udara kosong di depannya. Ia bahkan belum berkedip sejak tiga menit terakhir.

Terlihat jelas dari wajahnya bahwa ia sedang berpikir keras.

"Menurutmu apa maksudnya mengembalikan waktu?" Suzy bertanya pada Agustin dan melupakan pertanyaan Agustin.

Agustin menaikkan sebelah alisnya dengan sikap bingung. "Kau belum menjawab pertanyaanku," protesnya.

"Dia tampan pokoknya." Suzy menjawab ketus. "Jawab pertanyaanku!"

Agustin membeliak sebal kemudian menggigiti bibir bawahnya dan mulai berpikir. "Kurasa ini ada hubungannya dengan lonceng," gumam Agustin tak yakin.

Tapi Suzy memikirkan kata-kata Agustin sampai waktu ia berangkat tidur. Ia berharap malam itu Arya Tunggal muncul di kamarnya dan menjelaskan maksud perkataannya.

Lalu terdengar suara berkeresak dan berdebuk di luar jendela kamarnya.

Suzy membeku memasang telinga.

Tak lama suara berkeresak itu semakin dekat, disusul suara berdebam ribut dari semak-semak.

Suzy mendadak merinding. Suara apa itu?

Lalu ia mendengar tempat tidur ibunya di kamar sebelah berderit. "Teteh?!" Ibunya mendesis.

Suzy diam saja. Ia tak berharap ibunya tahu dirinya masih terjaga hingga tengah malam.

Ibunya pasti akan memarahinya dan ujung-ujungnya malah menyuruh ini dan itu. Seperti membuatkan secangkir kopi dan lain sebagainya. Jadi ia memutuskan untuk pura-pura tidur saja. Aku betul-betul lelah, katanya dalam hati. Sejak dini hari sampai sore tubuhnya belum beristirahat.

Pagi-pagi sekali Suzy sudah harus bangun menyiapkan sarapan dan bekal, juga menyiapkan kebutuhan sekolahnya, kemudian berangkat ke perkebunan dan berangkat ke sekolah.

Begitu tiba di rumah, pada sore hari, ia juga masih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Dan malam harinya ia juga masih disuruh ini dan itu sebelum tidur. Belum lagi jika nanti kegiatan belajar-mengajar sudah dimulai.

Ia tak bisa membayangkan apakah ia sanggup berkonsentrasi saat belajar tanpa mengeluh tubuhnya serasa remuk.

Jadi, apa kegiatan ibunya?

Kegiatan ibunya adalah menggerutu sepanjang waktu dan memarahi segala sesuatu.

Sama seperti putrinya!

Mendengar kegaduhan di pekarangan belakang rumahnya, ibu Suzy akhirnya beranjak dari tempat tidurnya kemudian memeriksa kamar putrinya.

Suzy juga mendengar suara-suara berkeresak dan berdebuk, sekarang terdengar semakin ribut.

Sejumlah pria terdengar berteriak-teriak dari berbagai arah seperti sedang berusaha menyerbu rumahnya.

Seketika jantung Suzy berdegup kencang. Sebenarnya ada apa di luar sana? Ia bertanya-tanya setengah ketakutan.

Tak lama kemudian ia mendengar pintu depan rumahnya digedor dari arah luar. "Dik...! Dik!" Suara Papa Tibi memanggil ibunya.

Suzy sudah hampir melompat dari tempat tidurnya untuk segera menghambur keluar menyongsong orangtua itu.

Sudah berhari-hari pamannya tidak mengunjunginya.

Biasanya Orang tua itu mengunjunginya dua hari sekali pada malam hari sembari keliling sebagai penjaga area. Orang-orang setempat biasa menyebutnya Centeng.

Tapi beberapa malam terakhir Papa Tibi tak kedengaran berkeliling sampai ke rumahnya. Karena selama dua malam berturut-turut, jadwal keliling di sekitar rumahnya giliran pak Saman.

"Jangan ada yang keluar rumah, area sekitar sini sedang tak aman!" Papa Tibi memberitahu ibunya dengan napas tersendat.

"Ada apa?" Ibunya bertanya gusar.

"Kerud!" Papa Tibi menjawab singkat.

Kerud adalah istilah dalam bahasa pedalaman suku Sunda untuk menyebutkan macan kumbang.

Suzy menelan ludah dan membeku di depan pintu kamarnya. Ia mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan orangtuanya begitu Papa Tibi berpesan. "Pastikan semua pintu sudah terkunci!" Lalu suara langkahnya terdengar menjauh.

Suzy berjinjit saat kembali ke tempat tidur dan menyelinap ke bawah selimutnya. Tubuhnya menggigil di dalam selimutnya yang hangat. Hawa panas sekaligus dingin merambati punggungnya yang tengah meringkuk.

Ia tak ingat berapa lama akhirnya ia jatuh tertidur. Dan terlelap dalam mimpinya. Kemudian terbangun dalam keadaan meringis merasakan nyeri di seputar perut dan punggungnya. "Mama..." Ia berusaha memanggil ibunya. Tapi suaranya tercekat di tenggorokannya.

Ia berusaha memaksa tubuhnya bergerak, tapi perutnya mendadak terasa kaku dan mengeras.

Tak lama kemudian ia mendengar tempat tidurnya berderit dan merasakan seseorang menghampirinya, kemudian mengurut bagian bawah punggungnya. Seketika rasa nyeri pada perutnya mulai berkurang.

Itu mungkin ibunya, pikir Suzy.

Detik berikutnya sosok di belakangnya itu memeluknya dari belakang dan mengurut perutnya.

Ini tak mungkin ibuku, pikir Suzy. Ia tahu persis ibunya takkan bersikap selembut itu.

Serentak gadis itu mendongak untuk melihat siapa sebenarnya sosok di belakangnya.

Terpopuler

Comments

Nugroho

Nugroho

hamil kah ?

2023-11-02

0

dyz_be

dyz_be

Arya Tunggal...

2022-07-15

1

Bebi Kay

Bebi Kay

Arya pasti 😲

2021-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Satu Sampai Sepuluh
3 Lonceng Ke-13
4 Ladang Van Til
5 Kita Terjebak, Ada Ide?
6 Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7 Siapa Mereka?
8 Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9 Gardu Lonceng
10 Akhir Ritual Api Unggun
11 Anak Teror
12 Sebenarnya...
13 Akhir Pekan Di Hutan
14 Kesurupan Massal
15 Metamorfosa
16 Putih Abu-Abu
17 Waktunya Bicara
18 Selap
19 Puber
20 Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21 Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22 Salam kenal, Arya Tunggal!
23 Bagaimana Menjelaskannya?
24 Ada Apa Dengan Waktu?
25 Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26 Pamali
27 Melanggar Tabu
28 Pancaroba
29 Pemugaran
30 Parameter
31 Baca Juga!
32 Alinea Baru
33 Adaptasi
34 Fenomena
35 Mitos
36 Pupuh Kinanti
37 Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38 Liabel
39 Warisan
40 Sambekala
41 Cerita Hantu
42 Su Si
43 Histéria
44 Trance
45 Mala
46 Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47 Pengumuman!
48 Penghuni Baru Rumah Van Til
49 Takhayul
50 Siluman Macan Kumbang
51 Satu Tahun Kemudian
52 Koleksi Antik Wanita Tua
53 Mandor Besar
54 Misteri Mata Hijau Leo
55 Gejala Tak Beres
56 Trauma
57 Pagi Dan Malam
58 Bukan Leo
59 Merayan
60 Majenun
61 Visi
62 Bukan Akhir Cerita
63 Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64 Regenerasi
65 Tujuh Tahun Kemudian...
66 Satu Malam Di Negeri Dongeng
67 Sebelum Fajar Menyingsing
68 Please, Jangan Tampah Lagi!
69 Napak Tilas
70 Matahari Jingga
71 Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72 Semua Hal Gelap
73 Semesta Yang Berbeda
74 Purwarupa
75 Biografi
76 Manifestasi Mistik
77 Panik
78 Epilog
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Satu Sampai Sepuluh
3
Lonceng Ke-13
4
Ladang Van Til
5
Kita Terjebak, Ada Ide?
6
Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7
Siapa Mereka?
8
Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9
Gardu Lonceng
10
Akhir Ritual Api Unggun
11
Anak Teror
12
Sebenarnya...
13
Akhir Pekan Di Hutan
14
Kesurupan Massal
15
Metamorfosa
16
Putih Abu-Abu
17
Waktunya Bicara
18
Selap
19
Puber
20
Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21
Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22
Salam kenal, Arya Tunggal!
23
Bagaimana Menjelaskannya?
24
Ada Apa Dengan Waktu?
25
Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26
Pamali
27
Melanggar Tabu
28
Pancaroba
29
Pemugaran
30
Parameter
31
Baca Juga!
32
Alinea Baru
33
Adaptasi
34
Fenomena
35
Mitos
36
Pupuh Kinanti
37
Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38
Liabel
39
Warisan
40
Sambekala
41
Cerita Hantu
42
Su Si
43
Histéria
44
Trance
45
Mala
46
Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47
Pengumuman!
48
Penghuni Baru Rumah Van Til
49
Takhayul
50
Siluman Macan Kumbang
51
Satu Tahun Kemudian
52
Koleksi Antik Wanita Tua
53
Mandor Besar
54
Misteri Mata Hijau Leo
55
Gejala Tak Beres
56
Trauma
57
Pagi Dan Malam
58
Bukan Leo
59
Merayan
60
Majenun
61
Visi
62
Bukan Akhir Cerita
63
Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64
Regenerasi
65
Tujuh Tahun Kemudian...
66
Satu Malam Di Negeri Dongeng
67
Sebelum Fajar Menyingsing
68
Please, Jangan Tampah Lagi!
69
Napak Tilas
70
Matahari Jingga
71
Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72
Semua Hal Gelap
73
Semesta Yang Berbeda
74
Purwarupa
75
Biografi
76
Manifestasi Mistik
77
Panik
78
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!