"Mereka ingin membakar kita!" Suzy menjerit ke arah Agustin.
Agustin diam saja. Ia memandangi Suzy dengan tatapan kosong.
"Agustin?" Suzy menatap Agustin ketakutan.
Tapi anak laki-laki itu tetap diam. Kedua pria yang memeganginya melepaskan Agustin begitu saja. Lalu membiarkan anak itu berjalan mendekati api.
"Agustin!" Suzy menjerit lagi.
Agustin berhenti melangkah tak jauh dari api unggun. Lalu menoleh ke arah Suzy seperti orang linglung. Tak lama kemudian anak laki-laki itu melesat ke arah Suzy dan mendorong tubuh sahabatnya ke dalam api.
"Tidaaaaaaakkk....!" Jeritan Suzy melengking tinggi ketika tubuhnya terlempar ke tengah-tengah kobaran api.
Dalam sekejap tubuhnya menggeliat merasakan panas api yang membakarnya. Tapi tubuhnya seperti terus melayang di atas api.
Suzy membuka matanya dan melihat lubang dalam yang seolah tak berujung. Tubuhnya tak kunjung mendarat. Dan panasnya api dalam lubang itu seperti tak mengenai kulitnya. Lubang apa ini sebenarnya?
TEEEEEEEEEEEEEENG.....!!!
Tubuh gadis itu akhirnya mendarat. Tapi ia kehilangan kesadarannya. Sehingga gadis itu tak merasakan remuk di sekujur tubuhnya.
Begitu ia sadar, ia meringis kesakitan dan hampir menjerit saat menghela bangun tubuhnya.
Seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun mengintip Suzy dari balik batang pohon ambon. Anak kecil itu memiliki rambut ikal berwarna cokelat pirang yang dikuncir dua. Ia juga mengenakan dress selutut berwarna putih yang sudah berubah warna menjadi bercak-bercak hitam.
Suzy mengurut-ngurut pinggangnya ketika ia sudah berhasil duduk dan memandang berkeliling seraya mengerjap-ngerjapkan matanya.
Seluruh tempat di sekitarnya hanya dipenuhi semak-semak dan pepohonan.
Tak lama ekor matanya menangkap sosok anak kecil yang bersembunyi di balik batang pohon.
Anak kecil itu menutupi wajahnya yang belepotan noda hitam seperti jelaga dengan telapak tangannya yang juga bernoda hitam. Kuku-kuku tangannya yang memanjang tak terawat juga tak kalah hitam.
Anak itu terlihat seperti baru diangkat dari perapian, pikir Suzy prihatin. Suzy baru hendak membuka mulutnya untuk menanyakan di mana ia berada sekarang.
Tapi anak perempuan itu tiba-tiba kabur dari persembunyiannya dan berlari menjauhi tempat itu.
Suzy mengerang saat berusaha bangkit dan mengejarnya. Kenapa nasibku selalu terbanting jatuh atau tersungkur? Ia mengeluh di dalam hatinya. Dan setiap kali aku membuka mata, aku selalu berada di tempat asing dan kehilangan teman-temanku.
Sekujur tubuhnya terasa nyeri seluruhnya.
Sekarang di mana lagi? Ia bertanya dalam hati.
Dan... Dari mana aku jatuh tadi?
Suzy mengedar pandang sekali lagi kemudian memeriksa langit terbuka di atas kepalanya. Ini mustahil, pikirnya. Aku tidak jatuh dari langit kan?
Tiba-tiba semak-semak di depan Suzy bergetar dan bergerak-gerak. Seperti ada sesuatu sedang bersembunyi yang siap menerkamnya.
Suzy bergidik seraya memegangi tengkuknya kemudian mempercepat langkahnya menjauhi semak-semak itu.
Tapi semak-semak di depannya lagi bergetar dan bergerak-gerak juga.
Suzy memutar arah dan mulai berlari menjauh. Tapi sekeliling tempat itu seolah tak memiliki jalan keluar. Semuanya semak-semak.
Ke arah mana? Ia bertanya-tanya dalam ketakutannya. Tadi di sini ada jalan setapak, pikirnya bingung bercampur ngeri. Aku harus segera pergi dari sini, katanya pada diri sendiri. Tapi ke arah mana?
Ke mana pun ia berputar. Semak-semak di depannya selalu bergetar dan bergerak-gerak.
Membuat Suzy menjerit, "Toloooong....!" Ia tak mampu lagi memendam rasa takutnya.
"Sssstt..." Tiba-tiba seorang mendesis.
Suzy membekap mulutnya dan mengedar pandang. Mencari sumber suara. Tapi ia tak menemukan siapa pun di tempat itu. Sementara semak-semak di sekelilingnya kembali bergetar dan bergerak-gerak. Kali ini bergetar bersamaan. Seperti ada segerombol serigala yang tengah bersembunyi dan siap mengepungnya. Suzy kembali menjerit.
"Sssttt..." Lagi-lagi suara orang mendesis.
"Siapa itu?" Suzy memberanikan diri untuk bertanya. Tapi suara yang keluar dari tenggorokannya hanya berupa erangan seperti orang tercekik.
Suasana di sekitarnya mendadak hening. Bahkan suara angin juga gemerisik daun dan ranting kering seolah hilang ditelan kesunyian yang tak wajar itu.
"Ya, Tuhan..." Suzy merintih di dalam hati. Keringat dingin mengucur deras membanjiri tubuhnya yang kian gemetar tak terkendali.
"Sssssttt...." Suara mendesis lagi.
Bulu kuduk Suzy kembali meremang dan hawa panas sekaligus dingin mulai merambat di punggungnya. "Tolong...." Suzy balas mendesis. Tapi suaranya terdengar kecil dan tak berdaya.
Dijawab tawa cekikikan anak perempuan yang terdengar seperti datang dari berbagai arah.
Suzy berputar-putar memeriksa seluruh tempat itu. "Siapa di sana?" Suzy berteriak dengan suara gemetar.
Tubuhnya mulai mengigil dan berkeringat dingin. Napasnya semakin memburu tak beraturan.
Tak lama suara tawa itu kembali menggema. Kali ini terdengar seperti sedang berputar-putar mengelilinginya. Seperti coba menggoda dan mempermainkannya.
Suzy sudah hampir menangis menghadapi situasi ini. Seseorang, jeritnya dalam hati. Siapa saja, tolong!
"Sssssttt...." Anak perempuan tanpa wujud itu kembali mendesis. Menggodanya lagi. Lalu tertawa lagi.
Suzy membekap telinganya dan mengatupkan mulut juga kedua matanya, kemudian berdoa dalam hati. Dan memaksa dirinya berpikir. Ini tidak nyata. Ini cuma mimpi!
Tapi sebuah tangan mungil kemudian menarik-narik lengan sweater-nya. Tidak cukup keras, tapi cukup membuat Suzy tersentak dan menjerit.
"Sssssttt...." Anak perempuan bertampang kumal, berbaju putih, tahu-tahu sudah berdiri di hadapan Suzy. Tapi kali ini rambutnya tidak berwarna cokelat dan tidak dikuncir dua. Kuku jarinya lebih panjang dan lebih hitam dari anak yang pertama. Wajahnya pucat dan memiliki lingkaran gelap di seputar matanya. Ia menempelkan telunjuk di bibirnya. Sementara tangan satunya tersembunyi di belakang punggungnya.
Suzy tertunduk mengawasi anak itu dengan tampang curiga sekaligus ketakutan. "Siapa kau?" Suzy tergagap-gagap.
Anak perempuan itu menarik lengan sweater Suzy mengisyaratkan supaya Suzy mengikutinya. Tapi tak mengatakan apa-apa. Hanya menatap Suzy dengan tatapan mengancam.
Suzy menelan ludah, lalu merasakan kakinya seperti dipaksa berjalan---mengikuti anak perempuan itu. Apa maumu? Suzy mencoba bertanya. Tapi tak bisa mengutarakannya dengan kata-kata. Mendadak saja mulutnya seperti dibekap oleh sebuah tangan yang teramat kuat. Begitu juga tubuhnya seperti dihimpit dan dikendalikan kekuatan yang tak terlihat. Tengkuknya terasa berat seperti sedang memanggul tumpukan karung semen. Tanpa mampu menolak, ia terdorong semakin jauh mengikuti anak kecil itu semakin jauh ke dalam semak-semak.
Sesampainya di sebuah lapangan rumput, anak perempuan itu melepaskan pegangannya dari lengan sweater Suzy dan seketika tubuh Suzy seperti terbebas dari semua tekanan yang menguasainya. Apakah anak ini manusia? Suzy bergidik.
Ada sebuah pohon ambon besar di ujung lapangan rumput itu, tak jauh dari tempat Suzy berdiri. Anak kecil itu berlari ke arah pohon itu lalu bersembunyi di balik batang pohon tadi membelakangi Suzy seraya mengintip ke suatu tempat di depan mereka.
Pada saat itu Suzy baru menyadari kenapa sebelah tangannya tersembunyi di belakang punggungnya. Anak perempuan itu menggenggam sebilah pisau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
dyz_be
Flashback...
2022-07-13
1
Isis Briseno
Aku setuju kalo ada yg bilang part ini mulai syeremmm 😰
2021-11-07
2
BunBura Anariva
Part ini mulai serem
2021-11-07
0