Selap

Arya Tunggal menatapnya dengan tatapan teduh yang menenangkan. Sebelah tangannya menopang kepalanya yang tengah merunduk di atas kepala Suzy. Sebelah tangan lainnya melingkar di pinggang Suzy dengan telapak tangannya tertangkup di perut Suzy. Telapak tangan itu berhenti bergerak ketika gadis itu menatapnya. Ia menyisir sejumput rambut yang menutupi pipi Suzy dan menyelipkannya ke belakang telinga gadis itu. Lalu kembali mengurut perut Suzy dengan gerakan lembut.

Sesaat kemudian, gadis itu melemaskan tubuhnya dan kembali meletakkan kepalanya ke bantal, membelakangi Arya. Lalu memejamkan matanya seraya tersenyum simpul. Sentuhan-sentuhan itu menyamankannya.

Dalam diam, Arya memberikan perhatiannya melalui sentuhan-sentuhan lembut yang mampu melenyapkan seluruh rasa sakit di sekujur tubuh Suzy. Melindungi gadis itu dengan dekapan dalamnya yang menenangkan. Napas pria itu menggelitik di tengkuk Suzy ketika Arya mengecup bagian belakang kepalanya.

Tak lama kemudian, pria itu menciumi pipi dan juga lehernya. Begitu hangat sekaligus lembut.

Suzy menggeliat ketika tangan Arya perlahan turun ke bawah perutnya. Lalu menjerit ketika jari pria itu tiba-tiba menyelinap ke dalam kewanitaannya.

"Suzy!" Ibunya berteriak dari kamar sebelah.

Suzy terhenyak dan menarik tubuhnya hingga duduk dan berbalik ke belakang memelototi Arya. Tapi Arya sudah menghilang.

Rasa sakit di perutnya kembali menyerang. Gadis itu kembali meringkuk memegangi perutnya seraya terisak.

Terdengar suara Ibunya beranjak dari tempat tidur kemudian bergegas menghampiri kamar Suzy dengan langkah-langkah lebar dan mendorong pintu kamar putrinya dengan gerakan kasar. "Suzy," hardiknya.

"Iya, Ma..." Suzy melengis lemah dan gemetar. Ia tahu persis jika ibunya sudah tak lagi memanggilnya "Teteh", itu artinya sudah tidak ada toleransi.

Ibunya selalu meneriakkan nama Suzy dengan nada sinis untuk menunjukkan betapa kecewanya ia memiliki anak bernama Suzy.

Air mata Suzy terus merebak membasahi bantalnya. Perasaan sedih sekaligus sakit menggumpal di pusat perutnya.

Ibunya menyalakan sebuah lampu tempel dan membawanya ke arah Suzy. "kenapa menangis? Mimpi buruk?" Ibunya bertanya dengan nada ketus.

Suzy menggeleng.

Ibunya menghela napas menahan kesal. "Terus kenapa menangis?"

"Sakit," erang Suzy seraya memegangi perutnya yang kembali mengeras.

Ibunya menggerutu tak jelas sembari bergegas ke arah dapur tanpa meninggalkan lampu tempel yang masih dipeganginya.

Kemudian kembali lagi dengan sebuah botol kaca berisi air panas. "Bungkus dengan kain atau selimut!" Ibunya menyodorkan botol itu ke arah Suzy. Sebelah tangannya masih memegangi lampu tempel. "Tekankan di bagian perut yang sakit," perintahnya tajam. "Dan berusahalah untuk kembali tidur. Ini masih tengah malam!" Ibunya melotot tak sabar.

Setelah itu Suzy kembali dibiarkan sendirian dalam kegelapan.

Suzy kembali meringkuk dengan menekankan botol berisi air panas tadi pada perutnya.

Pikiran dan perasaannya berkecamuk menguasai dirinya.

Ia kembali meringis mengingat perbuatan Arya. Sebagian dirinya masih tak yakin apakah kejadian tadi betul-betul nyata. Bagian lain dari dirinya merasa menyesal telah membiarkan Arya melakukannya. Kenapa aku bisa begitu lengah membiarkan Arya melakukannya, sesalnya. Arya bukan manusia, pikirnya sedih.

"Udah, gak usah kerja!" Pagi-pagi buta ibunya sudah berteriak-teriak. "Baru kerja segitu aja udah banyak keluhan. Biar aing aja yang kerja seperti biasa!"

Aing adalah kata kasar dalam bahasa Sunda untuk menyebutkan aku. Kata-kata semacam itu sudah menjadi makanan Suzy sehari-hari, setiap kali ia berhadapan dengan ibunya.

Di mata ibunya, Suzy ternilai lemah dan sangat mengecewakan. Gadis itu selalu dianggap tak becus melakukan apa pun. Tak seperti dirinya, menurutnya. Ia sudah cukup lelah bekerja keras selama ini untuk mengurus dan menghidupi anak-anaknya seorang diri. Sudah waktunya Suzy mengambil alih tugasnya sebagai tulang punggung keluarga dan menggantikan semua jasa ibunya.

Merawat dan menghidupi dua orang anak seorang diri memang bukan hal yang mudah. Tapi apa yang dilakukan orangtua Suzy tak seperti yang dikatakannya setiap hari.

Suzy dirawat neneknya sejak ia masih bayi sampai neneknya meninggal dunia dan adik perempuan Suzy dirawat oleh kakak perempuan ibunya saat ini. Suzy baru tinggal bersama ibunya setelah neneknya tiada.

Kehidupan kelurga Suzy sungguh tak mudah mengingat sifat ibunya selalu menuntut balasan jasa.

Tak seorang pun anak di dunia yang mampu membalas jasa ibunya.

Dan hal itu jelas membuat ibunya selalu kecewa pada keadaan. Tak jarang ibunya meluapkan kekecewaan hatinya dengan menjadikan anak-anaknya sebagai sasaran.

Orang tua Suzy menerapkan standar yang terlalu tinggi pada anak-anaknya. Ia memaksa anak-anak seusia Suzy dan adiknya yang baru tujuh tahun mengerti bagaimana membuat dirinya senang menurut standarnya. Sementara anak-anaknya sudah berusaha maksimal untuk menyenangkan hati ibunya dengan cara patuh melakukan apa saja yang dikehendaki ibunya, ibunya tetap saja kecewa.

Usaha menyenangkan hati ibunya seperti usaha menjaring angin dan menimba air untuk memenuhi lautan. Sudah berusaha mati-matian masih saja tidak ada gunanya. Tapi Suzy tidak punya pilihan kecuali patuh.

Dengan berat hati, hari itu Suzy memaksakan diri merayap keluar dari kamarnya dan bersiap untuk tetap berangkat ke perkebunan.

Ia tak tahan lagi mendengarkan semua ocehan ibunya yang ia yakin takkan berhenti sampai ia pergi.

Begitu langkahnya mencapai dapur, ia melihat ibunya sudah berpakaian lengkap untuk berkebun, dan bersiap berangkat ke perkebunan untuk menggantikannya. "Biar Teteh aja yang berangkat ke perkebunan," pinta Suzy pada ibunya.

"Untuk apa?" Ibunya bertanya dengan sikap mencemooh. "Untuk mencari perhatian orang-orang supaya orang-orang itu tahu kau dipaksa bekerja padahal kau sedang sakit?"

Suzy menelan ludah dengan susah payah.

Teriakan ibunya bisa membangunkan gerombolan kerud di tengah hutan.

Seketika gadis itu menundukkan kepalanya. Tak berani membantah maupun menatap ibunya. Kenapa ibuku selalu berpikir seolah aku bukan anaknya? Tapi musuhnya, batinnya pahit.

TEEEEEEEEEENG...!

Bunyi lonceng di rumah Van Til berdentang sebanyak enam kali. Dan Suzy masih mematung di ambang pintu sementara ibunya melangkah keluar rumah melalui pintu dapur dan membanting pintu itu hingga menutup.

Lonceng enam kali pada pagi hari menandakan bahwa saat itu sudah pukul enam tepat.

Dulu lonceng itu dikhususkan untuk memanggil para pekerja berkumpul di ladang Van Til. Sekarang lonceng itu hanya sebatas pengingat waktu saja.

Sesaat Suzy teringat perkataan Arya mengenai perubahan waktu. Agustin mungkin benar, pikirnya. Waktu yang dimaksud Arya mungkin ada hubungannya dengan lonceng di rumah Van Til. Tapi apa maksudnya mengubah waktu? Semalam aku tak sempat menanyakannya pada Arya karena terbuai--, kenangnya masam. Lalu kembali meringis mengingat apa yang dilakukan pria itu padanya.

Begitu Suzy kembali ke kamarnya, ia menangis histeris menemukan noda darah di tempat tidurnya.

Sebelum tengah hari, ibunya sudah kembali ke rumah bersama tiga orang ibu paruh baya yang sangat khawatir mendengar kabar Suzy sedang sakit.

Keempat ibu itu cukup dekat dengan Suzy semenjak Suzy bekerja di perkebunan.

Tak banyak gadis seusia Suzy yang sudi bekerja sebagai kuli di perkebunan, katanya. Bahkan tak ada sama sekali. Suzy adalah satu-satunya anak gadis yang bekerja di perkebunan bersama mereka.

Itu sebabnya mereka begitu peduli pada Suzy dan memperlakukannya seperti anak sendiri.

"Hari ini Mama Suzy beruntung," cerita salah satu ibu ketika mereka berkumpul di kamar Suzy. "Perempuan dan anak-anak diliburkan untuk sementara. Katanya area perkebunan sedang tidak aman akhir-akhir ini."

Suzy memicingkan matanya menanggapi cerita itu. "Apa ini ada hubungannya dengan serangan kerud tadi malam?" Suzy bertanya.

"Ya, betul!" Dua orang ibu lainnya menanggapi nyaris bersamaan dengan sikap dramatis. "Katanya semalam ada kerud di rumah Suzy. Apa iya, Neng?" Kedua ibu itu berebut menanyakan kebenaran berita itu pada Suzy.

"Apa?" Suzy terkejut mendengar berita itu. Semalam Papa Tibi tidak menceritakan bagian ini, katanya dalam hati. Berita ini mungkin keliru, pikir Suzy.

Berita apa pun yang menyebar selalu berlebihan ketika sudah sampai di telinga penduduk.

Seperti peristiwa anak-anak dan remaja yang kesurupan massal di rumah Suzy waktu itu, sebagian besar penduduk setempat membicarakannya sebagai ulah Suzy.

Tak sedikit orang menuduh Suzy sebagai pemuja setan setelah gadis itu mati suri.

Padahal Suzy sendiri bahkan belum mengetahui kebenaran mengenai dirinya yang pernah mati suri.

Orang tua Suzy merahasiakan kebenaran itu dari Suzy karena alasan pribadi.

Terpopuler

Comments

dyz_be

dyz_be

😋😋😋😋😋

2022-07-15

1

Bebi Kay

Bebi Kay

adohhh linu

2021-09-20

1

atmaranii

atmaranii

kasian Suzy...

2021-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Satu Sampai Sepuluh
3 Lonceng Ke-13
4 Ladang Van Til
5 Kita Terjebak, Ada Ide?
6 Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7 Siapa Mereka?
8 Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9 Gardu Lonceng
10 Akhir Ritual Api Unggun
11 Anak Teror
12 Sebenarnya...
13 Akhir Pekan Di Hutan
14 Kesurupan Massal
15 Metamorfosa
16 Putih Abu-Abu
17 Waktunya Bicara
18 Selap
19 Puber
20 Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21 Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22 Salam kenal, Arya Tunggal!
23 Bagaimana Menjelaskannya?
24 Ada Apa Dengan Waktu?
25 Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26 Pamali
27 Melanggar Tabu
28 Pancaroba
29 Pemugaran
30 Parameter
31 Baca Juga!
32 Alinea Baru
33 Adaptasi
34 Fenomena
35 Mitos
36 Pupuh Kinanti
37 Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38 Liabel
39 Warisan
40 Sambekala
41 Cerita Hantu
42 Su Si
43 Histéria
44 Trance
45 Mala
46 Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47 Pengumuman!
48 Penghuni Baru Rumah Van Til
49 Takhayul
50 Siluman Macan Kumbang
51 Satu Tahun Kemudian
52 Koleksi Antik Wanita Tua
53 Mandor Besar
54 Misteri Mata Hijau Leo
55 Gejala Tak Beres
56 Trauma
57 Pagi Dan Malam
58 Bukan Leo
59 Merayan
60 Majenun
61 Visi
62 Bukan Akhir Cerita
63 Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64 Regenerasi
65 Tujuh Tahun Kemudian...
66 Satu Malam Di Negeri Dongeng
67 Sebelum Fajar Menyingsing
68 Please, Jangan Tampah Lagi!
69 Napak Tilas
70 Matahari Jingga
71 Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72 Semua Hal Gelap
73 Semesta Yang Berbeda
74 Purwarupa
75 Biografi
76 Manifestasi Mistik
77 Panik
78 Epilog
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Satu Sampai Sepuluh
3
Lonceng Ke-13
4
Ladang Van Til
5
Kita Terjebak, Ada Ide?
6
Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7
Siapa Mereka?
8
Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9
Gardu Lonceng
10
Akhir Ritual Api Unggun
11
Anak Teror
12
Sebenarnya...
13
Akhir Pekan Di Hutan
14
Kesurupan Massal
15
Metamorfosa
16
Putih Abu-Abu
17
Waktunya Bicara
18
Selap
19
Puber
20
Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21
Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22
Salam kenal, Arya Tunggal!
23
Bagaimana Menjelaskannya?
24
Ada Apa Dengan Waktu?
25
Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26
Pamali
27
Melanggar Tabu
28
Pancaroba
29
Pemugaran
30
Parameter
31
Baca Juga!
32
Alinea Baru
33
Adaptasi
34
Fenomena
35
Mitos
36
Pupuh Kinanti
37
Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38
Liabel
39
Warisan
40
Sambekala
41
Cerita Hantu
42
Su Si
43
Histéria
44
Trance
45
Mala
46
Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47
Pengumuman!
48
Penghuni Baru Rumah Van Til
49
Takhayul
50
Siluman Macan Kumbang
51
Satu Tahun Kemudian
52
Koleksi Antik Wanita Tua
53
Mandor Besar
54
Misteri Mata Hijau Leo
55
Gejala Tak Beres
56
Trauma
57
Pagi Dan Malam
58
Bukan Leo
59
Merayan
60
Majenun
61
Visi
62
Bukan Akhir Cerita
63
Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64
Regenerasi
65
Tujuh Tahun Kemudian...
66
Satu Malam Di Negeri Dongeng
67
Sebelum Fajar Menyingsing
68
Please, Jangan Tampah Lagi!
69
Napak Tilas
70
Matahari Jingga
71
Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72
Semua Hal Gelap
73
Semesta Yang Berbeda
74
Purwarupa
75
Biografi
76
Manifestasi Mistik
77
Panik
78
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!