Akhir Pekan Di Hutan

Suzy menumpuk potongan-potongan kayu bakar yang berhasil dikumpulkannya kemudian mengikatnya menjadi satu.

Ia menyarungkan goloknya kemudian mengikatkannya pada pinggangnya. Lalu memanggul ikatan kayu bakarnya dan bergegas meninggalkan hutan.

Hari itu adalah hari Minggu. Dan Suzy tak tahan berdiam diri saja di dalam kamar meski kondisi tubuhnya masih belum pulih sepenuhnya setelah kerasukan kemarin. Jadi ia memutuskan untuk pergi jauh ke dalam hutan untuk mengumpulkan kayu bakar.

Ais dan Agustin sengaja tidak datang ke rumah Suzy karena mereka berharap Suzy bisa beristirahat secara maksimal.

Belum mencapai setengah jalan, Suzy sudah merasa lututnya mulai gemetar, tak kuat menopang berat badannya.

Perlahan gadis itu menurunkan kayu bakar dari bahunya kemudian menjatuhkan dirinya di rerumputan.

Napasnya tersengal tak beraturan dan butiran keringat mulai membanjir di dahinya. Tubuhku memang belum pulih, pikirnya masam. Ia merasakan mual dan pusing mulai menyergap dirinya. Penglihatannya sedikit memburam dan berputar-putar.

Ia menyandarkan kepalanya pada sebatang pohon dan memejamkan matanya.

"Butuh bantuan?" Tiba-tiba seseorang merunduk di atas kepala Suzy.

Suzy membuka matanya dan bertatapan dengan sepasang mata tajam berbulu lentik yang dibingkai alis tebal milik seorang pria berambut panjang sepinggang.

Gadis itu terbelalak takjub memandangi wajah pria itu. Ia mirip boneka porselen, pikir Suzy.

Hidung mancungnya mendongak tinggi dan langsing. Wajahnya lancip dan bibirnya kecil berisi. Rambut panjangnya selurus penggaris. Bahunya lebar dan pinggangnya tipis. Ia mengenakan pakaian serba hitam mengkilat yang melekat ketat di tubuhnya. Model sepatunya sedikit aneh. Sejenis sepatu lars setinggi lutut berwarna hitam mengkilat berbahan kulit namun berbulu seperti kucing. Pada bahunya tersampir semacam jubah kain yang juga berbulu seperti kucing. Tapi tampak lembut meliliti lehernya dan menjuntai di belakang tubuhnya.

Dia seperti Nizari, pikir Suzy konyol.

"Daerah sekitar sini sedang tidak aman akhir-akhir ini!" Ia memberi tahu.

Oh, tidak! Suzy membatin. Dia sedang berusaha menakut-nakuti aku.

"Mari, saya antar Nyai pulang!" Pria itu menawarkan diri.

Apa katanya? Nyai? Suzy tergelak di dalam hatinya.

Panggilan itu memang cukup umum untuk menyebutkan perempuan Sunda. Tapi terlalu kuno di jaman sekarang.

"Terimakasih, Kakang!" Suzy menjawab setengah mencemooh. "Tidak perlu repot-repot. Jumlah kayu bakar itu hanya setengah dari biasanya." Suzy menjelaskan sambil tertawa-tawa.

Pria di depannya menyeringai. Memperlihatkan barisan gigi kecilnya yang tertata rapi.

Dia betul-betul sempurna, pikir Suzy.

Seharusnya ia curiga kenapa pria setampan itu bisa berada di dalam hutan. Tapi Suzy tidak bisa berpikir jernih. Melihat wajahnya saja sudah membuat dirinya kehilangan akal sehat.

"Su Si tidak bertingkah seperti itu kecuali sesuatu betul-betul salah," kata pria itu tiba-tiba.

Suzy melengak mendengar perkataannya. "Dari mana kau tahu namaku?"

"Apa?" Pria itu balas melengak.

"Tadi kau bilang Suzy,"

"Tadi aku bilang Su Si!"

"Hah?!" Suzy terperangah dan menelan ludah. Seketika bulu kuduknya meremang, kemudian hawa dingin merambati punggungnya. Siapa dia sebenarnya?

"Sebaiknya saya mengantarmu pulang sekarang!" Pria itu mengambil kayu bakar di samping Suzy kemudian menaruhnya di atas bahunya. "Ayo, Nyai!"

Suzy gelagapan ketika tangan pria itu menarik tangannya dan menghela tubuhnya berdiri. Dia serius memanggilku Nyai, pikir Suzy masam.

"Su Si sedang tidak stabil dan mudah dibuat marah," kata pria itu ketika mereka mulai berjalan menyusuri jalan setapak. "Dan kita belum tahu apa penyebabnya. Jadi sebaiknya jangan terlalu sering datang ke wilayahnya!"

Suzy masih tergagap mendengarkan cerita pria itu.

Ia bukan tidak tahu mengenai kisah Anak Teror bernama Su Si. Hanya saja ia masih tak yakin apakah hantu Su Si betul-betul ada. Ia bahkan tak yakin apakah yang dialaminya kemarin memang fenomena kerasukan atau halusinasi.

Suzy percaya adanya roh jahat. Tapi ia tak yakin orang meninggal menjadi hantu.

Begitu sampai di pekarangan belakang rumahnya, Suzy berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pria itu. Dia menuntunku sepanjang jalan, kenangnya pahit.

Papa Tibi bakal meledak kalau sampai ia tahu Suzy berjalan-jalan di hutan bergandengan tangan dengan seorang pria.

"Kita sudah sampai!" Suzy memberitahu pria itu seraya menunjuk rumah panggung berbahan bambu, tak jauh di depan mereka.

Pria itu tersenyum dan menurunkan kayu bakar dari bahunya. "Jangan pergi ke hutan untuk sementara waktu!" Pria itu berpesan sebelum ia berbalik dan menjauh dari pekarangan.

Suzy membuka mulutnya tapi tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Detik berikutnya pria itu sudah melesat kedalam hutan dan menghilang tanpa sepengetahuan Suzy.

Seketika bulu kuduknya meremang. Tapi Suzy tidak merasa takut.

Suzy memanggul kayu itu ke belakang rumahnya, kemudian mulai menyusunnya di atas kayu bakar lain di sebuah gubuk kecil mirip kandang kambing tanpa dinding.

Gadis itu menoleh sepintas ke arah jalan setapak menuju hutan tapi sosok pria itu sudah tak kelihatan. Aku lupa menanyakan namanya, katanya dalam hati.

Tak lama kemudian sebuah bayangan berkelebat di jalan setapak tadi.

Suzy melirik bayangan itu melalui sudut matanya dan memekik.

Anak Teror yang bernama Su Si itu tengah memata-matai dirinya dari balik batang pohon seraya menyeringai seperti biasa.

Suzy bergidik dan menghambur ke dalam rumah melalui pintu dapur. Lalu mengintip dari celah bilik bambu yang menjadi dinding rumahnya.

Sosok Anak Teror itu sudah tidak ada di sana.

"Jo!"

Suzy memekik dan terperanjat ketika Ais melongok dari pintu ruang tengah.

Ais tergelak mendapat reaksi seperti itu. "Harusnya kau melihat tampangmu tadi," cemoohnya.

Suzy diam saja tak mau menanggapinya. Ia membuka ikatan tali golok dari pinggangnya, kemudian menaruh golok itu di bawah meja racik dari kayu di sudut dapurnya.

Ais memperhatikan gerak-gerik Suzy dengan mulut meruncing. Seperti anak kecil yang sedang kesal melihat mainan baru anak lain.

Suzy melepaskan sweater dari tubuhnya kemudian menggantung sweater itu pada sebuah gantungan kayu di dekat pintu. Kemudian melangkah ke dalam dengan mulut terkatup.

"Kau marah padaku?" Ais bertanya tanpa beban sedikit pun, seperti biasa.

"Aku cuma mual," jawab Suzy dengan bibir memucat.

Mata dan mulut Ais seketika membulat bersamaan. "Mau kubuatkan teh?" Ais menawarkan.

Meski tingkah lakunya seperti bayi, Ais sebetulnya cukup peka dan penuh perhatian seperti pria dewasa. Hanya saja ia tidak terlalu pandai saat mengutarakannya. Tak jarang orang lain memandang remeh kemampuannya ketika ia menawarkan jasa.

Tapi itu hanya berlaku untuk orang lain. Bukan Suzy.

Suzy percaya Ais cukup bertanggung jawab ketika ia menawarkan diri untuk menyanggupi sesuatu. Jadi ia menjawabnya, "boleh!"

Ais senang jika seseorang memberinya kepercayaan. Maka dengan senang hati, ia bergegas ke dapur Suzy dan membuat secangkir teh untuk mereka berdua.

Begitu Ais kembali dari dapur, Suzy tiba-tiba menjerit seraya menunjuk ke belakang Ais.

Ais ikut menjerit. Lalu menoleh kebelakang dan menjerit lagi.

"Kau melihatnya?" Suzy bertanya setengah menjerit.

"Aku tidak lihat apa-apa!" Ais semakin menjerit.

Terpopuler

Comments

Nugroho

Nugroho

Nizari Assasins ?

2023-11-02

0

Lee

Lee

pintu masuk ke alam lain lagi

2022-10-31

0

dyz_be

dyz_be

😲😲😲

2022-07-13

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Satu Sampai Sepuluh
3 Lonceng Ke-13
4 Ladang Van Til
5 Kita Terjebak, Ada Ide?
6 Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7 Siapa Mereka?
8 Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9 Gardu Lonceng
10 Akhir Ritual Api Unggun
11 Anak Teror
12 Sebenarnya...
13 Akhir Pekan Di Hutan
14 Kesurupan Massal
15 Metamorfosa
16 Putih Abu-Abu
17 Waktunya Bicara
18 Selap
19 Puber
20 Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21 Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22 Salam kenal, Arya Tunggal!
23 Bagaimana Menjelaskannya?
24 Ada Apa Dengan Waktu?
25 Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26 Pamali
27 Melanggar Tabu
28 Pancaroba
29 Pemugaran
30 Parameter
31 Baca Juga!
32 Alinea Baru
33 Adaptasi
34 Fenomena
35 Mitos
36 Pupuh Kinanti
37 Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38 Liabel
39 Warisan
40 Sambekala
41 Cerita Hantu
42 Su Si
43 Histéria
44 Trance
45 Mala
46 Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47 Pengumuman!
48 Penghuni Baru Rumah Van Til
49 Takhayul
50 Siluman Macan Kumbang
51 Satu Tahun Kemudian
52 Koleksi Antik Wanita Tua
53 Mandor Besar
54 Misteri Mata Hijau Leo
55 Gejala Tak Beres
56 Trauma
57 Pagi Dan Malam
58 Bukan Leo
59 Merayan
60 Majenun
61 Visi
62 Bukan Akhir Cerita
63 Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64 Regenerasi
65 Tujuh Tahun Kemudian...
66 Satu Malam Di Negeri Dongeng
67 Sebelum Fajar Menyingsing
68 Please, Jangan Tampah Lagi!
69 Napak Tilas
70 Matahari Jingga
71 Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72 Semua Hal Gelap
73 Semesta Yang Berbeda
74 Purwarupa
75 Biografi
76 Manifestasi Mistik
77 Panik
78 Epilog
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Satu Sampai Sepuluh
3
Lonceng Ke-13
4
Ladang Van Til
5
Kita Terjebak, Ada Ide?
6
Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7
Siapa Mereka?
8
Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9
Gardu Lonceng
10
Akhir Ritual Api Unggun
11
Anak Teror
12
Sebenarnya...
13
Akhir Pekan Di Hutan
14
Kesurupan Massal
15
Metamorfosa
16
Putih Abu-Abu
17
Waktunya Bicara
18
Selap
19
Puber
20
Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21
Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22
Salam kenal, Arya Tunggal!
23
Bagaimana Menjelaskannya?
24
Ada Apa Dengan Waktu?
25
Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26
Pamali
27
Melanggar Tabu
28
Pancaroba
29
Pemugaran
30
Parameter
31
Baca Juga!
32
Alinea Baru
33
Adaptasi
34
Fenomena
35
Mitos
36
Pupuh Kinanti
37
Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38
Liabel
39
Warisan
40
Sambekala
41
Cerita Hantu
42
Su Si
43
Histéria
44
Trance
45
Mala
46
Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47
Pengumuman!
48
Penghuni Baru Rumah Van Til
49
Takhayul
50
Siluman Macan Kumbang
51
Satu Tahun Kemudian
52
Koleksi Antik Wanita Tua
53
Mandor Besar
54
Misteri Mata Hijau Leo
55
Gejala Tak Beres
56
Trauma
57
Pagi Dan Malam
58
Bukan Leo
59
Merayan
60
Majenun
61
Visi
62
Bukan Akhir Cerita
63
Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64
Regenerasi
65
Tujuh Tahun Kemudian...
66
Satu Malam Di Negeri Dongeng
67
Sebelum Fajar Menyingsing
68
Please, Jangan Tampah Lagi!
69
Napak Tilas
70
Matahari Jingga
71
Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72
Semua Hal Gelap
73
Semesta Yang Berbeda
74
Purwarupa
75
Biografi
76
Manifestasi Mistik
77
Panik
78
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!