Kita Terjebak, Ada Ide?

Agustin menyalakan kembali senternya dan sekali lagi mengarahkannya ke wajah Suzy.

Suzy mengangkat tangan ke wajahnya, melindungi matanya dari cahaya senter Agustin. “Tolong matikan senter konyol itu!”

“Ok, aku mengerti!” Agustin mematikan senternya. “Kau memang berantakan sekali.”

Suzy tidak tertawa sama sekali.

Agustin langsung tahu sahabatnya sedang tidak bisa diajak bercanda.

Suzy bisa sangat galak sekali kalau sedang serius. Bahkan pada saat sedang tidak serius.

Jadi Agustin memutuskan untuk ikut diam. Menunggu keajaiban, pikirnya pahit.

Agustin menghela napas dan bersandar mengikuti Suzy. Tapi kemudian ia tak tahan.

Sekali lagi Agustin menyalakan senternya, kali ini tidak di arahkan ke wajah Suzy. Ia mengarahkannya ke segala arah di seputar mereka. Pertama-tama ke bawah lalu ke samping, kemudian berhenti di dinding sumur yang berlubang.

Lubang besar yang menganga. Tepat di samping Suzy. Bentuknya seperti sarang ular, hanya saja ukurannya seratus kali lipat lebih besar.

Menyadari hal itu, Suzy langsung melompat ke arah Agustin. Merapatkan dirinya seraya mencengkeram kuat lengan Agustin. Jangan-jangan ada ular raksasanya, pikir Suzy seraya mengamati lubang itu dengan ngeri.

Agustin melirik wajah sahabatnya itu seraya terkekeh geli.

“Apa?” Suzy memelototinya.

“Kau pasti sudah termakan isyu tentang ular raksasa jelmaan Siluman Penguasa Ladang Van Til, ya kan?” Agustin tergelak.

Suzy melepaskan cengkeramannya, memelototi Agustin dengan mulut terkatup.

..._...

TEEEEEEEEEEEEEEEEEEENG...........!!!

Agustin dan Suzy memekik bersamaan, dan terkejut dengan reaksinya sendiri. Lalu keduanya saling bertatapan. Pandangan keduanya menggambarkan ketegangan yang luar biasa.

Hanya lonceng, pikir Agustin. Berusaha menenangkan diri. Lalu mendongak dan mengarahkan cahaya senternya ke atas, mengamati mulut sumur untuk mencari tahu kedalamannya. Terlalu tinggi, katanya dalam hati. Hampir sepuluh meter.

Suzy menelan ludah melihatnya. Pantas saja badanku terasa remuk, pikirnya.

Bagaimana caranya bisa keluar dari sini?

Sejak awal, Agustin sedang berusaha mencari jawaban untuk pertanyaan itu. Tapi sekarang menyerah dan kembali melemas.

Sebuah suara dari dalam lubang di depan mereka menarik perhatiannya.

Diarahkannya cahaya senternya ke arah lubang itu sekali lagi.

Menunggu!

Suzy kembali mencengkeram tangan Agustin, lebih kencang dari sebelumnya. Suzy tercengang menatap lubang itu dengan ngeri. Membayangkan seekor ular raksasa keluar dan menyerang kemudian menghabisi mereka berdua.

Agustin menelan ludah dan membeku. Menyimak baik-baik suara berdesis di dalam lubang yang semakin lama terdengar semakin mendekat.

Kedua remaja itu menahan napas.

Lalu sesuatu benar-benar keluar dari dalam lubang.

Membuat keduanya memekik dan menjerit. Menjerit sejadi-jadinya sampai suara mereka melengking membahana. Mendengung. Begitu bising dan ribut. Bahkan lebih bising dari apa yang dapat mereka bayangkan.

Seperti bukan hanya mereka berdua yang menjerit, tapi seperti bertiga.

Agustin mengarahkan cahaya senternya ke lubang itu lekat-lekat, ke arah makhluk yang baru saja keluar dari lubang itu, kemudian menjerit lagi.

Makhluk di depan mereka ikut menjerit, lebih nyaring dari suara mereka berdua.

“Joooooooooooooooooooo.................!”

Agustin dan Suzy langsung tercengang kehilangan suaranya.

Suzy melotot sambil menunjuk makhluk itu. Kenapa makhluk itu meniru panggilan kita? Suzy bertanya-tanya dalam hati.

Agustin terbelalak mengamati sosok di depannya dengan seksama sebelum akhirnya jatuh terduduk, “Hmmmmmmhh............” Agustin menghela napas, “Ternyata cuma Ais!”

“Jooooo.......?!” Ais merajuk senang sambil bertepuk tangan dan berjingkrak kegirangan.

“Oh, dasar konyol!” Suzy menjatuhkan dirinya di sisi Agustin.

Ais mulai berceloteh riang, memperlihatkan betapa girangnya ia bisa bertemu kedua sahabatnya di tempat seperti ini.

Sementara kedua sahabatnya diam saja seraya memperhatikan wajah Ais yang kelihatannya baru saja habis menangis.

Ais tidak peduli.

Dengan gerakan kasar dirangkulnya kedua sahabatnya itu sambil menjatuhkan tubuhnya di antara kedua sahabatnya.

Kedua sahabatnya memekik bersamaan ketika Ais menginjak kaki mereka.

“Sorry!”

“Kenapa kau bisa ada di dalam lubang?” Agustin bertanya.

“Oh, aku tak mau cerita!” Ais merengek. “Ceritanya nanti saja kalau sudah sampai di rumah.”

“Kalau kita bisa pulang, ya?” Suzy menimpali. Sudah mulai tenang. Sudah pulih dari keterkejutannya. Ia juga sudah bisa menerima kenyataan bahwa makhluk yang keluar dari dalam lubang itu memang benar-benar Ais. Sebab tidak mungkin monster atau siluman merengek-rengek seperti bayi. Harusnya aku tahu dari awal, suara berdesis-desis tadi cuma isak tangisnya, batinnya jengkel.

“Aku tak ingat apa-apa tadi,” tutur Ais setelah agak lama mereka beristirahat.

Ketiga remaja itu duduk lemas, bersandar di dinding sumur sambil berbincang-bincang.

“Seberapa panjang terowongan itu?” Agustin menunjuk lubang di depan mereka dengan cahaya senternya.

“Aku kan sudah bilang aku tak ingat apa-apa,” jawab Ais sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Aku cuma ingat, aku tadi menangis.”

Suzy mendengus. “Menurutku bagian itu tak perlu diceritakan!”

“Memangnya kenapa?” Ais mendekatkan wajahnya ke wajah Suzy.

“Karena aku sudah tahu!” Suzy menggeram.

“Sekarang kita harus bagaimana biar bisa keluar dari sini?” Agustin menengahi.

“Hanya ada satu cara!” Sekarang Suzy menggeram ke arah Agustin.

“Apa?” Agustin tidak jadi marah mendengar Suzy punya cara untuk bisa keluar dari sini. Tadinya agak marah karena Suzy menggeram kepadanya.

“Minta tolong!” Suzy menjawab kemudian mendongak ke arah mulut sumur dan menjerit, “toloooooooooooooooong.........”

“Bagus!” Agustin mengerang kecewa.

“Toloooooooooooong.......!!!” Sekarang Ais juga ikut-ikutan.

Agustin mengerang lagi seraya menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar. Sudah cukup buruk harus menerima kenyataan bahwa aku terperosok ke dalam sumur sedalam sepuluh meter, gerutunya dalam hati. Dan sekarang aku harus menerima kenyataan yang lebih buruk. Terjebak di dalam sumur sedalam sepuluh meter, dengan dua anak bayi. Bayi setan, pikirnya masam.

“Menurutmu kita harus bagaimana?” Suzy mulai marah. Marah sungguhan. “Punya ide yang lebih bagus?”

Agustin tak menjawab. Berpikir seraya menyorotkan cahaya senternya ke arah lubang di depannya lekat-lekat.

Giliran Suzy sekarang yang mengerang. “Kau tak berpikir untuk melakukannya, kan?” Tapi Suzy tahu persis watak Agustin.

Agustin berpikir, kalau Ais keluar dari lubang itu berarti lubang itu memang memiliki jalan keluar.

Tapi Suzy berpikir lain. Bisa saja Ais masuk dari lubang yang sama, dari atas lalu menggelinding ke dalam lubang.

Ais bilang ia tadi tak ingat apa-apa.

Suzy bisa mengerti bagaimana Ais kehilangan kesadarannya.

Jatuh ke dalam sumur sedalam itu benar-benar sakit.

Mungkin saja Ais mengalami benturan di kepalanya saat terjatuh, lalu kehilangan keasadarannya. Makanya dia tidak ingat apa-apa.

Agustin takkan mengerti, ia tidak tahu rasanya membentur dasar sumur. Ia menindihku tadi, kenangnya pahit.

“Aku lebih baik makan rumput daripada harus kembali ke dalam lubang,” rengek Ais setelah menyadari rencana Agustin.

“Sekarang juga kita berada di dalam lubang,” balas Agustin. “Kau takkan bisa makan rumput kalau kita masih di sini!”

“Tapi menurutku tempat ini tak terlalu buruk,” kata Ais mulai beralasan. “Kalau dibandingkan di dalam sana.” Ais menunjuk lubang di depannya dengan mulutnya.

“Kalau begitu kalian tinggal saja di sini!” Agustin menawarkan.

“Ide bagus,” jawab Ais sekenanya.

“Sorry,” kata Suzy. “Aku tak tertarik untuk tinggal dengan bayi!”

Agustin menyeringai. Akhirnya Suzy bisa menerima keputusannya. Ia mengerlingkan sebelah alisnya mengisaratkan Suzy untuk segera bergerak.

Suzy balas menyeringai. Apa boleh buat, batinnya. Naluri seniornya sudah terusik, pikir Suzy.

Kalau sudah begitu, tak seorang pun mampu menolak keputusan Agustin.

Ais yang paling tidak ingin mengikuti ide untuk memasuki terowongan itu, justru masuk lebih dulu menyusul Agustin.

Agustin dan Suzy memelototinya sambil menahan tawa.

Terpopuler

Comments

dyz_be

dyz_be

Sumur sedalam 10 meter..
Sungguh keberuntungan, masih hidup
😥😥😥

2022-07-12

1

Bebi Kay

Bebi Kay

Ais lucu ya.. aku suka karakter Ais

2021-09-20

0

atmaranii

atmaranii

crtamu bgus n pnulisan jg bhsa rapi .smngatt thorr

2021-09-19

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Satu Sampai Sepuluh
3 Lonceng Ke-13
4 Ladang Van Til
5 Kita Terjebak, Ada Ide?
6 Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7 Siapa Mereka?
8 Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9 Gardu Lonceng
10 Akhir Ritual Api Unggun
11 Anak Teror
12 Sebenarnya...
13 Akhir Pekan Di Hutan
14 Kesurupan Massal
15 Metamorfosa
16 Putih Abu-Abu
17 Waktunya Bicara
18 Selap
19 Puber
20 Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21 Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22 Salam kenal, Arya Tunggal!
23 Bagaimana Menjelaskannya?
24 Ada Apa Dengan Waktu?
25 Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26 Pamali
27 Melanggar Tabu
28 Pancaroba
29 Pemugaran
30 Parameter
31 Baca Juga!
32 Alinea Baru
33 Adaptasi
34 Fenomena
35 Mitos
36 Pupuh Kinanti
37 Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38 Liabel
39 Warisan
40 Sambekala
41 Cerita Hantu
42 Su Si
43 Histéria
44 Trance
45 Mala
46 Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47 Pengumuman!
48 Penghuni Baru Rumah Van Til
49 Takhayul
50 Siluman Macan Kumbang
51 Satu Tahun Kemudian
52 Koleksi Antik Wanita Tua
53 Mandor Besar
54 Misteri Mata Hijau Leo
55 Gejala Tak Beres
56 Trauma
57 Pagi Dan Malam
58 Bukan Leo
59 Merayan
60 Majenun
61 Visi
62 Bukan Akhir Cerita
63 Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64 Regenerasi
65 Tujuh Tahun Kemudian...
66 Satu Malam Di Negeri Dongeng
67 Sebelum Fajar Menyingsing
68 Please, Jangan Tampah Lagi!
69 Napak Tilas
70 Matahari Jingga
71 Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72 Semua Hal Gelap
73 Semesta Yang Berbeda
74 Purwarupa
75 Biografi
76 Manifestasi Mistik
77 Panik
78 Epilog
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Satu Sampai Sepuluh
3
Lonceng Ke-13
4
Ladang Van Til
5
Kita Terjebak, Ada Ide?
6
Kita Adalah Tim Yang Hebat!
7
Siapa Mereka?
8
Siapa Lagi Yang Bisa Diandalkan Sekarang?
9
Gardu Lonceng
10
Akhir Ritual Api Unggun
11
Anak Teror
12
Sebenarnya...
13
Akhir Pekan Di Hutan
14
Kesurupan Massal
15
Metamorfosa
16
Putih Abu-Abu
17
Waktunya Bicara
18
Selap
19
Puber
20
Cerita Ini Menjadi Semakin Menarik!
21
Siapa Sebenarnya Arya Tunggal?!
22
Salam kenal, Arya Tunggal!
23
Bagaimana Menjelaskannya?
24
Ada Apa Dengan Waktu?
25
Bagaimana Caranya Mengubah Waktu?
26
Pamali
27
Melanggar Tabu
28
Pancaroba
29
Pemugaran
30
Parameter
31
Baca Juga!
32
Alinea Baru
33
Adaptasi
34
Fenomena
35
Mitos
36
Pupuh Kinanti
37
Tiga Bangku Dari Bangku Ujung
38
Liabel
39
Warisan
40
Sambekala
41
Cerita Hantu
42
Su Si
43
Histéria
44
Trance
45
Mala
46
Akhir Hayat Si Kucing Hitam
47
Pengumuman!
48
Penghuni Baru Rumah Van Til
49
Takhayul
50
Siluman Macan Kumbang
51
Satu Tahun Kemudian
52
Koleksi Antik Wanita Tua
53
Mandor Besar
54
Misteri Mata Hijau Leo
55
Gejala Tak Beres
56
Trauma
57
Pagi Dan Malam
58
Bukan Leo
59
Merayan
60
Majenun
61
Visi
62
Bukan Akhir Cerita
63
Jadi, siapa Leo sebenarnya?
64
Regenerasi
65
Tujuh Tahun Kemudian...
66
Satu Malam Di Negeri Dongeng
67
Sebelum Fajar Menyingsing
68
Please, Jangan Tampah Lagi!
69
Napak Tilas
70
Matahari Jingga
71
Terjerumus Dalam Lubang Yang Sama
72
Semua Hal Gelap
73
Semesta Yang Berbeda
74
Purwarupa
75
Biografi
76
Manifestasi Mistik
77
Panik
78
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!