Kulepas Kau Dengan Ikhlas

Kulepas Kau Dengan Ikhlas

PROLOG

Angin malam mohon jangan telalu dingin agar jangan terbayang kisah masa lalu.....

Awan hitam mohon jangan diturunkan hujan agar tidak terbayang saat kita sepayung berdua....

Jendela yang bias akibat hujan lebat yang turun memantulkan wajahku yang kian kabur. Tiada yang tau kekecewaan yang kutelan sendiri bahkan itu Umi dan Abi.

Memang benar aku ikhlas, tapi goresan itu tetap ada, masih segar dan berdarah. Tuhan tau mana yang terbaik bagiku namun Tuhan juga menciptakan diri ini sebagai manusia yang pasti merasakan pedihnya sebuah pengkhianatan.

Entah ini apa namanya, jujur saja aku tidak bisa menyebutnya sebagai pengkhianatan, hanya ditinggal nikah tanpa kabar. Bagi orang lain mungkin terkesan remeh tapi hatiku terlalu rapuh untuk mengatakannya demikian.

Kata mereka jodoh, maut dan rezki adalah ketentuan Tuhan, bodohnya diriku terpancing dengan kisah masa lalu yang mempercayakan hatiku pada dirinya.

Sebuah kebodohan yang kusesali yang memberikan luka pada hati terdalam dan sesak yang tiada habisnya.

Baru saja aku melihat status pernikahan yang entah dengan alasan apa ditutupi padaku selama ini entah itu oleh dirinya sendiri maupun teman kami.

Aku menangis, menangisi kebodohan yang membuat luka hatiku dan entah kapan atau bagaimana cara menyembuhkannya.

Dia, seorang pria yang ku kenal sejak sekolah menengah atas yang mana memutuskan untuk berhijrah dan sama-sama memperbaiki diri.

Sejak saat itu kami memutuskan komunikasi dan dia meminta kesediaanku menunggu jika kelak dia siap akan segera meminta diri ini pada kedua orang tuaku.

Suatu hal yang konyol lagi menurut beberapa orang tetapi itulah yang terjadi pada diriku. Hati ini telah terlanjur ku jaga untuknya dengan harapan indahnya saat kami bersatu kembali dalam sebuah ikatan halal.

Saat itu ditahun pertama menduduki bangku universitas, kami terpisah jauh oleh pulau dan itulah percakapan terakhirku dengannya. Sebuah permintaan yang kupenuhi dengan semampuku.

Memang sejatinya keluarga mereka merupakan keluarga yang memiliki agama yang kuat, yang mengharuskannya menempuh pendidikan yang berhunungan dengan pendalaman agama, aku menyukai itu.

Sedangakan keluargaku juga demikian, namun Abi dan Umi membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu pendidikan umum dengan syarat tidak melupakan pendidikan agama.

Jadilah dirinya melanjutkan studi di sebuah pondok yang memiliki universitas dan aku memilih keujung negri dengan pendidikan kedokteran hewan atau yang lebih dikenal Veterinary Medicine.

Masa itu dia terus memberikan hadiah lewat temanku, tidak melupakan sedikitpun tentang hari spesialku, meskipun kami tidak saling berhubungan tetapi dia punya caranya sendiri untuk meyakinkanku.

Mungkin kalian bertanya bagaimana bisa kami saling mengenal, baiklah aku akan mencoba untuk mengisahkannya.

Ketika itu kami tergabung dalam sebuah organisasi siswa yang menjadi orang terpilih setelah melakukan pemilu.

Ya, sekolah kami memiliki tiga jurusan yang mana diantaranya selalu ada satu kelas unggulan.

Disanalah awal pertemuan kami sehingga berkembang menjadi hubungan baik yang akhirnya saling nyaman untuk pendidikan dan pengembangan pengetahuan.

Dari satu organisasi merambah ke berbagai organisasi yang lain. Berakhir menjadi pasangan ketua dan sekretaris di setiap kesempatan.

Mungkin disana setan bermain sehingga rasa itu ada. Tanpa sadar rasa suka mulai bersemayan di dalam hati meskipun terpendam tanpa pernah terungkapkan.

Segala suka dan duka terlewati saling mengisi dan mendukung hingga menjadi pasangan yang ideal dalam sebuah persahabatan maupun hubungan profesionalisme.

Dukungan terus datang dari berbagai sisi bahkan do'a juga selalu mengiringi dari mulut mereka yang menginginkan kebahagiaan kami kelak.

Memang tak ada hubungan dalam ikatan kekasih murni tanpa bersentuhan sedikitpun hanya saling mengagumi dalam diam hingga pada saat akhir terucaplah janji untuk menunggu hingga siap ke pelaminan.

Jalan Tuhan tiada yang tau bahkan kini tanpa undangan dia telah bersama dengan yang lain akantetapi kenapa tanpa pemberitahuan yang pasti.

Mengapa takdir begitu kejam mempermainkan ku, entah itu mereka ataukah dia yang begitu kejam.

Haruskah aku terus menunggu tanpa kepastian, berharap pada yang tidak mungkin. Jika aku tidak membuka aplikasi pesan sosial media untuk meminta tolong padanya mungkin sampai kapanpun aku tetap menunggu.

Kalian sungguh tega mempermainkan ku, membiarkan diriku seperti orang bodoh yang menunggu sesuatu yang tak mungkin.

Bukankah pernikahan itu sesuatu hal yang baik, yang harus disiarkan bukannya disembunyikan. Lantas kenapa mereka tidak memberitau ku.

Sempat kutanyakan pada mereka ternyata mereka beralasan bahwa tidak ingin aku teraakiti bukankah begini lebih sakit.

Sungguh aku tidak sebodoh yang mereka pikirkan. Aku tidak akan menagis dan mengemis tentang pernikahannya tetapi aku akan memberikan selamat dan do'a terbaik untuknya sungguh.

Memang benar, hati ini tak bisa berdusta tapi aku juga tau ini semua takdir yang sudah Tuhan gariskan untukku.

Namun demikian aku tetap manusia, kecewa sudah pasti sedih apalagi meskipun hatiku rapuh tapi aku tetap tegar sekuat yang ku mampu.

Banyak juga mereka tidak mau memberi tau diriku karena takut aku yang akan berubah menjadi buruk setelah memutuskan hijrah.

Hey.... Tenanglah kalian tidak perlu khawatir meskipun aku berhijrah diwaktu bersamaan dengannya tetapi bukan berarti sepenuhya karena dia.

Aku memperbaiki diri karena Tuhan ku, ingin menjadi lebih baik dihadapan Nya dan lebih dicintai Nya.

Sungguh kalian terlalu dangkal menilai diriku, sungguh aku sangat kecewa dan sakit. Hari ini adalah salah satu hari terberat dalam sejarah hidup hingga umurku 23 tahun.

Baiklah sekarang aku mengerti hanya sebatas itu cinta kalian untukku, aku maafkan tentu saja tetapi tidak mudah untukku melupakan.

Jujur saja, ini pukulan terberat bagiku. Sudah ditinggal nikah dan dikhianati semua sahabatku dengan alasan kebaikanku.

Marah, tentu saja tetapi aku lebih memilih diam. Mengurung diri dikamar dan mencurakan air mata di setiap sholat terutama di sepertiga malam.

Aku tau ini semua salahku, tidak seharusnya menggantungkan harapan pada manusia cukup hanya pada Tuhan, juga tidak sepantasnya aku menaruh hati padanya. Pertama jelas menodai cintaku pada Rabb yang kedua jelas dia sudah jadi suami orang.

Sungguh menyesalnya diriku. Beruntung Tuhan memberitahuku saat ini jika tidak entah sudah berapa banyak lagi dosa yang harus ku tanggung.

Malam ini terasa sangat panjang dengan rintikan hujan yang terus luruh mengiringi air mata dalam hati.

Aku harus bangkit tidak bisa terus begini, mungkin aku kurang baik untuknya maka diberikan yang lebih lagi dari agamaku.

Bukankah yang baik untuk yang baik demikian sebaliknya dari aturan jodoh yang ada. Biarlah kubawa hatiku ini dengan kepercayaan bahwa Tuhan yang lebih tau mana yang terbaik untukku.

Bersamaan dengan ini aku mengakhiri kisahku dan menutup lembaran lalu. Biarlah waktu yang menyembuhkan luka. Aku pasrahkan pada Pemilik hati yang sebenarnya.

Terpopuler

Comments

Al Fatih

Al Fatih

sambil menunggu up,, aq baca lagi dari awal.....,, kisah Nana bukan kisah yg biasa ku baca....

2023-10-05

1

YuWie

YuWie

baru nemu, sudah aku like dan ku bunga in

2023-10-04

0

Zenun

Zenun

diksinya oke

2023-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!