Faz dan Nana kini sudah sampai di halaman luas dengan rumah klasih bergaya spanyol. Suasana desa yang asri menjadi pemandangan menakjubkan yang tidak pernah Faz lihat sebelumnya.
"Nana apakah benar ini rumahmu ?" tanya Faz yang masih terpesona dengan rumah besar dan terkesan elegan di depannya.
"Entahlah, coba saja tanya pada orang yang ada disana" ujar Nana sembari menunjuk pintu utama rumah itu.
Sekitar tiga mobil mewah sudah merapat di halaman yang sangat luas. Satu persatu mereka turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama.
Beberapa orang kampung yang lewat terheran-heran melihat rombongan orang asing yang sudah pasti bukan dari tempat mereka, banyak yang bertanya tetapi hanya bisa berbicara pada kawannya karena tidak tau akan bertanya pada siapa.
"Assalamu'alaikum" dengan sopan Faz memberi salam setelah menekan bel di samping pintu.
Nana yang terlihat enggan dan masih bingung dengan kedatangan mereka begitu santai seakan tanpa beban.
"Wa'alaikumsalaam" jawab suara dari dalam dan tidak lama keluarlah seorang perempuan cantik yang lebih dewasa dari Nana.
Uni yang kebetulan membuka pintu menjadi terheran-heran. Siapakah tamu yang sekiranya datang, karena setaunya di rumah ini tidak mengenal seseorang dari timur tengah. Mungkin hanya Nana tetapi adiknya itu jelas tidak ada di rumah.
Namun, rasa penasaran Uni terjawab setelah beberapa saat Nana muncul di depan pintu dan menyalimi kakaknya itu.
Setelah berpelukan sejenak ia masuk meninggalkan orang-orang tinggi besar itu di pintu depan. Terpaksa Uni menyuruh mereka masuk dan mempersilakan duduk di ruang tamu dengan wajah tidak enak.
Nana memilih menemui Abi dan Umi untuk melepas rindunya. Setahun lebih bukanlah waktu yang sebentar berpisah dengan kedua orang yang sangat dicintainya.
"Assalamu'alaikum Abi, Umi...." ketuk Nana di pintu kamar kedua orang tuanya.
Tidak lama keduanya keluar dengan masih mengenakan pakaian sholat karena memang waktu sholat zuhur.
"MasyaAllah Nak.., kapan kakak pulang. Kenapa tidak bilang Abi dan Uni Nak" kaget Umi saat mendapati putrinya ada di depan pintu.
"Baru saja Mi, Abi dan Umi apa kabar. Apakah baik-baik saja ?" tanya Nana sembari menyalimi dan memeluk kedua orang tuanya bergantian.
"Alhamdulillah kami sehat Nak, bagaimana dengan kakak. Kenapa pulang tanpa berkabar ?" tanya Abi pada anak kebanggaanya itu.
"Alhamdulillah kakak juga baik Bi. Kakak diseret pulang Abi" ujar Nana yang membuat kedua orang tuanya mengerinyit heran.
"Diseret bagaimana maksudnya Nak, apa sesuatu hal terjadi pada kakak ?" tanya Abi khawatir.
"Itu Bi.., belum selesai Nana menjelaskan Uni sudah datang dan menyerbu adiknya dengan berbagai pertanyaan.
"Kakak, itu siapa yang datang rame-rame. Mereka mau ngapain kesini kak ?" tanya Uni pada Nana.
"Kakak juga gak tau Uni, tiba-tiba diseret naik pesawat eh gak taunya malah dibawa pulang kesini. Kakak gak ngerti juga mereka maunya apa. Bagaimana kalau Abi dan Umi saja yang menanyakan, Kakak mau bersih-bersih dulu sekalian sholat juga" pinta Nana pada kedua orang tuanya.
"Baiklah Nak, pergilah ke kamar kakak dan setelah selesai segera keluar ya" ujar Umi.
Setelah berbincang dengan orang tuanya Nana segera menuju kamar pribadinya untuk mandi, sholat dan akhirnya gadis itupun tertidur karena jujur saja badanya terasa lelah dan kaku.
Sementara Abi dan Umi setelah berberes segera menemui tamu yang sudah menunggu di ruang tamu. Ternyata mereka sudah disediakan minum dan makanan dimeja yang ada di tengah sofa.
"Assalamu'alaikum, Kami adalah orang tua Husna dan saya sendiri adalah ayahnya" sapa Abi pada tamunya yang langsung berdiri menyambut kedua orang tua Nana.
"Wa'alaikumsalaam, Mohon maaf Tuan mengganggu waktu anda keluarga. Saya Hamdan Al Fazza, teman dari Nana ingin menyampaikan niat baik pada Tuan Nyonya sekiranya jika anda berkenan" sopan Faz pada kedua orang tua gadia pujaannya.
"Duduklah Nak, jangan terlalu sungkan" ujar Abi.
Awalnya Abi menyapa dengan bahasa arab yang tidak terlalu fasih namun ternyata tamunya itu begitu lancar berbahasa inggris jadilah mereka memakai bahasa campuran yang lebih dominan inggris.
"Mohon maaf sebelumnya Tuan. Apakah bisa kami menumpang sholat terlebih dahulu takut terlambat" mohon Faz sebelum mereka memulai perbincangan.
"Ya tentu saja, silahkan mari kami antarkan" ujar Abi sembari membawa yang laki-laki berwudhu ke kamar mandi depan dan menunjukkan mushala di rumah itu.
Begitu juga dengan Umi yang melakukan hal yang sama pada para wanita yang ikut dalam rombongan itu.
Rumah kediaman mereka memang hanya ditempati keluarga saja. Tetapi setiap harinya akan ada yang membantu Umi beberes rumah dan mengerjakan pekerjaan lainnya.
Sembari menunggu tamunya melaksanakan kewajibannya Umi memasak nasi dan beberapa menu tambahan yang sekiranya sesuai dengan lidah mereka.
Sebetulnya makan siang sudah selesai tetapi rasanya tidak akan cukup jika disantap bersama para tamu yang masih belum diketahui jelas apa maksud dan tujuannya.
Selesai melaksanakan sholat Umi mengajak mereka ke ruang makan yang sudah tertata berbagai jenis hidangan yang menggugah selera.
Mereka makan siang bersama menikmati masakan kampung dan beberapa masakan umum yang syukurnya sesuai dengan selera para tamu asing itu.
Suasana hening tercipta saat semuanya makan, meja yang biasanya terisi empat orang itu kini penuh dengan orang berbadan tinggi besar, mancung dan putih.
Dalam diam keluarga Nana masih tertanya-tanya apakah maksud kedatangan tamunya itu sementara yang katanya diseret pulang itu tengah tidur mengarungi mimpi indahnya.
Begitulah Nana, saat sudah tertidur sangat sulit dibangunkan. Gadis itu akan memilih tidur dari pada makan saat sudah terlalu lelah. Kelurga Nana membiarkan hal itu karena mereka begitu paham dengan karakter putri mereka yang cenderung tertutup itu.
Selesai dengan hidangan penutup Umi yang paham para tamunya berasal dari negri nun jauh disana menyarankan mereka untuk beristirahat.
Kebetulan rumah bagian kiri kosong yang memang diperuntukkan bagi tamu atau keluarga yang memang datang berkunjung.
Umi mengantarkan para tamunya melewati beberapa ruangan hingga sampai ke ruang keluarga dan beberapa kamar yang ada disana akantetapi ini masih tetap menyambung dengan rumah utama meskipun juga memiliki pintu di bagian depannya.
Sementara Faz bersama satu orang kepercayaannya dan bibi yang mengasuhnya sedari kecil yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri memilih untuk mengikuti Abi keruang tamu untuk melanjutkan pembicaraan mereka yang tertunda.
Faz tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang pada akhirnya ia kehilangan momen lagi untuk menyampaikan isi hatinya. Ia sudah lama menunggu hal ini, maka kali ini tidak boleh gagal sama sekali.
Dengan jantung yang kian bertalu, lelaki tampa itu duduk dihadapan Abi dari Nana sembari menenangkan dan meyakinkan hatinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nur Ain
raja kan..misti la nikah byk...kena dgn suku sakat depa
2023-10-01
0