HIJRAH

Sehari setelah pesta kedua orang tua Faz kembali ke negaranya. Nana juga sudah tau bahwa ternyata suaminya adalah pangeran sekaligus putra mahkota kerajaan negara itu.

Semua berawal dari saat kedatangan kedua orang tua Faz yang membuat Nana kaget bahwa ternyata mereka adalah Sultan dan Sultanah negri terkaya tempatnya bekerja.

Sempat ada keinginan menolak tetapi Nana juga tidak bisa egois karena semua orang sudah mempersiapkan acara dengan baik.

Meskipun ia tau pernikahannya tidak dipublish dan bahkan terkesan disembunyikan dari dunia terutama negara suaminya, Nana tidak masalah justru ia merasa aman dan damai karena tidak menambah musuh dengan penggila suaminya.

Seminggu setelah melakukan semua tradisi dan mendatangi rumah semua keluarga besar Nana, Faz meminta izin kepada kedua orang tua Nana beserta iparnya untuk memboyong Nana pulang ke negaranya karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan.

Dengan berat hati akhirnya Abi dan Umi memberikan izin terlebih Nana juga harus bekerja karena ia tidak mengambil izin cuti lama. Terlebih saat ini dia sudah banyak alfa mengajar di kelas.

Seperti biasa dengan iringan bodyguard dan pelayan mereka berangkat menuju bandara. Kali ini mereka menggunakan pesawat pribadi Faz sendiri yang sudah disiapkan sedari pagi.

Nana sendiri memilih menutupi wajahnya menggunakan masker dan kaca mata hitam. Sama sekali ia tidak ingin terlihat oleh siapapun tentang siapa jati dirinya untuk sementara hingga dia benar-benar yakin dengan pernikahannya.

Faz sendiri terlihat begitu menyayangi istrinya, merangkul erat bahu istri yang kini tenggelam di tubuh besarnya. Sedikitpun ia tidak ingin Nana terluka bahkan tas tangan Nana ia yang membawakan karena Nana tidak ingin dibawa oleh pelayan.

Sempat terjadi sedikit perdebatan saat keberangkatan mereka karena Nana tidak ingin terlihat mencolok sementara Faz sendiri harus mengikuti prosedural takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Akhirnya Nana harus mengalah dengan penjelasan suaminya yang ternyata juga demi kebaikan mereka juga. Sepertinya ia harus mulai terbiasa dengan keadaan ini karena merupakan bagian dari keputusan yang sudah dia ambil.

Setelah lama mengudara akhirnya mereka sampai di negara kaya itu. Faz memboyong Nana ke kediamannya tepatnya dimana selama ini Nana bekerja tetapi gadis itu sama sekali tidak tau karena ia tidak pernah sama sekali masuk ke dalam bangunan utama.

Perdebatan kembali terjadi saat Nana menolak tinggal disana karena ia tahu akan tinggal bersama keluarga besar suaminya meskipun berbeda kavling. Tetapi tetap saja ia harus belajar hal yang harus dan tidak boleh dilakukan selama tinggal dikediaman ini. Ia tau saat masuk ke istana ini tentu saja kebebasannya juga akan terenggut.

Mungkin ini adalah keputusan besar yang telah ia ambil. Entah ini benar atau salah tetapi ia sudah mengambi keputusan, oleh sebab itu ia harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi meskipun tidak sepenuhnya ia yang memilih.

Akhirnya dengan langkah ragu ia masuk beriringan dengan suaminya menuju rumah yang entah untuk selamanya atau sementara akan ia singgahi.

Faz terus merangkul erat pundak istrinya seakan memberi kekuatan. Deretan pelayan dan pegawai berjejer menyambut mereka sementara diujung kedua orang tua bersama satu saudara perempuan Faz beserta keluarga kecilnya menyambut kedatangan mereka dengan hangat.

Nana yang sudah gugup hanya sedikit menunduk merasa tidak enak dengan para pelayan dan pegawai yang menunduk sementara banyak dari mereka yang berumur diatasnya.

Setelah itu ia memberikan penghormatan dan salam kepada kedua orang tua Faz dan keluarga saudari iparnya. Termasuk juga Hasyem yang ternyata juga hadir bersama dua saudara dan saudarinya. Ketiga bocah itulah yang sangat antusias menyambut Nana mengingat ketiganya sering bermain bersama Nana di halaman belakang.

Selesai berbasa basi dan makan malam Faz membawa istrinya ke kamar Faz yang kini menjadi kamar mereka berdua. Sejatinya kamar yang ditempati Faz adalah kamar pribadinya, ada kamar yang diperuntukkan bagi Nana dan disanalah mereka seharusnya tinggal tetapi Faz bersikeras bahwa ia akan tinggal bersama di kamar pribadinya saja. Akhirnya semua hanya bisa mengikuti kemauan putra mahkota itu.

Lagian Nana juga memiliki satu koper keperluannya sementara barang yang lain ia tinggalkan di rumah pribadi yang ia beli dengan hasil tabungannya. Sedari tadi Faz sudah memerintahkan pelayan untuk memindahkan barang Nana yang ada di rumahnya tetapi gadis itu menolak keras keinginan suaminya itu. Kali ini terpaksa Faz yang harus mengalah atas keputusan istrinya.

Lelah sudah pasti dirasa, belum lagi harus membereskan barang yang dibawanya. Nana memilih duduk sejenak setelah itu membereskan bajunya ke ruang wardrobe yang didominasi oleh pakaian dan asesoris Faz.

Jejeran brand mahal mengisi ruangan yang lumayan luas itu hingga sandal kamarpun tak ketinggalan dengan tas, jam tangan dan sepatu yang tersusun seperti toko.

Nana mengambil sedikit space disana dan menyusun bajunya yang sedikit dan sederhana. Beberapa ada yang branded tetapi masih tergolong standart karena gadis itu lebih suka mengalokasikan tabungannya untuk proerti, emas, tanah dan investasi.

Tidak membutuhkan waktu yang lama Nana selesai dengan barangnya. Lalu ia mencari baju suaminya untuk nanti menjadi salinan Faz saat lelaki itu selesai mandi.

Baru saja Nana selesai menyiapkan baju, Faz juga keluar dari kamar mandi. Seperti biasa, hanya berbalut handuk dari pinggang kebawah. Nana yang mulai terbiasa memilih diam dan mengalihkan pandangannya. Gadis itu beranjak menuju kamar mandi tidak lupa dengan baju ganti dan rangkaian perawatannya.

Faz tersenyum melihat tingkah polos gadis yang beberapa hari lalu dinikahinya. Meskipun mereka sudah berhubungan badan tetapi Nan tetap enggan memperlihatkan tubuhnya pada orang lain termasuk Faz.

Lelaki itu pun mengerti bahwasannya istrinya itu sangat menjaga diri selama ini. Bahkan Faz merasa sangat beruntung mendapatkan gadis yang pandai menjaga diri dan tak pernah terjamah oleh siapapun sebelumnya. Mungkin seiring berjalannya waktu Nana akan terbiada dengan kehadiran dirinya dan tidak akan terlalu canggung lagi.

Setengah jam kemudian Nana keluar dari kamar mandi sudah dengan muka fresh dan berseri. Faz yang duduk di kepala tempat tidurpun juga ikut terpana melihat gadis yang masih berusaha mengeringkan rambut panjangnya yang masih setengah basah.

Perlahan Faz membawa Nana menuju meja riasnya, mengambil hair dryer dan dengan lembut mengeringkan rambut wanita untuk pertama kali dalam hidupnya.

Nana hanya bisa diam tanpa mencoba untuk protes karena ia tau betul suaminya itu susah untuk dibantah. Jika sudah mengatakan sesuatu maka hal itu harus terjadi sesuai keinginannya.

Sungguh Nana dibuat senang sekaligus kesal dengan sikap suaminya yang satu ini. Perhatian yang begitu besar tercurah dari pria yang mengaku cinta akan dirinya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!