Setengah hati Nana membersihkan kamarnya dan mengembalikan lagi buku-buku serta kertas jurnal yang bertebaran di dimana-mana. Dalam pikirannya, kenapa harus dia yang repot sementara yang punya acara adalah Uni.
Namun, tak ayal ia lakukan juga setelah mendapat serentetan kata mutiara dari Umi yang baru saja keluar dari kamarnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini kamar itu sudah kembali rapi dan sekarang malah dipenuhi oleh make up dan gaun pesta.
Nana yang sama sekali tidak tau menurut saja saat didandani dan dipakaikan baju muslimah syar'i beserta hijab yang senada dengan bajunya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, sepatu yang ada juga merupakan merk ternama dari desainer international.
Setelah selesai dengan tugasnya para MUA dan asistennya keluar kamar Nana yang meninggalkan seorang gadis yang tengah bingung.
Nana yang bingung kembali membuka laptop di meja belajarnya, meneruskan research mengenai topik yang tengah ia teliti. Bukan tanpa alasan karena saat ini Nana ingin sekali mengajukan beasiswa untuk S3 nya sehingga ia harus melakukan banyak penelitian dan membuat jurnal.
Melihat anaknya yang kembali anteng di kamar membuat Umi bertanya dan kembali memasuki kamar putri keduanya itu.
"Subhanallah sayang....." pekik Umi yang tak habis pikir dengan Nana.
"Ada apa Umi ?" santai Nana yang mengalihkan pandangannya lalu kembali ke layar tipis itu lagi.
"Bisa-bisanya kamu santai belajar seperti itu sementara sebentar lagi acaranya dimulai" heran Umi yang menggelengkan kepala.
"Ya tidak apa Umi, kakak kan cuma pelengkap saja, toh Uni yang jadi bintang utamanya" jawab Nana masih dengan santainya.
"Terserah kakak, sekarang ayo keluar. Acara sudah mau mulai tinggal menunggu calon perempuannya saja" titah Umi yang mau tak mau diikuti oleh Nana.
Sebenarnya Nana bingung kenapa ia harus berjalan di tengah antara Umi dan Uni nya tetapi ia memilih diam karena tidak mau lagi mendapatkan omelan dari kedua wanita disampingnya.
Keluar menuju ruang tengah yang sudah disulap menjadi sebuah aula maka terjawab sudah kebingungan Nana sedari tadi. Tulisan "Engagement of Hamdan dan Husna" seakan mewakilkan semua pertanyaan yang ada di kepalanya.
Ingin rasanya lari akantetapi ia yakin Abi dan Umi akan mendapatkan malu akibat dari perbuatannya. Menangispun ia tak ingin karena pasti akan menyakiti hati Abi dan Umi. Akhirnya Nana hanya pasrah digiring pada sebuah kursi diantara Abi dan Umi, sementara di depannya seorang lelaki tengah tersenyum sumringah menatap kehadiran pujaan hatinya.
Acara berjalan dengan sangat lancar, Nana yang kesal hanya diam dan sesekali memaksakan senyumnya. Sangat kontras dengan Faz yang selalu menampakkan wajah bahagia bersama dengan keluarga besar Nana.
Tidak ada yang tau kemelut di dalam hati gadis itu. Bayangan sakit di masa lalu belum sepenuhnya pulih namun kini bertambah lagi dengan drama tunangan dadakan yang diadakan oleh keluarganya dan Faz.
Entah mau dibawa kemana hubungan ini. Ibarat kata nasi sudah jadi bubur, ingin menagis dan mengiba sekalipun tidak akan kembali lagi. Salahnya juga yang menyerahkan semuanya pada kedua orang tuanya.
Nana kira Abi dan Umi tidak akan menerima pinangan Faz berhubung selama ini telah banyak yang ditolak orang tuanya secara halus. Apalagi Faz bukanlah orang dari negaranya, pastilah pertimbangan kedua orang tua Nana semakin berat.
Tapi siapa sangka, dua orang yang paling dicintainya itu malah menerima dengan tangan terbuka meskipun mereka baru bertemu beberapa hari.
Pesta pertunangan itu seakan menjadi hiburan tersendiri bagi orang yang berada di kampung halaman Nana. Ada hiburan tradisional dan musik modern juga, banyak makanan tersedia bahkan semua orang begitu tercengang dengan hantaran yang tak main-main.
Abi memang tidak tanggung-tanggung membuat acara untuk putri kebanggaannya begitu juga dengan Faz yang juga tak main-main dengan niat meminangnya.
Lelaki itu memberikan kain khas timur tengah, mobil sport, tas, sepatu dan pakaian brand ternama, lahan tanah di kampung Nana yang sudah ia beli atas nama Nana, dan rumah yang juga ada di kota.
Banyak sekali yang diberikan oleh lelaki itu, bahkan sudah menjadi pembicaraan diantara tamu yang datang mengenai pekerjaan calon suami Nana yang mereka ketahui berasal dari luar negri.
Masih teringat dengan jelas oleh Nana saat lelaki yang kini sudah berubah status menjadi tunangan itu meminta dirinya kepada sang ayah.
Ia mengatakan bahwa meminta untuk di berikan kesempatan untuk membahagiakan Nana, mencintainya dengan sepenuh hati dan akan menjaga serta membimbingnya hingga akhirat kelak.
Begitu pula dengan Abi yang sudah menerima maksud dan tujuan Faz dengan syarat selalu mencintai dan menyayangi Nana atas dasar agama dan karena Allah. Abi juga berpesan untuk jangan sekali-kali menggunakan kekeradan dalam memarahi Nana meskipun ia keras kepala bahkan Abi juga mengatakan jika tidak lagi menginginkan Nana maka serahkan kembali kepada Abi dan jangan malah menyakitinya karena bagi Abi Nana adalah permata yang akan selalu bersinar di hati Abi.
Hal itulah yang akhirnya mampu membuat air mata jatuh membasahi mata indah Nana. Betapa tidak, sungguh besar cinta Abi padanya, sungguh berarti dirinya dimata pahlawannya itu. Abi yang terkesan tegas hari ini mengeluarkan kata yang mampu menyentuh relung sanubarinya.
Tidak hanya Nana, bahkan Umi, Uni dan semua orang yang hadir ikut terharu dan menitikkan air mata menyambut prosesi tunangan antara Faz dangan Nana.
Sempat terbesit dalam pikiran Nana untuk memutuskan hubungan tunangan ini sebelum acara penyerahan dimulai tetapi setelah tadi mendengar ungkapan isi hati Abi, Nana kembali berpikir seratus kali. Apakah nantinya Abi dan Umi akan jauh lebih terluka setelah diberi harapan yang begitu besar.
Berkali-kali Nana memutar cincin berlian yang kini bertahta di jari manisnya. Membuka dan menyorong masuk kembali. Tidak ada debar kebahagiaan sedikitpun dihatinya. Hanya ada keraguan dan luka yang kini mulai menganga lagi.
Apakah sudah benar jalan yang diambilnya. Apakah memang lelaki ini jodoh yang Allah kirimkan untuknya. Mungkinkah hatinya mampu menerima kehadiran Faz dan pernikahan seperti apa yang akan dijalaninya kelak.
Semua itu berputar di kepala Nana sehingga membuatnya diam menunduk dan terhanyut dengan dirinya sendiri. Bahkan ucapan selamat dan basa basi tamu pun tak lagi terdengar oleh telinganya. Semua seakan melebur bersama angin yang terus berhembus di malam ini.
Akhirnya sekitar jam 10 malam acara selesai dan semua orang perlahan mulai menghilang meninggalkan tempat acara. Menyisakan tim yang bertugas membereskan kembali rumah Nana dan keluarga dekat yang memang rumahnya tidak terlalu jauh dari sana.
Nana memilih masuk ke kamar dan membersihkan diri. Hari ini begitu lelah hati maupun fisiknya. Pertunangan dadakan ini seakan memporak porandakan hati yang sudah berusaha ia tata sejauh ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments