Waktu berjalan tanpa bisa dihentikan rasanya baru sekejap Nana memejamkan mata setelah pergumulan hebat bersama suaminya kini ia harus bangun lagi saat mendengar suara adzan yang memanggil untuk segera melaksanakan sholat.
Perlahan Nana bangun mencoba bangkit meskipun sakit dan perih tapi ia bertahan dan meredam pekikannya karena tidak ingin merepotkan siapapun.
Dengan penuh perjuangan dan langkah yang tertatih akhirnya Nana sampai di kamar mandi dan mengguyur badannya dengan air hangat berharap dapat sedikit mengurangi rasa sakit, perih dan lelah yang ia derita.
Cukup lama Nana mandi karena ia harus mandi besar mengingat kejadian yang semalam telah ia alami. Begitu keluar dari kamar mandi beserta baju gantinya Nana terdiam melihat Faz masih nyenyak dalam tidurnya.
Ia sadar bahwa kini ia memiliki tanggung jawab baru untuk melayani dan memperhatikan suaminya. Oleh sebab itu ia putuskan untuk mendekat untuk membangunkan suaminya yang terlihat lelah sekali.
Agak sulit memang tetapi setelah beberapa kali Nana menggoyangkan lengan pria itu akhirnya Faz terbangun dengan sedikit lenguhan.
Tidak lama karena saat melihat wajah istrinya yang sudah dibalut mukena membuatnya tersenyum cerah bak mentari pagi. Matanya langsung melek dan langsung menggapai bidadari surganya sembari memberikan satu kecupan pada Nana.
"Hmmmm bangun ehm ehm Faz" ragu Nana yang bingung akan panggilan suaminya.
"Yes baby, i will. Love you wifey" ucap Faz sesaat setelah bangun dan mencuri satu kecupan lagi dari Nana.
Melihat Faz sudah masuk ke kamar mandi Nana bergegas menyiapkan baju ganti untuk suaminya pergi sholat beserta peci dan sajadah.
Biasanya Faz akan pergi ke mesjid bersama dengan Abi dan adek Nana tetapi mungkin saat ini suaminya itu akan pergi sendiri karena kumandang adzan sudah selesai.
Selepas kepergian suaminya Nana juga melaksanakan ibadah di kamar sendiri tidak bersama Umi dan saudari yang lain karena ia akan bercengkrama yang panjang dengan Tuhan setelahnya membaca ayat suci.
Pada saat Nana sedang khuyuk bertilawah Faz pulang dan menghampiri istrinya sembari mengusap lembut kepala wanita yang sudah sah menjadi penyempurna agamanya.
"Assalamu'alaikum Baby" sapa Faz.
"Wa'alaikumsalaam hmm F, ehm Faz" ragu Nana setelah mengakhiri bacaannya.
"Honey, kamu bingungnya bagaimana manggil aku" tanya Faz menahan lucu.
"Iya" tunduk Nana yang sedikit malu.
"Senyaman kamu saja, toh kalau tetap Faz ya tidak masalah" ujar lelaki itu.
"Serasa tidak sopan, apalagi saat didengar orang. Umi bilang harus memanggil dengan panggilan yang disenangi dan menunjukkan hormat" balas Nana.
"Yasudah, bagaimana kalau Habibi saja, atau Zauji juga boleh" usul Faz yang memang ingin dipanggil dengan dua kata itu.
"Hmm baiklah, aku akan memanggil Habibi" putus Nana yang diangguki suaminya.
"Makasi ya Honey, kamu sudah mau menerima aku sebagai suamimu. Ayo kita mulai hari baru dalam hidup kita. Membangun rumah tangga dibawah panji agama Nya dan mengharapkan keridhoan Nya" ujar Faz sembari memegangi tangan Nana dan mengusapnya lembut.
"Ya Habib, mohon bimbingan dan pengertiannya" balas Nana masih dengan menunduk.
"Of course istriku sayang, cantiknya aku. Boleh gak minta cium lagi sekarang" senyum Faz yang ingin menggoda Nana.
Anggukan lemah terlihat dari wanita yang masih menggunakan mukena itu sehingga tanpa menunggu Faz memegang tengkuk Nana sembari tangan yang satunya mengangkat dagu Nana agar wajah mereka saling berhadapan.
Ciuman penuh cinta dan kelembutan terjadi di pagi yang syahdu itu. Kelembutan Faz membuat Nana sedikit demi sedikit membuka hatinya untuk lelaki timur tengah itu meskipun belum sepenuhnya.
Lama mereka saling mencurahkan hingga Nana menepuk pelan dada suaminya meminta untuk berhenti.
"Bib, aku harus ke dapur buat sarapan. Tidak enak sama yang lain lagian waktu juga sudah pagi" ingat Nana yang membuat wajah Faz tertekuk.
"Tapikan Hun, kita pengantin baru pasti semuanya mengerti" melas Faz.
"Bib, please...." mohon Nana yang akhirnya disetujui oleh Faz.
"Istrirahatlah sebentar lagi nanti akan aku panggil saat sarapannya sudah selesai" lembut Nana sembari mengusap lengan suaminya yang memilih untuk berbaring lagi.
"Yes Honey, jangan terlalu lama" pinta Faz yang memilih untuk melepas istrinya meskipun tidak rela.
Nana berlalu ke dapur yang sudah dikuasai oleh Umi seorang. Nana langsung bergabung seakan tanpa komando keduanya berkolaborasi setelah Umi menyebutkan menu hari ini.
Meskipun bagian bawahnya masih terasa sakit dan perih. Pinggang hingga punggungnya terasa pegal tetapi Nana berusaha untuk terlihat biasa karena ia tidak ingin malu saat orang mengetahui perubahan pada dirinya.
"Kok sudah ke dapur Kak, Uni saja masih belum keluar kamar sejak kemarin" ujar Umi disela kegiatan memasak mereka.
"Biarkan Uni dan abang ipar menikmati waktunya Umi" senyum Nana pada Umi.
"Maksud Umi apa kakak tidak menikmati waktu juga bersama suami kakak" canda Umi yang dibalas senyum lembut Nana.
"Habib lagi istirahat Umi, jadi kakak bantuin Umi buat sarapan. Kasihan Umi repot sendiri" balas Nana.
"Oh, jadi panggilnya sekarang Habibi, Alhamdulillah kalau begitu. Semoga pernikahan kalian langgeng dan mendapat keridhoan Nya. Ingat Nak, apapun permasalahan yang ada kita harus berkepala dingin dan sebagai istri kita harus bisa menjadi air saat suami sedang emosi" nasehat Umi pada putrinya.
"Insya Allah Umi, do'akan kakak bisa menjadi sosok istri sekaligus ibu yang hebat seperti Umi" balas Nana yang diamini Umi.
Tidak membutuhkan waktu lama kini hidangan lengkap sudah tersedia di meja makan beserta minuman untuk masing-masing orang.
Nana kembali ke kamar, membangunkan suaminya yang ternyata tertidur lagi akibat lelah semalaman. Tidak lupa Nana juga mencarikan baju salinan untuk suaminya beserta handuk baru untuk Faz menyegarkan kembali tubuhnya.
Lima belas menit waktu yang dibutuhkan Faz di kamar mandi hingga lelaki dewasa itu keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.
"Loh Bib, kenapa tidak ganti baju di kamar mandi saja" ujar Nana sembari memalingkan pandangannya karena malu dan tak terbiasa.
"Kenapa harus di kamar mandi, di depan istri sendiri kok kan gak masalah" santai Faz yang kini sedang memakai ****** ********.
"Iya tapi kan malu Bib" balas Nana.
"Loh kok malu sayang, orang semalam udah kelihatan semua kok. Kamu juga tuh, aku udah tandain semua tahi lalat yang ada ditubuh kamu" goda Faz yang membuat Nana makin malu.
"Apaan sih Bib, ayo cepat Abi dan Umi sudah nungguin" alih Nana.
"Ya kalau mau cepat ya dibantuin dong sayang, aku susah nih masang kaosnya. Belum lagi sisir rambut" alasan Faz yang padahal dulunya dia juga melakukan semua hal itu sendiri.
Akhirnya mau tak mau Nana turun tangan membantu memasangkan kaos polo suaminya kemudian menyisirkan rambut lelaki yang kini tengah memandangi wajah Nana sembari memeluknya itu.
"Lurus dulu kepalanya Bib, susah aku nyisirnya" kata Nana yang dituruti Faz namun menenggelamkan wajahnya di perut Nana.
"Semoga anak Baba dan Ane segera hadir disini ya sayang" ujar Faz sembari mencium perut rata istrinya.
Nana yang sempat membeku dalam hati ikut tersentuh dan meng Amini perkataan suaminya. Meskipun ia belum sepenuhnya mencintai Faz tetapi ia juga menginginkan seorang anak yang tumbuh dalam rahimnya. Terlebih itu adalah impian terbesar dari semua perempuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Lesmiaw Amoi
sehat-sehat ya thor.. ditunggu kelanjutan cerita nya.. 😍😘
kok.. jd takut klo Faz ternyata hrs nikah lg dgn wnita lain di negara nya.. smg tdk ya thor.. ☕
2021-12-29
0