Lelaki Baik

Helaan napas begitu berat terasa menghimpit dada Nana. Keputusan besar dalam hidup sudah diambil begitu saja. Kenapa ia tadi tidak meminta waktu pada kedua orang tuanya.

Rasanya sungguh tidak sanggup mematahkan semangat dan menghapus binar bahagia yang jelas terlihat di wajah kedua orang tuanya. Baru kali ini orang nomor satu dalam hidupnya itu turut campur dalam kehidupannya setelah sebelumnya sama sekali tidak pernah bertanya apapun.

Tidak mungkin rasanya hati yang kacau akan ia biarkan begitu saja. Nana memilih mengadu pada Sang Khalik dan meminta petunjuk dalam sholatnya. Ya, malam ini ia akan melaksanakan sholat istikarah, entah akan seperti apa nanti yang penting ia harus meminta kemantapan hati.

Dalam sujudnya Nana begitu tasakur, memohon ampun dan merendah serendah-rendahnya hamba. Lantas menyelesaikan sholatnya hingga salam terakhir.

Setelah istighfar, berdzikir dan memohon ampun Nana lantas menyucap syukur atas segala nikmat yang selalu tanpa putus Allah kasih padanya. Lantas ia mulai berdo'a dalam keputus asaannya malam ini.

"Ya Allah, sungguh besar Kuasa Mu atas apa yang ada di langit dan Bumi. Engkaulah yang menciptakan segalanya. Begitu juga dengan hambaMu.

Ya Allah Yang Maha Membolak balik hati. Tetapkanlah hati hamba dalam keimanan Mu. Beri selalu taufik dan hidayahMu agar hamba tidak tersesat dalam melangkah.

Ya Allah Ya Tuhanku, saat ini hamba dihadapkan dalam persoalan yang rumit yang hanya Engkaulah tempat hamba mengadu dan meminta.

Ampunilah hati ini yang dahulu pernah mencintai makhlukMu secara berlebihan yang tidak seharusnya hamba lakukan.

Ya Allah, jika memang dia adalah jodohku maka dekatkan lah Ya Allah, akantetapi jika memang ternyata dia bukan jodohku maka berikanlah jalan terbaik dalam hamba menyelesaikan semua ini.

Ya Allah jika ternyata ini jalan terbaik untuk memperbaiki segala kekhilafan dimasa yang lalu maka hamba ikhlas Ya Allah. Hamba niatka ini sebagai ibadah dan bakti kepada kedua orang tua hamba.

Engkau Yang Maha Mengetahui apa yang tidak kami tau. Hanya kepada Engkau kami meminta dan hanya kepada Mu lah kami memohon petunjuk, Amin Ya Rabbal 'alamin"

Setelah selesai dengan do'a nya Nana segera merapikan kembali perlengkapan sholatnya dan memilih tidur untuk mengistirahatkan hati, pikiran dan tubuhnya yang begitu lelah.

Bukan keputusan yang mudah baginya menerima orang baru dalam kehidupannya yang mau tak mau ia harus membuka hati pada lelaki yang kelak menjadi suaminya.

Walau bagaimanapun, Nana sebagai wanita hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya. Siapa yang menginginkan kehidupan rumah tangga yang sesaat dan berakhir dengan perpisahan.

Saat ia memilih untuk menerima artinya ia harus siap dengan segala konsekuensinya. Apapun yang terjadi setelahnya, ia telah memilih maka tidak ada jalan untuk putar balik. Pahit manis harus ia telan kecuali telah mencapai benang merah yang sudah ia tarik sedari awal.

Sementara itu tanpa sepengetahuan Nana, Abi dan Umi menyiapkan pertunangan yang memang harus segela dilaksanakan berhubung segala peraturan adat yang harus mereka penuhi.

Mereka akan melakukan rapat adat esok hari bersama keluarga besar dan menentukan hari yang pestanya akan dilaksanakan bersamaan dengan kakak perempuan Nana.

Memang waktu yang sangat mendukung sehingga waktunya bertepatan sekali dengan pesta Uni, anak perempuan pertama mereka yang juga akan melangsungkan pernikahan dua minggu lagi.

Keesokan harinya rumah begitu ramai dengan kedatangan keluarga besar Nana yang ternyata akan melaksanakan rapat keluarga sementara Nana sendiri sudah diculik oleh sepupunya agar tidak tau apa yang sedang mereka rencanakan.

Bersama sang kakak yang juga ikut, Nana terlihat lesu dan tidak bersemangat sama sekali. Uni yang sudah menyadari sedari awal memilih duduk disamping adiknya yang tertutup ketimbang main di danau bersama sepupu yang lain.

"Kenapa Na, masih ragu ya dengan keputusan kakak semalam" ujar Uni yang mengerti kemelut hati adik perempuan kesayangannya.

"Hmm bukan begitu Uni" sergah Nana halus.

"Sudah jujur saja, Uni mengerti perasaan kakak. Meskipun Uni tidak berada dalam posisi kakak tetapi sebagai perempuan apalagi yang akan memutuskan untuk berumah tangga Uni sedikit banyaknya mengerti" ujar Uni.

"Tapi Uni menikah bukan seorang yang Uni tidak sukai, Uni menikah atas dasar suka sama suka" ucap Nana dengan tatapan nanarnya.

"Apapun itu Dek, percayalah Uni melihat jelas cinta dan kasih dari mata Faz. Uni sangat yakin dia begitu mencintai Adek, terlebih perlakuan dan penghargaan dia terhadap Adek dan keluarga kita, sangat jelas sekali bahwa ia menyayangi adek dengan tulus" jeda Uni yang kali ini memanggil Nana adek karena saat berdua seperti ini hal ini sering mereka lakukan sebelum adek lelaki mereka lahir.

"Uni yakin dia adalah keluarga yang jauh berada dan terhormat di negaranya, tetapi ia mampu merendahkan diri dan mengemis untuk cinta adek bahkan memohon pada Abi dan Umi untuk diberikan kesempatan membahagiakan adek, bukankah itu luar biasa ?" ujar Uni kembali.

"Lelaki yang mencintai kita akan memperlakukan kita layaknya ratu bukan malah menganggap kita sampah yang bisa dibuang kapan saja atau seperti jemuran yang digantung tanpa kepastian. Percayalah dek, yakinkan hati adek dan pasrahkan semuanya pada yang diatas" nasehat Uni panjang lebar yang dipahami oleh Nana.

Menjelang sore mereka pulang ke rumah dan alangkah terkejutnya Nana ternyata rumah sudah disulap seperti taman bunga yang kelihatan sederhana tapi terkesan mewah.

Beberapa tenda juga sudah dipasang, sedangkan di ruang tengah sudah dirubah menjadi aula dengan beberapa kursi berjejer dan paling depan terdapat karangan bunga besar dengan tulisan dari bunga yang masih dirangkai.

Entahlah, Nana juga tidak mau tau. Mungkin saja ini persiapa untuk acara Uni yang sudah dijadwal minggu depan. Dengan santainya Nana masuk ke kamar lantas membersihkan diri dan istirahat.

Nana memang kurang suka dengan keramaian, oleh sebab itu ia memilih berkurung diri di kamar karena merasa kehadirannya tidak dibutuhkan.

Lagian sedari tadi sama sekali tidak ada yang memanggil dirinya. Biasanya Umi atau Uni akan memanggil Nana untuk membantu apapun itu. Jika ada bagian yang disuruh-suruh di rumah itu Nana lah orangnya.

Daripada bengong tidak jelas mau ngapain Nana memilih belajar dan menyelesaikan thesisnya karena bulan tiga bulan lagi ia akan lulus program studi magister plus spesialisnya.

Kebetulan ia mendapatkan banyak kasus yang bisa dikupas tuntas dan disajikan dalam bentuk karya ilmiah. Sungguh suatu kebahagiaan bagi Nana dalam menuntut ilmu.

Tok...tok...tok..

Setelah terdengar suara sahutan dari dalam, pintu kamar itupun terbuka dan betapa kagetnya orang dibalik pintu menyaksikan kamar anak gadisnya sudah penuh dengan buku yang berserakan dan sudah pasti tidak boleh disentuh hingga Nana selesai belajar.

"Ya Allah...., lihatlah kamar kakak ini. Sudah seperti kapal pecah" gerutu Umi yang berjalan di sela-sela ceceran kertas putih itu karena ia paham kebiasaan anaknya.

"Iya Umi, kakak lagi belajar Mi" jawab Nana sembari memutar kursi yang didudukinya mengahadap Umi.

"Kakak bisa gak belajarnya nanti lagi. Soalnya sudah mau magrib dan sebentar lagi akan datang beberapa orang ke kamar kakak" ucap Umi sembari mengelus kepala putrinya.

"Siapa Mi ?" tanya Nana.

"Adalah nanti yang bantuin kakak berberes, Uni sama yang lain juga nanti akan ikut" jelas Umi yang membuat Nana gagal paham bahwa ini adalah acara kakak perempuannya.

Buat yang bingung.

Uni\= kakak perempuan (bahasa daerah) kakak tertua Nana.

Nana kenapa dipanggil kakak karena di dalam keluarganya kesepatan begitu karena mereka memiliki satu orang adik laki-laki yang dipanggil adek.

Terpopuler

Comments

Yuli Wirnawan

Yuli Wirnawan

lanjut upnya Thor

2021-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!