Pergi

Setelah malam panjang yang begitu menyiksa aku menemui Abi pada pagi harinya. Menyodorkan email bahwasanya di terima kerja di negara paling kaya di dunia, Dubai.

Beberapa kali Umi membujukku untuk tetap disini namun aku selalu beralasan bahwa ingin mencoba yang terbaik versi diriku dan berkembang lagi. Ditambah lagi gaji disana lebih besar dan negaranya lebih maju.

Sementara Abi, beliau adalah sosok yang paling aku kagumi dalam setiap keadaan. Abi tidak pernah melarangku selama itu tidak menentang agama, baik untukku dan aku bertanggung jawab akan itu namun aku tau Abi juga sangat berat melepasku terlihat dari helaan napasnya yang berat.

"Abi dan Umi maafkan Kakak ya. Mohon ridhoi kakak dan do'a kan kakak Bi, Mi"

Begitulah aku memanggil diriku, sebenarnya aku anak kedua akantetapi kakak tertuaku dipanggil Uni sementara adik bungsuku laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah menegah atas. Memang jarak aku dengannya lumayan jauh.

"Yasudah Nak, jika memang itu keputusan yang sudah kakak ambil, yang terpenting bagi Abi kakak selalu ingat sama Allah, jaga sholat dan ngajinya, jaga kesehatan juga sama jaga diri dengan baik" pesan Abi dipagi hari itu.

"Kenapa kakak harus jauh kerjanya, disini juga banyak yang bagus. Umi yakin kakak bakalan diterima juga disini dan enggak kalah bagus juga kak" sedih Umi yang masih belum terima akan keputusanku.

"Umi kakak sudah terlanjur menerima pekerjaan ini. Izinkan kakak coba ya Mi. Kakak akan sering telepon Umi, nanti Umi sama Abi juga bisa datang kesana atau kakak yang pulang kesini" ujarku memberi pengertian pada Umi setelahnya memberi kode minta tolong pada Abi.

"Sudahlah Mi, biarkan saja kakak mencobanya. Apapun itu kita harus mendukung kakak selagi itu baik" ujar Abi mencoba menenangkan Umi.

"Yasudah, tapi kakak janji ya telepon Umi. Jangan lewatkan makan sama istirahat yang cukup. Kakak kalau udah banyak kerja suka lupa istirahat" omel Umi.

"Iya Mi, Insya Allah. Umi bantu do'ain kakak ya" pintaku sembari menjatuhkan kepala di pangkuan Umi.

"Iya nak, selalu Umi do'akan anak-anak Umi" lembut Umi sembari mengelus kepalaku.

Begitulah dua orang yang paling kusayang dan kukagumi di dunia ini. Mereka adalah segalanya bagiku tapi tak semua bisa ku ceritakan pada mereka.

Menurutku mereka sudah cukup sibuk untuk memikirkan tentang kehidupan kami dan memikirkan cara menghasilkan uang setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan kami. Terlalu sia-sia rasanya jika mereka juga harus memikirkan persoalan hatiku yang tak jelas seakan digantung bagai jemuran dan dibuang saat tak lagi diinginkan.

Lagipula aku sudah terbiasa mengambil keputusan sendiri semenjak aku menamatkan sekolah dasar dan ditempatkan di sekolah berasrama. Aku selalu merasa bertanggung jawab penuh atas diriku berbeda dengan kedua saudaraku yang lebih manja kepada kedua orang tua kami karena mereka tidak pernah hidup sendiri hanya saat kakakku kuliah saja itupun tidak terlalu jauh bisa dua jam waktu tempuh dari rumah.

Setelah berdiskusi panjang dengan kedua orang tuaku dan meminta do'a restu mereka aku berpamitan hanya pada keluarga terdekat Umi dan Abi saja lantas mengurus transportasi ke airport dan menggeret koperku ke depan pintu.

Jangan heran, sebenarnya tawaran bekerja ini sudah lama aku dapatkan. Hanya saja saat itu aku masih berpikir panjang karena aku kira akan ada yang meminangku setelah menamatkan pendidikan kedokteran hewan namun ternyata takdir berkata lain. Mungkin inilah jalanku.

Kebetulan disana membutuhkan dokter hewan cepat sehingga saat aku menerima mereka menanyakan kesediaan kerjaku secepatnya dan ku jawab saja bahwa aku bisa berangkat besok.

Tempat kerjaku bukan lembaga biasa, ini merupakan tempat yang dinaungi oleh Sultan atau Raja negri itu sehingga pengurusan izin kerja, visa dan segala macam dapat selesai saat itu juga hanya dengan pengisian data.

Tiket dan akomodasi juga disediakan pihak mereka serta diberi uang jalan. Jangan salah meskipun hanya seorang dokter hewan tetapi eksistensi pekerjaan sebagai "Vet" ini sangat dihargai dan digilai di luar negri tetapi jangan salah dulu aku bergelut di bidang Wildlife atau lebih dikenal dengan satwa liar meskipun begitu aku juga tidak kalah mahir dalam dunia praktisi hewan peliharaan atau pet.

Aku hanya membawa ransel berukuran besar sebagai tempat laptop dan sebagainya, tas sandang kecil dan dua koper, satu berisi pakaian dan kebutuhanku dan satu lagi berisikan buku dan alat medisku.

Sesimpel itu peralatan yang aku siapkan sejak tadi malam. Memang terkadang patah hati visa membuat orang nekad dan sialnya itulah yang terjadi padaku kini.

Saat tengah menunggu jemputanku datang, aku dikagetkan oleh kedatangan kedua orang tua dan saudaraku dari arah belakang.

"Kakak mau kemana bawa-bawa koper" raut bingung jelas terlihat di wajah Umi.

"Umi, kan kakak udah bilang tadi mau ke Dubai Mi." ujarku santai.

"Hah ? Dubai ? Sekarang banget ?" tanya Umi semakin aneh lagi.

"Yaiya Umi, kan tadi kakak udah minta izin sama Abi sama Umi" ujarku.

"Ya iya, tapi kan gak harus saat ini juga. Masa baru bilang langsung berangkat" ujar Umi setengah tertawa tidak yakin.

"Iya Umi. Sekarang kakak lagi nunggu jemputan ke bandara" santaiku.

"Astaghfirullah, jadi beneran ini kakak berangkatnya sekarang ??" kaget Umi yang sudah pasti juga mengagetkan semua orang.

"Kakak kenapa gak bilang-bilang kalau mau ke Dubai, emang berapa lama disana ?" tanya kakak tertuaku.

"Sampai waktu yang tidak ditentukan Uni" balasku.

"Hah ? Maksudnya ?" tanya kakakku bingung, memang ia belum tau perihal keberangkatanku.

Sebenarnya kami sangat dekat secara emosional akantetapi aku tetap aku yang tidak bisa untuk mengeluarkan isi hatiku dan menceritakan apapun pada orang lain. Aku pikir akan lebih baik mereka tau saat aku sudah pergi namun ternyata dia ada di rumah pagi ini.

"Itu Uni, kakak kan mau bekerja di Dubai" jawabku sedikit segan takut ia marah karena tidak diberitau perihal ini.

"Apa ??! teganya kamu kak. Kakak pikir Dubai itu dekat seperti ke pusat kota yang bisa bolak balik gitu aja ?!" marah kakakku yang langsung menguar saat aku menjawab pertanyaannya.

"Ya enggak juga Uni, tapi lumayan dekat daripada Eropa" jawabku sekenanya.

"Kakak, kakak pikir kami ini siapa hah ?! Kenapa kakak jadi begini heh ?!" emosi Uni yang langsung mengeluarkan air mata yang ku tau dihiasi oleh kecewa. Aku akui memang aku sangat bersalah disini, bahkan adikku yang terkesan cuek juga diam-diam mengusut air matanya agar tidaj jatuh ke pipi.

"Sudahlah Uni, jangan memberatkan langkah kakak dalam meraih cita-citanya. Kita do'akan saja kakak dan mendukung keputusannya. Kakak juga, kenapa kakak bersikap begini. Bukankah bisa kakak diskusikan jauh-jauh hari. Apa kakak tidak kasihan melihat Umi dan semuanya terkejut dan sedih begini" nasehat Abi panjang lebar yang mengena di hatiku. Ya, sebut saja aku bodoh dan terlalu lemah dalam hal hati.

"Maafkan kakak Abi, Umi, Uni dan Adek. Kakak semalam baru saja menerima email mereka dan kakak setujui. Pihak sana membutuhkan dokter yang siap sedia saat ini juga sehingga mereka langsung mengirimi kakak tiket dan mengurus semua keberangkatan kakak. Kakak tidak bisa mengelak lagi karena ini sudah tertulis dalam kontrak" jelasku pada mereka semua.

"Yasudah, mungkin ini sudah jalannya kakak. Kita hanya bisa mendo'akan yang terbaik. Semoga diberi kelancaran dan selamat dalam perjalanan. Lain kali jangan lakukan hal ini lagi ya kak. Kami semua menyayangi kakak dan kami butuh waktu untuk melepas kakak" jelas Abi yang membuat hatiku tersentil.

"Iya Abi, maafkan kakak. Sungguh kakak sangat-sangat minta maaf. Kakak akan usahakan pulang jika ada waktu dan kakak harap semuanya bisa kesana mengunjungi kakak nanti" ujarku lirih.

"Iya nak, hati-hati. Jaga diri baik-baik dan ingat pesan Abi dan Umi" titip Umi padaku.

Jadilah perpisahan ini dihiasi air mata sedih melepas kepergianku. Meskipun aku terbiasa jauh tapi ini adalah rantauan terjauh yang pernah aku jelajahi.

Sebenarnya salah satu alasanku menyembunyikan kepergianku adalah hal ini. Aku tidak ingin melihat air mata mereka jatuh menangisiku. Biarkan aku pergi dan nanti aku akan memberitahu mereka saat sudah sampai atau sudah di pesawat saja. Tetapi takdir berkata lain. Aku harus berpamitan dengan iringan tangis dan pelukan hangat.

Bahkan Abi dan Umi tidak hentinya mencium dan memelukku. Begitu juga dengan Uni dan Si Bungsu yang cuek tetapi hari ini malah memelukku dengan erat.

Mobil jemputan datang dan memaksa kami melepas rengkuhan yang nanti akan terpisah negara. Sekali lagi aku pamit dan beranjak memasuki mobil sementara koper dan ransel sudah dibantu oleh sopir itu.

Sebenarnya Abi sudah ingin mengantarkanku namun aku menolaknya dengan alasan sudah terlanjur memesan taksi. Aku tidak ingin merepotkan mereka dan lebih tidak ingin lagi melihat wajah sedih mereka di bandara takutnya aku tidak akan kuat dan malah berbalik pulang.

Sejujurnya keluargaku bukan dari kalangan yang tidak berada kami terbilang cukup bahkan lebih dari cukup. Abi yang seorang pewagai negri namun juga memiliki usaha sampingan peternakan dan sapi potong sementara Umi mempunyai toko harian lengkap dari bahan pokok dasar, bahan mentah dan makanan semua lengkap layaknya minimarket selain itu beliau juga catering dan penyewaan alat-alat untuk resepsi dan acara. Kami juga memiliki beberapa mobil dan motor yang selalu siap pakai di rumah.

Namun aku memilih mandiri dan mengerjakan semuanya sendiri. Aku sedari dulu memang tidak terlalu bergantung kepada orang tuaku. Mereka hanya tau beres dan memenuhi kebutuhanku tanpa perlu bertanya ini dan itu sangat berbeda dengan dua saudaraku yang lain. Mungkin hal itu pula yang menyebabkanku cenderung lebih tertutup dan lebih dominan menyelesaikan masalahku sendiri.

Apapun itu tetap meraka adalah orang yang paling berarti dalam hidupku. Segala-galanya dan tempatku untuk kembali, rumahku dan tempat teraman bagiku.

Lambaian tangan mengiringi kepergianku disertai deraian air mata. Biarlah semoga kesedihan hari ini akan berganti tawa di kemudian hari.

Aku pergi.......

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

semangat..gak main2 lho kerjanya di Dubai, dokter hewan lagi..uhhh impian banget nih

2023-10-04

0

Yune Z

Yune Z

mah blm.paham

2023-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!