Waktu berlalu begitu saja, tak terasa sudah sebulan Nana bekerja di negara ini. Banyak hal baru dan juga teman baru yang ia dapatkan. Jangan lupakan bahwa kini ia sudah bekerja juga di klinik hewan.
Jadilah, seusai jam dinas di istana ia akan pergi ke klinik untuk shift malam dan terkadang lembur hingga pagi. Bahkan di hari libur ia mengambil job mengajar karena kebetulan ia juga sudah menamatkan study magisternya.
Tapi tetap saja ia harus tetap siaga dengan panggilan kerajaan, jika sewaktu-waktu terjadu hal darurat ia harus datang.
Seperti hari ini, tiba-tiba datang panggilan bahwa jerapah akan segera melahirkan namun mengalami distokia atau kesulitan melahirkan.
Alhasil Nana yang sudah ditengah perjalan ke kampus tempatnya mengajar terpaksa putar balik ke arah kerajaan. Namun tidak lama ternyata datang lagi pesan bahwa tempat kejadian berada di padang pasir.
Nana yang bingung dan tidak tau lokasinya meminta untuk dikirim lokasi yang ternyata juga tidak ada di maps.
Akhirnya setelah menelpon kembali, mereka mengatakan bahwa akan ada yang pergi juga dan menyuruh Nana menunggu di perbatasan.
Tanpa pikir panjang, Nana menjalankan mobil jeep kebanggaannya dan menunggu sampai mobil itu tiba.
Tidak sampai lima menit terdengar klakson dan kaca yang diturunkan. Tiba-tiba seorang pria tinggi turun dari mobil dengan jenis jeep juga menuju mobil Nana.
Sontak hal itu membuat gadis itu begitu takut, ia mengunci rapat semua pintu dan menutup jendela. Dengan jantung yang berdegup kencang ia memejamkan matanya dan berdo'a dalam hati.
"Hai, dokter Nana" tiba-tiba orang itu mengetuk jendela samping pengemudi tepat disebelah Nana berada.
"Hah ?" Nana tercengang dan mencoba mengangkat kepalanya.
Betapa kagetnya ia ternyata lelaki besar itu mengetahui namanya. Sepertinya ia ingat pernah bertemu dengan orang ini tapi kapan dan dimana.
"Hei, kamu masih ingat aku. Aku Faz, bukankah kita pernah bertemu saat awal kamu bekerja disini bersama baby harimau jika kamu lupa dan bersama Hasyem juga" ujar pria itu.
Seketika ingatan Nana kembali dan perlahan darah kembali mengalir ke mukanya yang pucat.
"Ah yaa... maafkan aku. Aku ragu dengan dirimu" ucap Nana sembari membuka kaca jendelanya.
"Sekarang bisakah aku masuk ke mobilmu karena aku juga akan pergi ke padang pasir" tanya pria itu pada Nana.
Keraguan jelas terlihat di wajah gadis itu sebelum akhirnya ia menjawab.
"Maaf, tapi aku bisa mengikuti kalian dari belakang" ujar Nana.
"Sudah ayo cepat, kita tidak punya waktu. Apakah kamu sudah pernah menyetir di padang pasir dan tau jelas medannya apalagi kita harus ngebut ditengah angin yang begitu kencang takut nanti jerapahnya keburu tidak tertolong" jelas pria itu dengan muka tegasnya.
Mau tak mau Nana beranjak dari kursi kemudi untuk pindah ke kursi penumpang sementara bagian kemudi diambil alih oleh pria itu.
"Ya ampun, kecil sekali mobilmu bahkan kakiku saja sulit untuk dimasukkan" kekeh pria itu yang mencoba untuk menyetel kursi kemudi.
Nana hanya diam memperhatikan pria itu, sejujurnya ia begitu tampan dan rupawan. Dengan bulu mata yang lentik, mata berwarna coklat dan parasnya begitu sempurna.
Namun rasa takut Nana lebih mendominasi dari rasa kagumnya sehingga selama perjalanan ia hanya fokus pada luar jendela dan sesekali mengecek ponselnya.
Berbeda dengan pria yang berada di sebelahnya yang selalu mencuri pandang pada gadis manis dengan hijab dusty pink itu.
Cantik sekali dengan mata bulat bersihnya yang mampu menghanyutkan. Bahkan bibir mungilnya terlihat begitu indah dengan hidung yang mungil pula.
Pipinya yang chubby dan mulus ingin ia menciumnya tetapi tidak mungkin. Ia takut gadis itu akan marah karena karakternya yang seperti harimau betina yang akan menyerang saat di ganggu.
Ia sudah sejak awal jatuh hati pada gadis ini tetapi di sisi lain ia juga bingung dengan dokter baru yang ia pekerjaan sebulan ini.
'Apakah ia sama sekali tidak tau aku atau ia berpura-pura tidak tau. Tetapi tidak mungkin jika ia berpura-pura karena dengan karakternya saat ia tau pasti ia akan bersikap hormat karena aku pangeran dan putra mahkota sementara gadis ini terlihat biasa saja bahkan terkesan tidak peduli' batin Faz dalam hatinya sembari tetap mencuri pandang.
"Maaf Tuan, apakah itu tempatnya ?" ujar Nana yang membuyarkan lamunan Faz.
"Ah iya benar. Tetapi bisakah kamu tidak memanggilku Tuan, namaku Faz" ucap pria itu.
"Ya baiklah jika aku tak lupa lagi, sekarang bisakah kamu keluar karena aku akan memakai baju oka" tanya Nana tanpa menatap pria itu dan sibuk menggeledah bagian belakang mobilnya.
"Kamu mengusirku ?" kaget Faz.
"Bukan Tuan, tapi aku ingin memasang baju. Cepatlah, sudah tidak banyak waktu" ujar Neera kembali yang membuat Faz semakin kaget.
"Baru kali ini aku diusir oleh orang bahkan tanpa memandang wajahku, luar biasa sekali wanita ini" gumam Faz dengan kekehannya.
Tidak begitu lama Nana keluar dengan baju pakaian lengkap, masker, dan juga kaca mata. Setelah bertanya pada pawang yang ada dilokasi ia mendekat pada hewan tinggi besar itu dan memeriksa tanda vitalnya.
Setelah melakukan pengecekan secara menyeluruh tidak mungkin rasanya ia akan melahirkan secara normal mengingat kondisi induknya yang mulai menurun.
Dengan sigap Nana langsung menyiapkan segara perlengkapan operasi darurat dan meminta beberapa orang disana membuat penutup disekitaran induk itu agar tidak terkena sapuan pasir.
Kebetulan para medis juga sudah ada disana dan selanjutnya tangan lincah itu menari bersama peralatan bedah yang begitu banyak. Bahkan saat pemberian anastesi juga ia lakukan sendiri setelah mengira berat jerapah ini.
Tidak mencapai satu jam operasi selesai dilakukan hingga proses penjahitan juga. Bahkan kini anak jerapah itu sudah mulai belajar jalan meski sesekali terjatuh dan bangkit lagi.
Induknya juga berangsur-angsur pulih meski pengaruh bius ia belum bisa menggerakkan kaki belakangnya. Nana memberikan bius lokal sehingga satwa itu tetap terjaga namun tidak bisa merasa.
Semua orang berbisik-bisik membicarakan ketangkasan dan kemahiran dokter perempuan itu. Mereka memuji kesigapan penangan yang dilakukan Nana bahkan mereka juga memiji kecantikannya yang membuat hati seseorang menjadi panas seketika.
"Maaf Pak, sepertinya jerapah ini harus dievakuasi dulu di tempat yang aman, atau kita bisa membawanya ke tempat perawatan. Luka bekas operasinya belum sembuh dikhawatirkan akan infeksi jika dibiarkan terus disini tanpa diawasi" jelas Neera pada petugas yang ada disana.
Semua orang melihat ke arah pria yang kini berada dibelakang Nana dan begitupun dengan Nana yang langsung dicegah oleh pria itu dengan menahan kepalanya sebelumnya ia sudah menganggukan kepala pertanda persetujuan darinya pada para pegawai itu.
"Kenapa kamu menahan kepalaku Tuan" tanya Nana dengan nada tidak sukanya.
"Ah maaf, itu tadi ada pasir yang mengotori hijabmu" jawab Faz tidak enak hati.
"Baiklah Dokter, kami akan segera membawanya dan nanti akan kami tempatkan di kandang perawatan" sela pawang sehingga mengalihkan perhatian Nana.
"Tolong berhati-hati saat membawanya, perhatikan juga anaknya kalau bisa pisahkan dari induknya saat dibawa takutnya nanti tertimpa. Kalau begitu saya permisi dulu" pamit Nana setelah memberikan penjelasannya.
"Iya Dokter, terima kasih untuk hari ini. Hati-hati di jalan Dokter" ujar mereka yang melihat kepergian Nana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
YuWie
wahhh, jodoh nana apakah pangeran Dubai...
Sayang, gak bisa bela diri ya si Nana..klo bisa kan gaknperlu takut2 gitu ketemu pangeran Dubai.. ihirrr asyik Na..
2023-10-04
0