Mengetahui bahwa Nana sudah beberapa hari ini didekati oleh pria lain yang ternyata adalah keturunan bangsawan yang juga seorang pengusaha membuat Faz menjadi kalang kabut sendiri.
Rencana awal yang ingin menghindari Nana menjadi kesal sendiri dan tidak sanggup menahan lagi. Ia juga tidak bisa mengusir lelaki itu karena mereka pasti saling mengenal dan Faz tidak ingin hubungannya dengan Nana sampai tersebar di kalangan kerjaraan dan pemerintah yang berakhir dengan Nana yang tersakiti.
Dari sanalah Faz sadar bahwa ia sebenarnya tidak sanggup jauh dari Nana dan kehilangan gadis itu. Baru di dekati pria lain saja ia sudah kesetanan apalagi sampai Nana hilang dari pandangannya dan pergi meninggalkannya sendiri.
Akhirnya dengan perasaan jengkel ia menunggui Nana keluar dari restoran itu dari dalam mobilnya.
Kemarahannya sedikit memudar saat ia menyadari bahwa Nana pergi bersama asistennya dan bukan hanya berduaan dengan pria itu.
Namun, kemarahannya kembali terpatik saat pria itu tersenyum hangat pada gadisnya. Jelas sekali terlihat bahwa pria itu menginginkan Nana dan sialnya Nana membalas senyum itu tak kalah manis.
Kepala dan telinga Faz seakan mengeluarkan asap yang mengepul tatkala ia melihat pemandangan yang menyesakkan dadanya itu.
Ingin hatinya melabrak mereka saat itu juga dan menghajar pria itu tetapi logikanya masih tetap berjalan untuk tidak melakukan hal yang kemudian akan menyulitkan mereka.
Dengan hati yang sudah memanas Faz segera menghampiri Nana yang akan memasuki mobilnya dan meminta gadis itu masuk ke mobilnya.
Nana awalnya menolak dan memilih tidak mau ikut tetapi Faz tetap memaksa dan memblokir jalan keluar mobil Nana.
Mau tidak mau Nana akhirnya mengalah dan masuk ke mobil Faz masih bersama asistennya. Nana sebisa mungkin menghindari untuk selalu berduaan dengan lelaki yang bukan muhrimnya.
Faz yang mengetahui itu tidak mempermasalahkan dan menelpon sopirnya untuk membawa mobil Nana pulang ke rumah gadis itu.
"Kamu habis dari mana ?" tanya Faz dengan muka datarnya.
"Makan" jawab Nana cuek seperti biasanya.
"Sama siapa ?" lagi pertanyaan interogasi.
"Klien" jawaban Nana.
"Kenapa harus di restoran, memangnya tidak bisa di klinik saja" tanya Faz masih dengan muka datarnya.
"Ya gak apa-apa, sekalian makan siang. Lagiankan wajar saja berdiskusi sambil makan siang yang gak wajar itu kamu kenapa kesini terus marah-marah gak jelas" kesal Nana.
"Salah sendiri kenapa kamu pergi makan dengan pria lain dibelakang aku" kesal Faz yang sudah mulai naik nada bicaranya.
"Lah, memangnya kamu siapa. Aku rasa aku tidak ada masalah ingin keluar makan bersama siapapun bahkan jika aku ingin bersama lelaki itu aku rasa juga tidak salah" ujar Nana yang langsung membuat Faz rem mendadak dan setelah itu melajukan kembali mobil supercarnya dengan kecepatan tinggi.
Asisten Nana yang ada di kursi belakang sudah gemetaran sementara bosnya malah duduk santai seakan tidak ada beban.
Hanya bosnya itu yang berani bersikap seenaknya pada pangeran negri ini. Sementara sang asisten sudah panas dingin semenjak mereka memasuki mobil pangeran tadi.
Asisten Nana tidak berani buka mulut pada bosnya karena sebelumnya sudah diperingati oleh Faz sendiri agar tidak membeberkan apapun pada kekasih hatinya itu sehingga sampai saat ini asisten itu hanya bungkam dan selalu berpura-pura bisu dan tuli saat kedua orang di depannya ini sudah bersama.
Sejujurnya ia sangat nyaman bersama Nana, apalagi bosnya itu begitu baik dan tidak pernah sekalipun memandang rendah dirinya yang hanya seorang asisten. Malah Nana banyak mengajari skill baru pada dirinya dan selalu memberikan bonus.
Dia sudah menganggap Nana seperti adiknya sendiri tapi hanya satu penyesalannya yaitu tidak memberitau Nana tentang identitas Faz sebenarnya.
Dengan kecepatan penuh lelaki itu melajukan mobilnya menuju landasan udara dan meminta bawahannya untuk menyiapkan pesawat pribadi untuk segera terbang ke kota kelahiran Nana.
Ia sudah memantapkan hatinya akan segera menemui orang tua gadis itu dan meminang Nana untuk menjadi miliknya seorang. Ia tidak suka orang lain memandang gadisnya dan menaruh hati pada wanita pujaannya itu.
Dengan wajah bingung Nana mengikuti Faz yang kini sudah berjalan dengan langkah besarnya menuju tempat khusus yang Nana tau adalah bandar udara.
"Faz, kemana kamu akan membawaku. Aku ingin pulang" protes Nana yang tidak sedikitpun dibalas oleh lelaki itu.
"Faz, berhenti. Aku tidaka akan bermain denganmu lagi, aku ingin pulang. Biarkan aku balik sendiri" kesal Nana yang berbalik akan pergi.
Baru saja Nana beranjak dia sudah ditahan oleh dua orang pelayan perempuan yang memiliki badan yang jauh lebih besar darinya. Tentu saja ia akan kalah dari segi ukuran ataupun tenaga.
"Faz, apa yang kamu lakukan" marah Nana yang sudah menatap nyalang pada lelaki yang terlihat menyebalkan dimatanya itu.
"Don't worry sweety, kita akan pulang sekarang" balas Faz dengan seringainya lalu kembali berjalan.
Sementara Nana masih dituntun kanan kiri oleh dua pelayan itu. Akhirnya ia hanya bisa pasrah, setidaknya ia tidak hanya berdua dengan lelaki menyebalkan itu.
Akhirnya setelah melakukan serangkain pemeriksaan mereka memasuki pesawat pribadi yang begitu mewah. Nana yang sudah tau bahwa Faz memang orang kaya terlihat biasa dan memilih untuk tidur karena lelah dengan apa yang terjadi hari ini.
Melihat gadis pujaan hatinya pulas, Faz menelpon kedua orang tuanya dan mengatakan niatannya untuk menikahi Nana yang sudah disetujui oleh keduanya hanya saja ia memiliki resiko dengan memilih jalan itu.
Sejenak Faz menatap wajah lelap yang terlihat begitu damai dan akhirnya menutup panggilan teleponnya dan kembali ke kursinya yang berada disisi Nana.
Cukup lama perjalan yang mereka tempuh, sementara Nana memilih menghabiskan waktunya untuk tidur dan tidak menanyakan apapun.
Ia hanya diam dan memandang keluar jendela menikmati gumpalan awan yang membentuk bukit yang indah. Nana sungguh tidak tau ia akan dibawa kemana, ia hanya berpasrah diri dan berdo'a semoga apapun yang terjadi Allah mengampuni dosanya.
Lain halnya dengan Faz yang sibuk memikirkan bagaimana nanti ia akan menikahi gadis itu dan berbicara dengan kedua orang tuanya.
Setelah melakukan penyelidikan ternyata gadis ini bukan dari keluarga biasa, ia memiliki keluarga yang cukup terpandang dan memiliki adat dan tradisi yang tentu saja jauh berbeda dengan negaranya.
Apapun yang terjadi ia harus bisa mempersunting gadis impiannya itu, bahkan ia menyempatkan belajar beberapa bahasa tempat gadisnya dilahirkan dan mempelajari juga tradisi mereka.
Selama itu pula Nana hanya bungkam dan diam di tempat duduknya. Sekali ia akan ke toilet dan kembali lagi ke kursinya dengan tenang.
Faz cukup takut dengan sikap diam Nana, ia sebenarnya ingin berbincang dan bergurau bersama gadisnya itu meskipun hanya saling bertengkar seperti biasanya tetapi ia cukup sadar diri bahwa dirinya memang sungguh kelewatan.
Hanya hening yang menemani perjalanan mereka hingga akhirnya mereka mendarat di bandara kota kelahiran gadisnya itu. Tetapi mereka masih membutuhkan sekitar dua jam lagi untuk sampai di kediaman Nana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
YuWie
Bayangke suk nek nikah sama panheran..piye nasibne Nana..krn tradisi Dubai, pangeran harus dapat yg sederajat. Nana jadi selir mana mau lah..
2023-10-04
0