Malam hari.
Semua anggota keluarga tengah makan malam, kecuali Randy yang sejak siang tadi, atau tepatnya setelah masalahnya dengan sang Papa mertua menemui titik akhir, dia pun tak lama pergi dari rumah karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Saat ini hanya ada Dania, Raydan dan Rayna di meja makan, mereka masih fokus menyantap makan malam mereka.
"Mom, boleh, kan, Abang sama Ade pergi, besok?" tanya Raydan tiba-tiba, membuat Dania menghentikan makannya dan menatap Raydan.
"Kenapa? Mau pergi kemana?" tanya Dania.
"Mungkin, nonton Mom. Kami bosan di dalam rumah terus." ucap Raydan.
Dania menghela napas perlahan, dia melihat ke arah Raydan dan Rayna secara bergantian.
Memang, selama mereka di Jakarta, Raydan dan Rayna tak pernah pergi kemanapun karena memang beberapa hari ini selalu saja terjadi masalah.
"Mommy mau saja mengizinkan kalian pergi, tapi, Mommy takut kejadian di Bandara terulang lagi." ucap Dania.
Raydan dan Rayna saling tatap dan menggelengkan kepalanya.
"Nggak akan, kok, Mom. Ade nggak akan pingsan lagi." ucap Rayna dengan meyakinkan.
"Yakin?" tanya Dania.
Rayna mengangguk cepat dan tersenyum manis membuat Dania tak tega jika harus menolak permintaan putrinya itu.
"Ada Abang, Abang janji akan jagain Ade, kok, Mom. Kali ini, Abang nggak akan lalai." ucap Raydan dengan tak kalah meyakinkan.
Dania tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, kalian boleh pergi. Tapi, dengan satu syarat. Kalian harus saling menjaga, jangan sampai kalian kenapa-kenapa." ucap Dania.
"Siap, Ibu Peri." ucap Raydan sambil memberikan tanda hormat pada Dania.
Dania pun terkekeh melihat tingkah konyol putranya itu.
"Makasih, ya, Mom. Mommy adalah Mommy yang paling baik di dunia ini. Sudah baik, cantik pula." ucap Raydan sambil tersenyum lebar.
"Gombal." ucap Rayna.
"Abang tulus bilang begitu. Papa aja cinta mati sama Mommy." ucap Raydan.
Dania tersenyum dan menenggak air minumnya.
" Masih kecil sudah bicara tentang cinta, kayak yang ngerti saja." ucap Dania sambil terkekeh.
"Abang ngerti, kok, Mom. Dia kan playboy, di sekolah. Banyak cewek cantik yang Abang goda, habis itu, di tinggalin." ucap Rayna dengan polos.
Raydan membulatkan matanya dan menyenggol kaki Rayna. Dia pun menatap Rayna dengan tatapan tajam.
Raydan tak sengaja melihat ke arah sang Mommy yang ternyata tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
"Jangan main-main dengan anak orang, Bang. Mereka bukan boneka yang bisa kamu permainkan seenaknya. Ingat, kamu juga punya Adik perempuan. Jangan sampai Adik kamu mengalami hal yang sama dengan gadis-gadis yang kamu permainkan, itu. Mommy nggak akan maafkan Abang, kalau sampai Abang membuat keluarga kita malu." ucap Dania dengan tegas.
Raydan menelan air liurnya, dia pun langsung menenggak air minumnya hingga tak tersisa.
"Abang nggak pernah permainkan para gadis, Mom. Mereka yang mengejar Abang, karena Abang tampan." ucap Raydan sambil tersenyum polos.
Rayna pun memutar bola matanya.
"Kumat, pedenya." ucap Rayna.
"Apa, sih, De? Emang Abang nggak tampan? Abang yakin, kalau Abang bukan Abang kamu, kamu pasti jatuh cinta sama Abang." ucap Raydan dengan bangga.
"Ya Tuhan, Mom. Abang ini anak pungut, ya? Kenapa nggak tahu malu sekali?" tanya Rayna dengan kesal.
"Ade ..! Jangan bicara seperti itu. Dia Abang kamu, hormati yang lebih tua." ucap Dania.
Rayna mengerucutkan bibirnya dan menatap malas ke arah Raydan yang tengah tersenyum penuh kemenangan.
"Abang juga, jangan ledekin Adik nya terus." ucap Dania.
Rayna pun terkekeh geli melihat sang Kakak terkena omelan sang Mommy juga.
******
Sabtu sore di sebuah Mall di Jakarta Pusat.
Raydan berdiri di samping taksi sambil menunggu Rayna turun dari taksi.
Dia melihat sekeliling dan memakai kacamata hitamnya.
"Yuk, Bang," ajak Rayna sambil menarik tangan Raydan agar ikut masuk bersamanya.
Raydan menghentikan langkahnya begitu mulai masuk ke dalam Mall.
"Kenapa, Bang? Kok, berhenti?" tanya Rayna dengan bingung.
"Kok, gelap, ya." ucap Raydan.
Rayna menghela napas agak kasar.
"Ini yang bikin gelap. Makanya, jangan pakai kacamata kalau di dalam Mall." ucap Rayna dengan kesal sambil menarik paksa kacamata Raydan.
"Ya ampun, De, kasar banget, sih." ucap Raydan sambil memegang hidung mancungnya yang tak sengaja terkena kuku Rayna.
"Duh, maaf, Bang, ade nggak sengaja. Coba lihat, luka nggak?" Rayna memegang pipi Raydan dan memeriksa hidung Raydan.
"Huh, nggak kenapa-kenapa juga." ucap Rayna saat tak melihat bekas apapun di hidungnya.
"Apanya yang nggak kenapa-kenapa? Ini sakit, loh, De." ucap Raydan.
"Ya sudah, maaf. Kita jadi nonton nggak, nih?' tanya Rayna.
"Jadi, lah." ucap Raydan.
Rayna mengangguk dan menarik sang Kakak untuk masuk lebih jauh ke dalam Mall setelah sebelumnya menanyakan lokasi Bioskop kepada security.
Sesampainya di Bioskop, Rayna memilih menonton film bergendre horor.
"Yakin, De, mau nonton film horor?" tanya Raydan memastikan.
Rayna pun mengangguk.
"De, action aja." ucap Raydan.
Rayna menghela napas dan melihat ke arah Raydan.
"Abang udah segede ini, masih saja takut nonton film horor." ucap Rayna.
"Nggak, lah." ucap Raydan berkilah.
"Ya sudah, buktiin dong, kalau Abang nggak takut." ucap Rayna.
"Oke." ucap Raydan dengan yakin.
Rayna pun tersenyum, dia tahu sejak kecil Kakaknya itu akan langsung pergi jika dia tengah menonton film bergendre horor di kamarnya. Rayna memang memiliki kesukaan yang sama dengan sang Papa, dia sama-sama menyukai film bergendre horor dan action, meski bukan menyukai yang teramat.
Sedangkan Raydan memiliki kesukaan yang sama dengan Mommy nya, dia menyukai film bergendre action romantis.
Film pun akan segera di mulai, semua penonton sudah mulai memasuki Bioskop begitupun Raydan dan Rayna.
Mereka pun duduk bersampingan.
Dengan santai Rayna menonton film yang mulai di putar, sementara Raydan mulai gelisah.
Dia seperti tengah berolah raga jantung, baru mulai saja sudah membuat nya deg-degan.
Di pertengahan film, suasana mulai menyeramkan, dan Raydan benar-benar tak bisa lagi menahan rasa takutnya.
"Oh, sial ..!" umpat Raydan saat dengan tiba-tiba terlihat wajah hantu yang menyeramkan.
"Bang, berisik." ucap Rayna sambil menatap tajam ke arah Raydan.
"Kesal, De, hantunya ngeyel banget. Sudah tahu itu manusianya nggak mau dekat-dekat, itu hantu malah ngejar mulu." ucap Raydan.
"Haduh, ceritanya persis seperti Abang. Hantu itu di ibaratkan gadis-gadis itu, mereka terus mengganggu Abang, menyeramkan." ucap Raydan.
Saat Raydan akan bicara lagi, dengan cepat Rayna memasukkan popcorn ke dalam mulut Raydan.
"Emmm ..."
Rayna pun terkekeh.
"Enakkan?" tanya Rayna.
Raydan pun tersenyum dan mengangguk.
"Lebih enak, dari pada ngomongin hantu, eh mantan." ucap Raydan sambil tersenyum menunjukkan gigi-gigi rapinya.
Rayna pun terkekeh geli.
Kakaknya itu benar-benar sangat konyol.
Mereka pun lanjut menonton hingga film itu selesai.
"Makan apa, ya, De?" tanya Raydan sambil melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya begitu keluar dari bioskop.
Terlihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.
"Western or Jepang?" tanya Rayna.
"Jepang? Kamu mau makan sushi?" tanya Raydan.
Rayna pun menggelengkan kepalanya.
"Pasta." ucap Rayna.
"Oke, ayo." Raydan pun merangkul bahu Rayna.
Mereka pun melangkah sambil mencari restauran yang keduanya inginkan.
Mereka sampai di salah satu restauran yang berada tepat di depan pertunjukkan air mancur yang biasa bermain per satu jam sekali. Tengah ada acara musik di sana, ada beberapa penyanyi terkenal juga yang mengisi acara di sana.
Sambil menunggu pesanan datang, Raydan dan Rayna memilih menonton acara musik tersebut.
Setelah beberapa menit, pesanan pun datang. Raydan dan Rayna pun mulai menyantap makan malam mereka.
Ditengah kegiatan makan malam, Rayna tak sengaja melihat ke arah panggung itu dan mengerutkan dahinya.
"Kayak pernah lihat." batin Rayna saat melihat seorang penyanyi pria tengah bernyanyi mengisi acara tersebut.
"Kenapa, De?" tanya Raydan.
Rayna pun menggelengkan kepalanya.
Makan malam pun selesai, Raydan dan Rayna lanjut memesan dessert.
"Abang ke toilet dulu, ya. Jangan kemana-mana." ucap Raydan.
Rayna pun mengangguk dan Raydan bergegas menuju toilet.
"Huh, untung ada yang kosong." ucap salah satu pengunjung yang tiba-tiba duduk di sebelah meja Rayna.
Rayna pun sontak menoleh, dan ternyata orang itu tengah menoleh ke arahnya.
"Lah, kamu?" tunjuk orang itu.
Rayna mengerutkan dahinya dan mengalihkan pandangannya.
"Siapa, sih? Sok kenal." batin Rayna.
"Astaga, dia lupa ingatan, rupanya." gumam pria itu.
Pria di samping Rayna langsung merogoh dompet di saku celananya dan mengambil sesuatu.
Dia pun bangun dari duduknya dan menghampiri Rayna.
"Hey," panggil pria itu.
"Ya, kenapa, ya? Apa kita saling kenal?" tanya Rayna dengan bingung.
"Kamu yang waktu itu pingsan, kan?" tanya pria itu.
"Pingsan?" ucap Rayna dengan bingung.
"Ya, aku bawa kamu ke apartemenku, waktu kamu pingsan di toilet Bandara." ucap nya.
Rayna membulatkan matanya dan bangun dari duduknya.
Dia ingat, pria itu adalah sang aktor dan penyanyi yang membawa Rayna ke apartemennya saat pingsan.
Ya, dia adalah Kevano.
Pantas saja Rayna seperti mengenalnya saat dia berada di atas panggung tengah mengisi acara di mall tadi.
"Ma-mau apa, ya?" tanya Rayna gugup.
Jangan-jangan pria itu mau balas dendam karena sang Kakak sudah menghajar temannya saat itu, pikir Rayna.
Rayna pun segera keluar dari restauran itu.
"Hey," panggil pria itu, namun Rayna tetap melangkah menjauhinya.
"Astaga, kenapa dia lari?" gumamnya.
Dia pun melihat sekeliling, sepertinya dia tak melihat siapapun bersama Rayna.
Dia teringat, saat itu Rayna mengatakan bahwa dia bukan berasal dari Indonesia dan tak tahu alamat rumahnya.
Dia pun segera berlari mengejar Rayna.
Entah mengapa, dia jadi khawatir Rayna akan tersesat.
"Hei, tunggu," panggilnya lagi sambil memegang tangan Rayna.
"Tolong maafkan Abang aku, dia nggak sengaja mukul teman kamu." ucap Rayna.
"Apa?" Kevano mengerutkan dahinya dan sesaat kemudian terkekeh.
"Jadi, kamu pikir aku akan balas dendam, begitu?" tanya Kevano.
Rayna pun mengangguk.
"Ya ampun, kamu lucu banget, sih." ucap Kevano.
"Ini," Kevano memberikan sebuah jepit rambut pada Rayna.
"Loh, inikan punya aku." ucap Rayna sambil mengambil jepit rambutnya.
Kevano pun mengangguk.
"Iya, itu ketinggalan di apartemen. Waktu itu aku nggak tahu meski anterin kemana." ucap Kevano.
Rayna tersenyum dan mengangguk.
"Mbak, maaf." Rayna menoleh ke arah datangnya suara dan terlihat seorang wanita berseragam pelayan restauran menghampirinya.
"Iya, ada apa, ya?" tanya Rayna.
"Mbak, belum bayar." ucap pelayan itu.
Rayna membulatkan matanya, dia lupa belum membayar makanan tadi karena langsung syok saat melihat Kevano.
"Oh, maaf, Mbak. Ayo, saya akan ke sana." ucap Rayna.
Rayna pun pergi bersama pelayan itu, namun belum sampai jauh langkahnya, dia menoleh ke arah Kevano.
"Terimakasih." ucap Rayna sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Deg.
Kevano menelan air liurnya, dan terdiam sejenak dengan pandangan yang tak lepas dari punggung Rayna.
"Sepertinya Nando benar, gadis itu memang cantik. Wangi banget, lagi." gumam Kevano.
Kevano pun tersenyum lebar dan kembali ke restauran yang sama dengan Rayna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Lia Dahlia
ketemu lg deh a abang vano
2021-03-24
0
al - one ' 17
kocak noh se kembar
2021-02-23
0
Saima Sima
yang baca senyum senyum bentar lagi Thor ada cinta dan cemburu,,marahan astaga keren banget thor
2021-02-19
1