Di tempat lain, tepatnya di salah satu sekolah elit di Sydney, Australia.
Note: anggap saja Rayna dan Raydan menggunakan bahasa Inggris saat di sekolah.
Author tidak akan menulis memakai bahasa Inggris disini. Biar nggak rancu kalian nya karena harus ada terjemahannya juga.
Author pun sebetulnya nggak pintar banget bahasa Inggris, sih🤭
*******
Plak.
Rayna menggeser kacamata yang dia kenakan saat mendongak dan melihat orang yang baru saja melemparkan buku di atas mejanya.
"Kerjakan tugas aku!" ucap seorang murid laki-laki.
"Kenapa harus aku?" tanya Rayna menatap heran pada murid laki-laki itu.
"Kenapa? Ya, karena aku yang mau!" ucap murid laki-laki itu.
"Aku nggak mau," ucap Rayna sambil melihat ke arah bukunya yang ada di atas mejanya.
Murid laki-laki itupun menyeringai dan membungkukkan tubuhnya, membuat kepalanya sejajar dengan kepala Rayna.
"Kalau kamu nggak mau, aku akan cium kamu di depan murid lainnya," ucapnya sambil tersenyum penuh arti.
Rayna sontak membulatkan matanya karena terkejut mendengar ucapan murid yang terkenal nakal di kelasnya itu.
Brak.
Rayna menggebrak mejanya, membuat murid pria itu membulatkan matanya karena terkejut. Meski selama dia satu kelas dengan Rayna, Rayna bahkan jarang bicara dan anaknya tak terlalu senang bergaul. Namun, dia tak menyangka ternyata Rayna bisa marah.
Rayna menatap tajam ke arah murid laki-laki itu.
Meski wajah Rayna terlihat lugu, namun melihat tatapan tajamnya membuat siswa itu sampai menelan air liurnya.
Rayna pun keluar dari kelas dan pergi menuju toilet.
Dia membasuh wajahnya berkali-kali dan menatap dirinya di cermin.
'Ya ampun, kenapa semua pria sama aja? Benar-benar menjijikan,' gumam Rayna.
Sedangkan di dalam kelas, murid laki-laki itu masih terdiam sambil tak henti memikirkan Rayna.
Ada suatu hal yang membuatnya entah mengapa menjadi tertarik pada Rayna.
Dia pun tersenyum kecil dan tak lama pandangannya teralihkan saat Rayna kembali masuk ke dalam kelas.
'Hem... Kita liat aja nanti,' gumam murid laki-laki itu.
*******
Tak terasa jam sekolah pun berakhir.
satu persatu pelajar mulai meninggalkan sekolah.
Sementara di dalam suatu kelas, masih terlihat beberapa siswa yang masih berkumpul di dalam kelas.
Dia adalah Raydan dan siswa lainnya juga.
Ada Brian juga di sana.
Pria bule berwajah cukup tampan dan bertubuh tinggi.
"Gimana, yang kemarin?" tanya Brian sambil menyeringai menatap Raydan.
"Lumayan, sayangnya aku ke tangkap basah sama Rayna. Dia bahkan ngancam mau laporin ke Mommy sama Papa." ucap Raydan.
Brian terkekeh geli mendengar ucapan Raydan.
Sementara Raydan justru menatap Brian dengan tatapan bingung.
"Apanya yang lucu?" tanya Raydan.
"Kamu." ucap Brian.
"Aku? Kenapa?" tanya Raydan masih dengan ekspresi bingung.
"Ayolah, ini sudah zaman apa? Kenapa masih saja takut ketahuan Mommy dan Papa kamu? Itu hal biasa dan wajar saja." ucap Brian.
Raydan pun tersenyum tipis.
Orang lain mungkin bisa berpikir seperti itu.
Tetapi, Mommy dan Papanya sudah terlalu baik memperlakukan nya. Tentu saja meski Raydan nakal di luar, tetapi dia tak pernah membuat keributan. Dia hanya nakal sebatas suka menggoda gadis-gadis cantik yang ada di sekolah. Sama dengan sang Papa dulu, dia pun tak suka terikat suatu hubungan dengan seorang wanita. Karena itu, dia lebih senang hanya dengan sekedar jalan saja.
Raydan bahkan masuk ke dalam peringkat tiga besar di kelasnya dalam setiap tahun.
Sepertinya, Raydan ini benar-benar paket komplit. Selain tampan, populer, pintar pula.
Jadi, senang bermain-main pun menjadi suatu hal yang wajar baginya.
Meski begitu, nakalnya pun masih dalam batas kewajaran.
"Hai, Babe." panggil seorang siswi yang memakai seragam ketat dengan rok yang benar-benar mini dan kaus kaki panjangnya.
Gadis cantik dengan bentuk tubuh yang sempurna untuk gadis seusianya.
Gadis itu bernama Jenny, dia adalah siswi yang cukup populer di sekolah.
Namanya bahkan tak asing di telinga para pelajar di sana. Karena selain cantik, Jenny juga putri dari salah satu konglomerat di Sydney.
Jenny merangkul Raydan yang masih duduk di kursinya dengan manja.
Raydan pun tersenyum tipis tanpa mengatakan apapun.
"Sial, yang jomblo mendingan pergi saja." ucap Brian.
Raydan dan Jenny pun terkekeh melihat ekspresi kesal Brian.
"Kita duluan, Bro." ucap Brian sambil bangun dari duduknya.
"Loh, bareng." ucap Raydan.
Brian mengerutkan dahinya dan mengalihkan pandangannya ke arah Jenny.
Seolah memberi isyarat pada Raydan, bahwa bagaimana dengan Jenny, jika Raydan pergi bersamanya?
Raydan pun mengerti maksud Brian.
"Babe, sorry, ya. Aku nggak bisa temani kamu. Aku mau samperin Rayna, kelasnya pasti sudah selesai." ucap Raydan sambil bangun dari duduknya.
"What? Rayna lagi?" tanya Jenny dengan nada tak percaya.
Raydan pun mengangguk santai.
"Kenapa Rayna terus, sih? Kamu nggak pernah mau jalan sama aku, kamu selalu sibuk sama Adik kamu, gadis yang nggak jelas itu." ucap Jenny dengan nada kesal.
Raydan mengepalkan tangannya.
Mendadak dadanya terasa sesak mendengar Jenny mengatai Adiknya seperti itu.
Brak.
Jenny membulatkan matanya saat tiba-tiba Raydan menendang kursi di hadapannya.
"Jangan ganggu aku lagi." ucap Raydan dengan penuh penekanan.
"What? Ke-kenapa?" tanya Jenny dengan bingung.
"Karena kamu nggak ada artinya di banding Rayna, gadis yang kamu bilang nggak jelas, itu." ucap Raydan dengan menatap Jenny dengan tatapan tajam.
Jenny menelan air liurnya.
"A-aku minta maaf, Babe. Aku nggak sengaja bilang gitu, tolong tarik lagi ucapan kamu, ya. Aku nggak mau putus dari kamu." ucap Jenny sambil mencoba memegang tangan Raydan, namun Raydan segera menepisnya.
"Apa? Putus?" tanya Raydan.
Jenny pun mengangguk.
Raydan terkekeh geli mendengar ucapan Jenny.
"Putus, kamu bilang? Sejak kapan kita pacaran? Aku bahkan nggak pernah nyatakan cinta ke kamu." ucap Raydan.
Jenny mengerutkan dahinya, dia merasa bingung dengan ucapan Raydan.
"Apa maksud kamu, sih? Kalau kita nggak pacaran, terus selama ini kita apa?" tanya Jenny.
"Aku nggak pernah anggap kamu pacar aku, aku dekat sama kamu, ya, hanya anggap kamu sebagai teman. Teman di saat aku suntuk dan merasa bosan." ucap Raydan dengan nada geram.
Dia emosi mendengar ada orang lain yang menjelek-jelekkan Adik kesayangannya itu.
Beruntunglah Jenny seorang wanita, Karena jika tidak, Raydan mungkin sudah menghajarnya hingga babak belur.
"Dan sekarang, aku nggak merasa bosan lagi. Jadi, aku sudah nggak butuh kamu lagi." ucap Raydan sambil tersenyum sinis dan pergi meninggalkan Jenny.
Jenny pun mengepalkan tangannya kuat-kuat, dia tak mengatakan apapun lagi. Hatinya sungguh hancur mendengar ucapan Raydan.
Dia pun terus memperhatikan Raydan yang perlahan mulai keluar dari dalam kelas dan pergi menuju kelas Rayna.
Sesampainya di kelas Rayna.
Raydan tersenyum saat melihat Adik kesayangannya itu tengah duduk sambil cemberut.
"Hai." sapa Raydan.
Rayna memutar bola matanya.
Dia sungguh kesal karena harus menunggu cukup lama di dalam kelas.
Dia pun tak mengerti pada Abangnya itu. Karena setiap kali jam sekolah selesai, Rayna tak boleh pergi meninggalkan kelas sebelum Raydan menjemputnya.
"Abang, lama, nih." ucap Rayna dengan nada kesal.
"Sorry, tadi ada kelas tambahan." ucap Raydan sambil mengusap kepala Rayna.
Rayna menepis tangan Raydan dan bangun. dari duduknya.
"Kelas tambahan sama si Jenny?" tanya Rayna.
Raydan hanya tersenyum tipis.
"Dasar , nggak jelas." ucap Rayna dengan kesal sambil menghentakkan kakinya dan melangkah keluar kelas.
Raydan pun terkekeh melihat tingkah Rayna yang menurutnya justru lebih menggemaskan saat tengah marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Zhiernaa Azhierr
keren thor
2021-10-12
0
ArieEni
semoga raydan nakalnya gk kyk randy yg suka masukin jari ke rawa2 nya cewek
2021-09-29
0
💖 NAMA Q CINTA 💖
knp di ilg lgi ini kn sda
2021-08-29
0