Keesokan harinya, Raydan dan Rayna sudah berada di dalam kelasnya masing-masing.
"Ray," panggil Gerry.
"Ya," sahut Raydan.
"Mau ikut nggak?" tanya Gerry.
"Kemana?" tanya Raydan.
"Ke acara ulang tahunnya Ralisya." ucap Gerry.
Raydan mengerutkan dahinya dan melihat sekilas ke arah Ralisya.
"Kapan?" tanya Raydan.
"Nanti malam. Kalau mau, nanti aku jemput." ucap Gerry.
Raydan berpikir sejenak, dia teringat akan ucapan Randy yang mengatakan bahwa Randy dan Dania akan pergi makan malam bersama temannya.
"Lihat nanti, deh. Nanti aku kabarin." ucap Raydan.
"Ikut saja, Ray. Aku tahu, kamu naksir Ralisya." ucap Gerry.
Raydan hanya tersenyum tipis, benar juga apa yang di bilang Gerry. Dia memiliki kesempatan untuk mendekati Ralisya jika datang ke acara ulang tahunnya Ralisya.
"Tapi, aku nggak di undang." ucap Raydan.
"Semua teman-teman di kelas ini di undang, kamu kan baru, jadi nggak sempat di kasih kartu undangan. Lagi pula, Ralisya ngasih undangannya satu minggu yang lalu, sebelum kamu masuk ke sekolah ini." ucap Gerry.
"Oke, deh." ucap Raydan.
Tak lama pelajaran pun di mulai.
******
Jam pulang sekolah.
"De, antar ke Mall, yu." ucap Raydan.
"Mau apa?" tanya Rayna.
"Mau beli kado, Ade kan perempuan, Ade bisa bantu Abang, kan, pilihkan kado buat teman Abang?" ucap Raydan.
"Siapa? Perempuan yang kemarin di kantin?" tanya Rayna.
Raydan tak menjawab ucapan Rayna, dia hanya tersenyum lebar.
Rayna pun menghela napas sambil menggelengkan kepalanya.
Tak lama jemput mereka pun datang, dan mobil pun melaju ke Mall terlebih dahulu.
Sesampainya di Mall, Raydan dan Rayna langsung mencari kado yang menurut Raydan sesuai untuk Ralisya. Setelah mendapat kan kado itu, Raydan mengajak Rayna membeli sebuah dress untuk Rayna.
"Kenapa aku di beliin juga?" tanya Rayna dengan bingung.
"Acaranya nanti malam, De. Abang nggak mungkin ninggalin Ade. Kan , nanti malam Papa sama Mommy pergi ketemu temannya. Masa, Ade di rumah sendirian." ucap Raydan.
"Ade nggak apa-apa di rumah sendirian, lagian ada Bibi, kan." ucap Rayna.
Raydan pun menggeleng.
"Please, De, temani Abang. Biar Abang nggak sendirian." ucap Raydan.
Rayna menghela napas dan mengangguk.
"Makasih, De." ucap Raydan sambil merangkul gemas bahu Rayna.
Rayna pun tersenyum dan mengangguk.
*****
Sesampainya di rumah.
Rayna memasuki kamarnya, sementara Raydan langsung menghampiri Dania yang tengah berada di kamar.
"Mom," panggil Raydan.
"Ya, kenapa, Bang?" tanya Dania.
Dania mengerutkan dahi saat melihat sebuah paper bag yang ada di tangan kanan Raydan.
"Apa itu, Bang?" tanya Dania.
"Ini kado ulang tahun untuk teman Abang, Mom. Nanti malam dia ulang tahun, Abang boleh datang, kan, ke ulang tahunnya?"
"Tapi, Mommy sama Papa juga mau pergi. Terus, Ade sama siapa?" tanya Dania.
"Ade ikut Abang, Mom. Ini kan acara ulang tahun teman sekolah." ucap Raydan.
"Tapi, Adiknya di jagain, ya, Bang. Jangan sampai lalai." ucap Randy.
Raydan tersenyum lebar dan mengangguk.
Cup.
"Thanks, Mom." Raydan pun berlari menuju kamarnya setelah mencium pipi Dania, sedangkan Dania hanya menggelengkan kepalanya dan terkekeh geli.
******
Pukul enam sore.
"Papa sama Mommy jalan dulu, kalian baik-baik di rumah." ucap Randy.
"Loh, Mommy nggak bilang, kalau Abang sama Ade mau pergi?" tanya Raydan.
Randy mengerutkan dahinya dan menatap Dania, seolah meminta penjelasan.
Dania pun tersenyum dan merangkul lengan Randy.
"Anak-anak ada acara ulang tahun teman mereka, di sekolah. Jadi, aku izinin mereka pergi." ucap Dania.
Randy pun melihat ke arah Raydan.
"Asalkan di jaga Adiknya, Bang. Jangan sampai Adiknya kenapa-kenapa." ucap Randy.
"Iya, Pa. Abang pasti jagain Ade." ucap Raydan .
Randy pun tersenyum dan melihat ke arah kamar Rayna.
"Terus, Ade di mana?" tanya Randy.
"Masih di kamarnya, acaranya jam delapan, Pa." ucap Randy.
"Ya sudah, kalian datanglah bersama supir." ucap Randy.
Raydan pun mengangguk.
Randy dan Dania pun pergi menuju tempat yang sudah di tentukan untuk bertemu dengan Dio dan Ina.
*******
Sesampainya di restauran.
Randy menggandeng mesra tangan Dania dan memasuki restauran tersebut dengan senyuman yang tak lepas tersungging di bibirnya.
"Kamu kenapa?" tanya Dania dengan bingung.
"Kenapa apanya?" tanya Randy.
"Senyum-senyum sendiri, gitu. Nggak kering, tuh, gigi?" tanya Dania.
Randy terkekeh dan mencubit gemas hidung Dania.
"Aku tuh ngerasa lucu. Kita kayak balik ke jaman dulu, kemana-mana berdua. Jadi, kayak pacaran lagi." ucap Randy.
Dania pun terkekeh.
"Dasar, kirain aku, kamu sudah mulai--"
"Mulai apa?" tanya Randy yang tiba-tiba saja memotongnya ucapan Dania.
"Nggak apa-apa." ucap Dania sambil tersenyum lebar.
Dia pun jadi geli sendiri melihat ekspresi wajah Randy.
"Bro," Randy dan Dania melihat ke arah Dio saat Dio memanggilnya.
"Di sini." ucap Dio sambil melambaikan tangannya.
Randy dan Dania pun menghampiri meja Dio.
Dania langsung berlari menghampiri Ina dan mereka pun saling memeluk satu sama lain, seolah mereka tengah menumpahkan kerinduan mereka.
"Apa kabar? Lama sekali kita nggak ketemu." ucap Dania.
"Kamu, sih, main pergi saja." ucap Mia sambil mengerucutkan bibirnya.
Dania terkekeh dan memeluk gemas sahabatnya itu.
Sementara Randy dan Dio pun saling memeluk.
Sudah lama sekali mereka tak bertemu, terakhir kali bahkan sejak beberapa tahun yang lalu.
"Gimana, Bisnis?" tanya Dio.
"Ayolah, kita baru ketemu. Jangan bicarakan bisnis dulu." ucap Randy.
Dio terkekeh dan mengangguk.
Mereka pun duduk di kursi masing-masing.
Dania memekik saat melihat bayi menggemaskan tengah tidur di dalam stroller.
"Ah, gemasnya. Siapa namanya?" tanya Dania pada Ina.
"Diona, Tante." ucap Ina dengan nada bicara yang dibuat seperti anak kecil.
Dania pun tersenyum dan mengusap lembut pipi gembil bayi yang masih pulas tertidur itu.
Diona adalah anak pertama dan satu-satunya dari Dio dan Ina.
"Sukses, ya, setelah belasan tahun, akhirnya kalian punya baby juga." ucap Randy.
Dio dan Ina pun tersenyum dan mengangguk.
"Ya, sungguh sebuah keajaiban." ucap Dio.
Dio dan Ina sudah menikah sejak 14 tahun yang lalu, tetapi mereka belum lama di berikan momongan.
"Yah, selama 14 tahun kami berdua serasa pacaran, akhirnya nggak sia-sia. Ada juga, tuh, benih yang nyantol." ucap Dio dengan sembarang.
Randy pun terkekeh mendengar ucapan Dio.
Temannya itu ternyata masih saja konyol meski sudah bertahun-tahun tak bertemu.
"Nambah lagi, dong." ucap Randy.
"Mau, setiap malam aku bertempur di ayunan." ucap Dio dengan santai.
"Ayunan?" tanya Randy dengan bingung.
Dania dan Ina pun ikut bingung mendengar ucapan Dio.
"Yah, kan tempat tidurnya goyang-goyang, berasa lagi di atas ayunan aku kalau lagi sama Ina." ucap Dio sambil tersenyum lebar.
Hahaha.
Semua orang yang ada di meja itu pun tertawa.
"Jadi, pas tua nanti banyak anak." ucap Dio.
Randy pun mengangguk dengan sambil menahan perutnya yang terasa ngilu karena terus terkekeh.
"Tapi, Ina awet muda, kok. Belum tua." ucap Dania.
"Ya, itu karena si tampan ini selalu membuatnya tertawa, jadinya awet muda." ucap Dio.
"Siapa si tampan?" tanya Randy dengan sok polos.
"Aku lah, siapa lagi?" ucap Dio.
Hahaha Dio pun tertawa, entah mengapa dia menjadi geli mendengar ucapannya sendiri.
Randy, Dania dan Ina pun kembali tertawa.
"Benar, dia selalu buat aku tertawa. Karena itu, aku kalau masak nggak pernah pakai micin." ucap Ina.
"Apa hubungannya micin sama ketawa?" tanya Dio dengan bingung.
"Ya, karena tubuh kamu sudah mengandung banyak micin, makanya rada oleng." ucap Ina sambil tersenyum lebar.
Randy pun tertawa keras mendengar ucapan Ina.
Benar-benar pasangan yang konyol, pikir Randy.
"Kalian, ini, ih. Bisa nggak, sih, serius sedikit?" Dania pun tak dapat lagi menahan sakit di perutnya karena terus tertawa.
"Gimana mau serius, Dan. Setiap di ajak ngomong, pasti selalu melenceng ke sana kemari." ucap Ina.
"Aku begini, kan, demi kamu, Sayang. Aku rela menjadi konyol, asal kamu selalu bahagia." ucap Dio sambil tersenyum manis sambil memegang tangan Ina.
"Lebay." ucap Randy dengan terkekeh geli.
Dio pun ikut terkekeh, dan mereka semua pun lanjut dengan cara makan malam.
*******
Di sisi lain.
Raydan, Rayna dan Gerry memasuki area rumah Ralisya.
Raydan tampak tampan menggunakan kemeja kotak-kotak, sementara Rayna pun tampak cantik dengan tanpa kacamata nya.
Rayna sengaja tak memakai kacamatanya, karena atas permintaan sang Kakak.
Di rumah Ralisya sudah tampak ramai dengan tamu undangan yang tak lain teman-teman sekolah mereka juga.
Raydan melihat sekeliling berharap dapat menemukan Ralisya.
"Nyari Ralisya?" tanya Gerry.
Raydan hanya tersenyum tanpa menjawab atau pun menganggukkan kepalanya.
"Tuh, Ralisya lagi ngobrol sama teman-temannya," Gerry menunjuk ke arah Ralisya yang tengah berbincang dengan teman-teman wanitanya.
Pandangan Raydan tak sengaja menangkap meja yang di atasnya tersusun rapi beberapa minuman.
"Abang mau ambil minum, Ade di sini saja sama si Gerry." ucap Raydan.
Rayna mengerutkan dahi dan menatap Gerry.
"Aku pria baik-baik, aku akan menjaga amanatmu. Aku pasti menjaga Adikmu ini." ucap Gerry sambil tersenyum menatap Rayna
"Thanks, Bro." ucap Raydan sambil menepuk bahu Gerry.
Rayna hanya menggelengkan kepalanya, sementara Raydan bergegas mengambil minuman.
Setelah selesai mengambil minuman, Raydan berjalan perlahan mendekat Ralisya.
"Hai, Ralisya." ucap Raydan tepat di belakang Ralisya.

"Ya." ucap Ralisya sambil menengok ke arah Raydan.

Ralisya mengerutkan dahinya.
"Kamu? Kok, bisa di sini? Kayaknya aku nggak undang kamu." ucap Ralisya.
Raydan tersenyum dan mengangguk.
"Kamu memang nggak ngundang aku. Tapi, hati aku merasa terpanggil untuk datang ke sini." ucap Raydan.
Lagi-lagi Ralisya mengerutkan dahinya, dia merasa bingung dengan apa yang Raydan katakan.
"Ini," Raydan memberikan sebuah paper bag pada Ralisya dan Ralisya pun mengambilnya.
"Apa ini?" tanya Ralisya.
"Entah kamu suka atau nggak, itu kado dari aku, untuk kamu." ucap Raydan.
Ralisya pun menyunggingkan senyum tipis saat melihat ke dalam paper bag itu.
"Thanks." ucap Ralisya.
Raydan pun tersenyum dan mengangguk.
******
Di tempat lain, Rayna merasa bosan karena tak ada yang menemaninya.
Sudah cukup lama Raydan meninggalkan Rayna, dan Gerry pun izin ke toilet.
Rayna menekuk wajahnya, dia bahkan tak mempedulikan suara riuh saat beberapa gadis di sana menyebutkan nama seorang penyanyi terkenal.
Yah, karena Rayna pun memang tak begitu mengenal nama-nama penyanyi di Indonesia.

"Hei, gadis yang sedang menekuk wajahnya, di sana," panggil penyanyi tersebut yang tak lain adalah bintang tamu di acara tersebut sambil mengarahkan pandangannya pada Rayna, membuat semua tamu di sana melihat ke arah Rayna.
"Ada apa, sih?" gumam Rayna.
Pandangan Rayna tak sengaja melihat ke arah penyanyi yang tengah bediri di atas panggung.
"Ya, kamu." ucap penyanyi pria itu sambil menunjuk ke arah Rayna.

Rayna pun membulatkan matanya.
"Bagaimana bisa? Kenapa ada dia di mana-mana?" gumam Rayna.
Rayna tak habis pikir, karena lagi-lagi dia bertemu dengan pria yang membawanya saat pingsan di toilet Bandara, yang tak lain adalah Kevano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Milla Azzahra
viaualnya gk bs d buka
2021-12-24
0
Felisha Almaira
jodoh kali Rayna...😘😘😘
2021-09-29
0
Aruna Zahrani
si abang selalu g amanah deh. tiap disuruh jaga adek nya selalunya terpisah. entah adeknya ke toilet g ditemani entah dia yg ninggalin
2021-04-29
1