Semua orang terkejut melihat layar monitor yang hanya menampilkan sebuah laporan garis panjang dengan suara monitor yang menunjukkan berhentinya segala aktivitas kehidupan.
"Mohon maaf, pasien sudah tiada." ucap Dokter sambil melepaskan semua peralatan medis yang terpasang di tubuh Papa Randy.
Mama Randy langsung tak sadarkan diri, dan segera di tangani oleh dokter.
Sementara pandangan Randy seketika menjadi gelap, dia begitu syok melihat sang Papa sudah tak ada lagi di dunia ini.
Mereka bahkan belum sempat bertegur sapa setelah terakhir kali mereka bertemu.
Randy terduduk lemas sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Dania, Raydan , dan Rayna pun turut sedih.
Dania langsung memeluk Randy.
"Sabar, Sayang. Papa sudah tenang." ucap Dania sambil mencoba menenangkan Randy.
Dania pun tak dapat lagi menahan rasa sedihnya, sehingga lolos lah sudah air matanya.
Raydan dan Rayna pun saling memeluk, mencoba menenangkan diri masing-masing.
Mereka sungguh sedih kehilangan sang Opa.
"Tenang, De. Opa udah nggak sakit lagi." ucap Raydan.
Rayna memeluk erat sang Kakak, dia sungguh sedih karena harus kehilangan sang Opa.
"Kamu tunggu disini, aku akan urus semua keperluan untuk Papa." ucap Dania.
"Nggak, Yank. Aku yang akan urus semuanya, aku anaknya. Kamu tolong jagain Mama aja." ucap Randy.
"Kamu yakin, Yank?" tanya Dania.
Dania cemas melihat keadaan Randy saat ini.
Randy mengangguk dan keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi dan segala yang dibutuhkan sang Papa sebelum di kebumikan.
Dania menghubungi Mama dan Papanya, dia pun memberitahukan kabar duka tentang Papa mertuanya itu.
Setelah itu, dia memesan taksi untuk Raydan dan Rayna.
Selesai memesan taksi, Dania melihat ke arah Raydan yang tengah memeluk Rayna yang tengah menangis.
"Ade, Abang, sini, Nak." ucap Dania.
Raydan dan Rayna pun menghampiri Dania.
"Kalian pulang dan istirahat dulu, di rumah. Nanti, Papa dan Mommy akan kabarin kalian kalau semua urusan di rumah sakit sudah selesai." ucap Dania.
"Tapi, Mom, Ade cemas sama Oma." ucap Rayna.
"Ada Mommy sama Papa, De. Ade pulang dulu sama Abang, ya." ucap Dania.
"Ya udah, Mom. Abang sama Ade pulang dulu. Ade juga kecapekan." ucap Raydan.
"Nggak, kok. Ade nggak capek, Mom." ucap Rayna.
Rayna terlihat sedih sekali dan tak ingin meninggalkan sang Oma dalam keadaan berduka.
Dia sangat menyayangi Omanya.
"Ade, tolong, jangan bantah Mommy." ucap Dania.
Rayna menundukkan kepalanya dan mengangguk.
"Ya udah, Ade pulang sama Abang." ucap Rayna dengan sendu.
"Iya, Abang jagain Ade nya. Sebentar lagi taksinya datang." ucap Dania.
"Iya, Mommy tenang aja. Abang akan selalu jagain Ade, sama kayak Abang akan jagain Mommy dan siapapun wanita cantik yang akan jadi pendamping Abang, nanti." ucap Raydan sambil mengedipkan matanya dan tersenyum lebar.
"Abang ! Bisa, nggak, sih, jangan bercanda. Jangan sok tampan." ucap Rayna dengan kesal.
Dia tak habis pikir dengan sang Kakak, di saat seperti ini, pun, Kakaknya justru masih saja bisa bercanda.
"Apa yang salah? Emang Abang salah, kalau mau jagain kalian?" tanya Raydan dengan bingung.
"Tau, ah, ngeselin." ucap Rayna dengan kesal dan keluar dari ruangan itu.
"Jih, ngambek." ucap Raydan.
Sebetulnya, Raydan hanya ingin menghibur Adik dan Mommy nya itu, hanya saja sepertinya waktunya tak tepat.
Raydan justru membuat Rayna menjadi kesal.
Dania hanya menggelengkan kepalanya.
Anaknya yang satu itu, memanglah senang bertingkah konyol, bahkan kadang sering tak tahu tempat.
"Ya sudah, Bang. Sana susul Ade nya." ucap Dania.
Dania memberi tahukan plat nomor taksi yang sudah dia pesan.
Raydan pun mengangguk dan bergegas menyusul Rayna.
Tak lama, mereka pun pergi menuju rumah lama Dania dan Randy.
Rumah yang Randy beli untuk Dania saat kurang lebih 17 tahun yang lalu.
*******
Waktu pun berlalu.
Randy telah selesai mengurus segala keperluan sang Papa untuk di kebumikan, dan tak lama lagi sang Papa akan segera di kebumikan.
Sesampainya di pemakaman keluarga yang memang di sediakan khusus untuk keluarga Sebastian, Randy mengerutkan dahinya saat melihat seseorang yang tak asing baginya.
Orang yang tak lain dan tak bukan adalah Papa Hamish dan Mama Rania.
Randy tahu, sudah pasti Dania lah yang memberi tahu orang tuanya. Karena, dia sendiri tak sempat memberi tahu kedua mertuanya itu.
Mama Rania memeluk Mama Randy dan mencoba memberikan kekuatan agar besannya itu mau ikhlas dan bersabar.
Setelah itu, Mama Rania pun memeluk Randy.
"Yang sabar, ya, Rand. Ikhlaskan, Papa sudah tenang, di sana." ucap Mama Rania.
"Makasih, Ma." ucap Randy.
Randy melepaskan pelukan itu dan pandangannya mengarah pada sang Papa mertua yang tengah menatapnya.
Randy terdiam saat Papa Hamish memeluknya dan berbisik di telinganya.
Setelah beberapa saat, pelukan itu pun terlepas. Tanpa mengatakan apapun, Randy pun pergi dan menyapa para tamu lainnya.
Mama Rania menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
Dia sedih karena sudah 16 tahun hubungan suami dengan menantunya itu, tidak juga membaik.
Seharusnya, dulu dia tak mendukung keputusan Randy untuk meninggalkan Indonesia, seharusnya dia membantu menyelesaikan masalah antara Suami dan menantunya itu.
Namun, apa boleh buat? Semuanya sudah terlambat, perselisihan di antara Suami dan Menantunya itu, kini semakin sulit untuk di akhiri.
"Mama yakin, Randy masih peduli pada Papa. Buktinya, sampai sekarang, pun, Dania nggak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Randy bahkan menutup kasus kecelakaan itu, Randy seolah menutup rapat segalanya agar tak ada satu orang pun yang tahu tentang kenyataan yang sebenarnya. " ucap Mama Rania.
Papa Hamish hanya diam, dia mengalihkan pandangannya dan tak sengaja melihat ke arah Rayna dan Raydan. Dia pun tersenyum dan menghampiri kedua cucunya itu.
"Abang, Ade." panggil sang Opa.
Rayna dan Raydan tersenyum dan memeluk sang Opa.
"Kalian sudah semakin besar, Opa kangen sekali pada kalian, kesayangan Opa." ucap sang Opa.
"Kita juga kangen, Opa." ucap Rayna dan Raydan bersamaan.
Tak lama acara pemakaman pun dimulai, semua keluarga pun ikut menghadiri acara pemakaman Tuan Sebastian, termasuk ada beberapa rekan bisnis yang juga turut hadir mengantarkan Tuan Sebastian ke peristirahatan yang terakhir.
Setelah seluruh prosesi pemakaman di lakukan, semua keluarga pun kembali ke kediaman masing-masing.
Randy dan keluarga kembali ke kediaman Sebastian, dengan Papa dan Mama mertuanya juga yang ikut pulang ke kediaman Sebastian.
Sesampainya di kediaman Sebastian, Dania mengantar Mama mertuanya ke kamar untuk beristirahat. Sedangkan Randy duduk di ruang keluarga bersama anak-anak dan kedua mertuanya.
"Jadi, bagaimana selanjutnya, Rand? Apa kamu akan tinggal kembali di Jakarta?" tanya Mama Rania.
"Entahlah, Ma. Aku bingung, bisnis Papa pun harus ada yang mengurusnya. Sedangkan kalau aku mau pindah, tentu banyak yang harus aku pertimbangkan." ucap Randy.
"Yang jelas, aku nggak mau keluarga aku dekat dengan orang-orang jahat." ucap Randy sambil melihat ke arah Papa Hamish.
Tak lama, Randy pun meninggalkan ruang keluarga dan pergi menuju kamarnya.
Mama Rania menghela napas dan mengusap lembut lengan Papa Hamish.
"It's okay, no problem." ucap Papa Hamish sambil tersenyum.
Namun, tak ada yang tahu apa yang ada dalam hati dan pikirannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
0316 Toiyibah,S,Pd.
lanjut
2021-10-07
0
fitamin
❤️
2021-10-03
0
AnjaniJM
akibat sifat protektif, posesifnya tuan hamish merusak hubungan baik yang susah payah di jaga oleh randy
2021-09-26
0