Dengan lemas Raydan kembali ke rumah.
Perasaannya sungguh berkecamuk saat ini. Dia begitu cemas dengan keadaan Rayna, adik kesayangannya itu.
"Loh, Bang, kenapa pulang lagi?" tanya Dania sambil mengerutkan dahinya.
Raydan terduduk lemas di sofa dan melihat sekeliling.
"Papa dimana, Mom?" tanya Raydan.
"Papa di kamar, kemana Ade? Kenapa Abang malah pulang lagi? Apa pesawat kalian delay?" pertanyaan demi pertanyaan Dania lontarkan, namun Raydan masih terdiam dengan wajah sendunya.
Dania mengerutkan dahinya dan duduk di samping Raydan.
"Ada apa? Kemana Ade?" tanya Dania.
"Mom, maafin Abang, ya." ucap Raydan.
"Minta maaf untuk apa?" tanya Dania dengan bingung.
"Ade hilang, Mom." ucap Raydan.
"Apa?" Raydan dan Dania membulatkan matanya saat tiba-tiba Randy berteriak karena terkejut.
Raydan menelan air liurnya dan melihat ke arah sang Papa yang dengan cepat menuruni anak tangga dan menghampirinya.
"Apa maksudnya, Bang? Ade kemana?" tanya Randy dengan cemas.
"Abang nggak tahu, Pa. Tadi, Ade izin ke toilet, tapi sudah sejam nggak kembali lagi." ucap Raydan.
"Dan, kamu biarkan Adikmu pergi sendiri? Ya Tuhan, Raydan, gimana, sih? Sekarang gimana, coba, keadaan Ade?" ucap Kevin dengan kesal bercampur cemas.
Dia cemas karena tak tahu bagaimana nasib anak gadis kesayangannya itu.
Di tambah lagi dia tak pernah bisa melupakan kelakuan nakalnya saat remaja dulu, dia sungguh takut Rayna akan mengalami hal yang sama dengan apa yang dia dan Dania alami.
"Maaf, Pa." ucap Raydan sambil menundukkan kepalanya.
"Maaf nggak akan bisa menemukan Adik kamu." ucap Randy dengan kesal.
"Tenang, Yank, Abang juga nggak tahu, kan, kalau kejadiannya akan seperti ini." ucap Dania sambil mencoba menenangkan Randy.
Randy hanya diam dan masih memasang wajah cemasnya.
Randy menatap Dania saat Dania mencoba menghubungi seseorang.
"Telpon siapa?" tanya Randy.
"Telpon, Papa." ucap Dania.
Randy merebut ponsel Dania dan mematikan telponnya yang belum sempat tersambung itu.
"Kita akan selesaikan ini sendiri, nggak perlu orang lain ikut campur." ucap Randy dengan nada kesal.
"Orang lain? Maksud kamu apa? Aku cuma mau minta bantuan Papa, supaya Papa suruh orang-orangnya untuk cari Rayna." ucap Dania.
"Aku bilang nggak perlu, ya, nggak perlu. Kamu ngerti nggak, sih, ha?" ucap Randy dengan nada kesal dan menatap Dania dengan tatapan tajam.
Raydan menelan air liurnya, dia sungguh tak enak hati melihat sang Mommy dan sang Papa jadi bertengkar karena dirinya yang ceroboh sehingga Rayna menghilang.
Dania menarik Randy untuk menjauh dari Raydan.
"Kamu apa-apaan, sih? Kenapa harus seperti tadi di depan Abang? Lihat, tuh, Abang jadi sedih, kan." ucap Dania.
"Aku cemas sama Ade, kita bahkan nggak tahu keadaannya sekarang kayak gimana. Kita bahkan belum bisa lapor polisi, karena belum 2x24 jam." ucap Randy sambil mengusap wajah agak kasar.
"Ya, aku ngerti. Aku juga cemas, Ade juga anak aku. Tapi, tolong, jangan seperti itu lagi di depan Abang." ucap Dania.
Randy mengambil ponsel nya dan mencoba menghubungi nomor Rayna.
Randy mengerutkan dahinya saat terdengar suara ponsel Rayna.
"Astaga, apa Ade nggak bawa ponselnya?" tanya Randy.
"Sepertinya begitu." ucap Dania.
Randy dan Dania pun bergegas menghampiri Raydan.
"Apa Ade nggak bawa ponsel?" tanya Randy.
Raydan pun menggelengkan kepalanya.
"Ah, benar-benar anak itu." ucap Randy.
Randy benar-benar cemas dengan keadaan Rayna.
Apalagi Rayna adalah gadis yang begitu polos.
Tak lama terdengar suara ponsel Raydan yang berdering.
Raydan mengerutkan dahinya saat melihat ada nomor yang tak di kenal menghubunginya.
Dengan malas, Raydan pun menjawab telpon itu.
"Halo, siapa, nih?" tanya Raydan dengan malas.
"Abang, ini Ade." ucap Rayna dari telpon.
Raydan membulatkan matanya.
"Ade? Apa ini Ade Rayna?" tanya Raydan.
Randy dan Dania pun ikut terkejut saat Raydan menyebut nama Rayna.
"Iya, Bang. Memangnya Ade siapa lagi?" ucap Rayna.
"Papa mau bicara." ucap Randy sambil meminta telpon dari Raydan.
Raydan mengangguk dan memberikan ponsel itu pada Randy.
"Halo, Ade, dimana sekarang? Ade baik-baik saja, kan? Kasih tahu Papa, Ade ada dimana? Papa akan jemput Ade." ucap Randy dengan cemas.
"Ade baik-baik, saja, Pa. Ade ada di apartemen X, di unit 301." ucap Rayna.
Randy mengerutkan dahinya.
"Apartemen siapa itu, De?" tanya Randy.
"Ade nggak tahu, Pa. Ade di bawa kesini pas Ade pingsan waktu di toilet Bandara." ucap Rayna.
"Ya Tuhan," ucap Randy dengan cemas.
Randy langsung memutuskan telponnya dan memberikannya pada Raydan.
"Kenapa, Yank?" tanya Dania yang juga jadi cemas melihat Randy marah.
"Ade di bawa pergi sama orang pas dia pingsan di toilet Bandara, sekarang dia ada di apartemen orang itu." ucap Randy.
"Apa? Tapi, Ade nggak di apa-apain, kan, Pa?" tanya Raydan.
Sungguh Raydan cemas tentang Adiknya itu.
"Semoga saja Ade nggak di apa-apain sama orang itu." ucap Randy.
Raydan mengepalkan tangannya dengan kuat.
Sungguh dia akan menghabisi orang itu jika berani macam-macam pada Rayna.
"Papa akan jemput Ade." ucap Randy.
"Abang ikut, Pa." ucap Raydan.
"Mommy juga ikut." ucap Dania.
Dania menjadi ikut cemas melihat Randy dan Raydan dalam keadaan marah.
"Ya sudah, ayo." ucap Randy.
Mereka pun bergegas menuju mobil dan Randy melajukan mobilnya menuju apartemen yang sudah Rayna sebutkan.
Meski Randy sudah lama tak tinggal di Indonesia, namun dia masih hapal betul jalanan Ibukota, karena dia juga sesekali datang ke Indonesia untuk urusan pekerjaan.
Sesampainya di apartemen yang sudah Rayna sebutkan, Randy, Dania dan Raydan pun bergegas menuju unit 301 yang sebelumnya sudah Rayna sebutkan.
Ting tong.
Randy menekan bel, dan tak lama terbukalah pintu apartemen.
Napas Raydan memburu saat melihat seorang Pria yang tak lain adalah Nando membuka pintu apartemen.
Bugh.
Tanpa basa-basi Raydan memukul wajah Nando, hingga membuat Nando akan tersungkur ke atas lantai.
"Ouuhh ..." Nando meringis merasakan sakit di wajahnya.
"Dimana Rayna, ha? Kamu apakan dia?" tanya Raydan dengan geram.
Randy diam saja melihat pemandangan di hadapannya itu.
Sementara Dania menjadi panik dan mencoba menghentikan Raydan.
"Yank, bilangin Abang, dong." ucap Dania.
"Biarkan saja, pria itu memang pantas di hajar, beraninya dia bawa kabur Ade yang dalam keadaan pingsan." ucap Randy.
"Ya Tuhan, kalian Anak sama Papa sama saja, sama-sama nggak bisa berpikir jernih kalau sedang marah." ucap Dania dengan kesal.
Bugh.
"Sial, main pukul saja." ucap Nando saat dia mendaratkan satu pukulan di wajah Raydan dan membuat Dania semakin histeris melihat anak kesayangannya itu sampai tersungkur karena tak siap menerima serangan dari Nando.
"STOP !" Rayna berteriak dan bergegas menghampiri sang Kakak dan Nando yang tengah berkelahi.
"De? Ade baik-baik saja, kan? Apa ada yang terluka?" tanya Raydan sambil memperhatikan tubuh Rayna.
Raydan takut adik kesayangannya itu akan terluka.
Dia sudah di buat jantungan karena Rayna menghilang.
Dania dan Randy menghela napas lega karena melihat Rayna baik-baik saja.
"Abang, kok, mukulin dia?" tanya Rayna sambil menunjuk ke arah Nando.
"Karena, dia memang pantas mendapatkan nya. Beraninya dia mengambil keuntungan dari pingsannya kamu dan membawa kamu ke sini." ucap Raydan dengan geram.
Rayna membulatkan matanya.
"Tapi, Bang, bukan dia yang bawa Ade kesini." ucap Rayna.
"Apa? Jadi, siapa yang bawa ade kesini?" tanya Randy dan Raydan bersamaan.
"Dia," tunjuk Rayna pada Kevano.
Kevano menelan air liurnya saat Randy dan Raydan menatap Kevano dengan tajam.
Raydan akan memukul wajah Kevano, namun Dania langsung menahan tangannya.
"Sudah, cukup ! Mommy nggak mau kamu jadi pria yang kasar." ucap Dania dengan menatap tajam ke arah Raydan.
Raydan menghentikan tangannya dan menghela napas kasar.
"Sudah, lah, Mommy capek. Kalian kalau masih mau di sini, terserah." ucap Dania dengan malas.
"Ayo, De, kita pulang." ucap Dania sambil menarik Rayna pergi dari unit apartemen Kevano.
Raydan dan Randy pun pergi menyusul Dania.
"Gimana, nih, Pa? Mommy jadi marah, Pa." ucap Raydan.
"Ya, biarkan saja. Wanita memang seperti itu. Apalagi, Mommy kamu sedang datang bulan, dia akan berubah menjadi macan." ucap Randy.
"Apa? Kok, Papa tahu?" tanya Raydan dengan bingung.
"Astaga, anakku ganteng-ganteng, polos banget." batin Randy.
Randy pun merangkul bahu Raydan.
"Saat kamu sudah punya Istri, nanti, kamu akan tahu segalanya tentang Istrimu." ucap Randy.
Raydan mengerutkan dahinya.
Dia sungguh tak mengerti dengan ucapan sang Papa.
Sementara di apartemen Kevano, Nando mendengus kesal karena dirinya jadi sasaran hantaman Raydan yang sudah salah paham terhadapnya.
"Gila, kamu yang bawa gadis itu, tapi aku yang kena bogem bocah sialan itu." ucap Nando sambil memegangi wajahnya yang masih terasa ngilu.
Kevano pun terkekeh melihat Nando.
Dugh.
"Sial," umpat Nando sambil melemparkan bantal ke arah Kevano yang masih saja terkekeh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Milla Azzahra
lnjuut
2021-12-23
0
Momo R
untuk di season 2 ini lucu2 jdi gk terlalu datar
2021-11-17
0
Darmawan Putra
senyum2
2021-10-27
0