Malam hari.
Semua anggota keluarga di kediaman Randy kini tengah menikmati makan malam.
Setelah Rayna sempat menghilang siang tadi, Randy pun memutuskan untuk menunda kepergian Raydan dan Rayna ke Australia.
"Setelah makan malam, Abang sama Ade, ke ruangan Papa. Papa mau bicara." ucap Randy yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.
Raydan dan Rayna saling tatap dan mengangguk.
"Iya, Pa." ucap Raydan dan Rayna bersamaan.
Perasaan Raydan menjadi tak enak, jangan-jangan sang Papa akan memarahinya karena masalah siang tadi. Pikir Raydan.
Begitupun dengan Rayna yang memiliki perasaan tak enak seperti sang Kakak.
Sementara Dania tetap menikmati makan malamnya dengan sesekali melihat ke arah ketiga orang yang dia sayangi itu.
Tak lama Randy pun meninggalkan meja makan dan pergi menuju ruang kerjanya.
"Mom," panggil Raydan.
"Ya," sahut Dania.
"Papa marah, nggak, ya, sama Abang?" tanya Raydan.
Dania menghentikan makan malamnya dan menenggak air putih di gelas miliknya.
"Papa hanya ingin bicara, bukan? Papa nggak bilang, kan, mau marah sama Abang?" ucap Dania.
"Ya, kali, Mom, mau marah bilang dulu." ucap Raydan.
"Abang takut?" tanya Dania.
Raydan melihat sekeliling, berharap tak ada sang Papa di sana.
Raydan pun mengangguk.
Dania menghela napas dan bangun dari duduknya.
"Mommy nggak pernah mengajarkan Abang untuk menjadi laki-laki pengecut, hadapi saja apa yang semestinya di hadapi. Jadilah pria bertanggung jawab dengan apa yang sudah di perbuat." ucap Dania.
"Tapi, kan, Abang nggak salah, Mom." ucap Raydan mencoba membela diri.
"Mommy tahu, ini semua kesalahan Mommy. Mommy salah sudah membiarkan kalian pergi tanpa di dampingi. Mommy akan bicara dengan Papa kalian." ucap Dania.
Dania pun pergi meninggalkan meja makan.
Raydan terdiam dan melihat ke arah Rayna.
"Gimana, dong, De? Papa seram, kan, marahnya?" ucap Raydan.
"Ade juga salah, Bang. Pasti Papa marahin Ade juga." ucap Rayna dengan sendu.
Raydan terdiam sejenak, dan menarik Rayna untuk ikut bersamanya.
"Ya sudah, yuk. Kita samperin Papa. Tenang saja, ada Abang." ucap Raydan .
"Huh, tadi Abang takut." ucap Rayna.
Raydan tersenyum canggung dan merangkul bahu Rayna.
"Nggak jadi, takutnya. Abang, kan, Pria. Jadi, Abang akan bertanggung jawab." ucap Raydan.
Rayna pun terkekeh mendengar ucapan Raydan.
"Ngomongnya kayak ke pacar saja." ucap Rayna.
"Jangan ngomongin pacar, De. Jomblo, nih." ucap Raydan sambil mengerucutkan bibirnya.
"Jih, jomblo beneran, loh, nanti." ucap Rayna.
"Emang jomblo." ucap Raydan
"Si Jenny, mau di kemanakan?" tanya Rayna.
"Jih, Abang nggak sudi dekat dia lagi." ucap Raydan sambil menggidigkan bahunya.
Rayna mengerutkan dahinya dan menatap Raydan.
"Kenapa, Bang?" tanya Rayna dengan penasaran.
"Nggak apa-apa, nggak suka saja sama mulutnya. " ucap Raydan.
"Nggak suka? Bau, ya, Bang?" tanya Rayna dengan polos.
Kini dahi Raydan yang mengerut dan menatap Rayna.
"Bau?" ucap Raydan dengan heran.
Rayna mengangguk dan teringat akan sang Mommy dan Papanya yang pernah dia pergoki tengah berciuman di kamar. Rayna berpikir, Raydan tak menyukai Jenny lagi karena mulut Jenny memiliki aroma bau.
"Iya, mulutnya si Jenny bau, ya? Makanya, Abang nggak mau dekat-dekat dia lagi." ucap Rayna.
Raydan terkekeh dan memeluk gemas tubuh mungil Rayna.
"Kok, tahu, sih, De?" ucap Raydan.
Rayna tersenyum dan mengangguk.
"Cuma nebak." ucap Rayna.
Raydan pun tersenyum.
Sebetulnya Raydan tak ingin lagi dekat dengan Jenny karena Jenny sudah berani menghina Rayna.
Raydan begitu menyayangi Rayna, karena itu dia tak akan terima jika ada orang yang berani menghina Adik kesayangannya itu.
Mendadak ekspresi keduanya berubah tegang saat sudah sampai di depan pintu ruangan sang Papa.
"Oke, De, tarik napas dalam dulu, habis itu, kita keluarkan, biar rileks." ucap Raydan.
Rayna mengangguk dan menarik napas dalam kemudian mengembuskan perlahan.
Raydan dan Rayna pun membuka pintu ruangan sang Papa, terlihat sang Papa yang tengah duduk sambil mengetuk kan jarinya di atas meja.
"Tutup pintunya." ucap Randy.
Raydan dan Rayna pun masuk dan menutup pintu.
"Duduk." ucap Randy sambil melihat ke arah kursi, meminta Raydan dan Rayna agar duduk berhadapan dengannya.
Raydan dan Rayna pun duduk berhadapan dengan Randy.
Randy menarik napas dalam dan mengembuskan nya perlahan.
"Maafkan, Papa." ucap Randy.
Raydan dan Rayna saling tatap dan melihat ke arah sang Papa.
"Papa nggak marah, sama kita?" tanya Raydan.
"Kenapa harus marah?" tanya Randy.
"Abang pikir, Papa akan marah karena Rayna hilang, siang tadi." ucap Raydan.
Rayna mengangguk dan menatap Randy.
"Iya, Ade pikir, Papa juga akan marah sama Ade, karena Ade ceroboh sudah pingsan di toilet Bandara." ucap Rayna.
Randy menarik napas dalam dan mengembuskan nya perlahan.
Randy pun tersenyum melihat wajah kedua buah hati yang amat dia sayangi itu.
Buah hati yang terkadang membuat Randy merindukan masa-masa mereka kecil dulu.
Benar kata orang, saat anak masih kecil, kita ingin mereka segera tumbuh menjadi besar. Namun saat mereka sudah besar, kita justru merindukan saat-saat mereka kecil dulu.
"Mana mungkin Papa marah sama kalian, apalagi kalian nggak salah." ucap Randy.
"Papa yang salah, karena lalai menjaga kalian. Harusnya Papa nggak membiarkan kalian pergi berdua. Kalian masih menjadi tanggung jawab Papa dan Mommy." ucap Randy.
"Nggak apa-apa, kok, Pa. Papa nggak salah, Mommy juga nggak salah." ucap Rayna.
"Iya, kan, Bang?" ucap Rayna sambil melihat ke arah Raydan.
"Iya, Pa." ucap Raydan.
Randy tersenyum dan mengangguk. Dia pun bangun dari duduknya dan merentangkan tangannya.
"Sini, peluk Papa." ucap Randy.
Raydan dan Rayna pun menghampiri Randy dan memeluk Randy.
"Papa sayang kalian." ucap Randy.
Rayna dan Raydan pun mengangguk.
"Ya sudah, kalian istirahat." ucap Randy sambil mengecup pucuk kepala Rayna dan mengusap lembut kepala Raydan.
Kedua Kakak beradik itu pun pergi dari ruangan Randy.
Randy pun keluar dari ruangannya.
Dia akan pergi menuju kamarnya, namun dari lantai atas dia melihat seseorang yang begitu tak asing.
Terlihat sang Papa mertua tengah bicara dengan Dania di ruang keluarga.
Randy pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar.
Dia memilih menghampiri Papa mertuanya itu.
"Baru datang, Pa?" tanya Randy.
Papa Hamish melihat ke arah Randy dan mengangguk.
"Iya, Papa dengar dari Dania, tadi siang, katanya Rayna sempat hilang." ucap Papa Hamish.
"Ya, sekarang dia lagi istirahat diatas." ucap Randy.
Papa Hamish pun mengangguk.
Dania penasaran dengan apa yang sudah Randy bicarakan dengan kedua anaknya itu, Dania pun pamit untuk menemui anak-anak.
Kini tinggal lah Randy dan Papa Hamish di ruang keluarga.
Randy dan Papa Hamish pun duduk di sofa dengan posisi berhadapan.
Papa Hamish menarik napas dalam dan mengembuskan nya perlahan.
Dia melihat ke lantai atas untuk memastikan Dania tak ada di sana.
"Kita harus bicara." ucap Papa Hamish.
"Bicara saja, dari tadi, pun, sudah bicara, bukan?" ucap Randy.
"Sudah 16 tahun berlalu, apa kita tidak bisa mengakhiri semua ini?" ucap Papa Hamish.
Randy mengerutkan dahinya.
"Maksudnya apa, ya?" tanya Randy.
"Sudah, lah, Rand. Saya sudah muak dengan semua ini. Kita akhiri saja semuanya, demi Dania dan anak-anak." ucap Papa Hamish.
Randy pun terkekeh.
Lucu sekali rasanya mertuanya itu membahas masalah 16 tahun lalu, yang sudah jelas Randy tahu betul pembahasan itu mengarah pada waktu Randy harus mengalami kecelakaan dan sempat mengalami amnesia.
"Papa bilang demi Dania dan anak-anak? Kenapa Papa juga tidak berpikir hal yang sama sebelum melakukannya?" tanya Randy.
"Kamu harusnya mengerti, Randy, saya emosi saat itu. Saya marah melihat video kamu bersama jalang itu sedang dalam keadaan polos tanpa sehelai kain, pun. Di tambah lagi, terlihat jelas bercak merah di tubuh wanita itu. Tentu saja saya murka saat melihatnya. Saya benci dengan kelakuan bejat kamu." ucap Papa Hamish dengan nada mulai geram.
Sungguh dia kesal jika mengingat video Randy bersama seorang wanita sedang dalam keadaan polos tanpa sehelai kain di dalam sebuah kamar hotel.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada sepasang mata basah yang terus memperhatikan Mertua dan Menantu itu dari lantai dua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
ArieEni
katnya dulu cm main pakai jari sm wanita2 to sekarang kenyataannya ternyata merawanin anak gadis org, gmn yah reaksi dania stlh mendengarnya apalagi itu rahasia sdh tersinpan lama bgt
2021-09-29
1
Lia Dahlia
oh begitu
2021-03-24
0
al - one ' 17
papa hamish dapat video mesumnya randy dri siapa y ??? pst ada orang yg g suka tuh
2021-02-23
2