Pagi hari.
Randy membuka matanya dan melihat ke arah samping, namun tak ada Dania di sampingnya.
Pandangan Randy melihat ke arah pintu menuju balkon yang terbuka, dia pun bangun dan melangkah menuju balkon.
Terlihat Dania yang tengah duduk dengan majalah di tangan kirinya dan secangkir cokelat hangat di tangannya.
"Yank," panggil Randy.
"Hai, Yank, sudah bangun?" ucap Dania sambil tersenyum melihat Randy walau sekilas.
Randy mengangguk dan menghampiri Dania.
"Kamu lagi apa?" tanya Randy.
"Nggak ada, aku lagi lihat majalah pemotretan produk terakhir aku." ucap Dania dengan pandangannya yang terus fokus ke arah majalah di tangannya.
Randy mengangguk, dan duduk berhadapan dengan Dania.
"Oh, ya, aku sudah menyuruh Jack untuk urus kepindahan sekolah anak-anak ke Indonesia." ucap Dania.
"Apa? Kok, kamu nggak bicarakan sama aku dulu? Anak-anak, kan, tinggal dua bulan lagi selesai sekolah. Kenapa harus pindah sekarang?" tanya Randy.
"Aku nggak mau kejadian kemarin terulang lagi, aku nggak mau anak-anak sampai kenapa-kenapa. Aku juga sudah pilih sekolah terbaik, tentunya sekolah tempat kita sekolah dulu." ucap Dania.
Randy terdiam dengan menatap lekat wajah Dania.
Entah mengapa, Istrinya itu sejak tadi tak ingin menatapnya.
"Oh, ya, aku siapin sarapan untuk kamu dan anak-anak dulu, ya." ucap Dania sambil berdiri dan akan masuk kembali ke dalam kamar.
Dengan cepat Randy bangun dari duduknya dan menahan tangan Dania.
"Kenapa?" tanya Randy.
Dania tetap enggan menatap mata Randy, membuat Randy harus memutar paksa wajah Dania agar berhadapan dengan wajahnya.
Dania mengalihkan padangannya, dia benar-benar enggan menatap mata Randy.
Sungguh hatinya sakit sekali dan tak sanggup menatap Randy.
"Lihat aku." ucap Randy.
Bukannya melihat ke arah Randy, Dania justru memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kenapa kamu nggak mau lihat aku?" tanya Randy dengan bingung.
"Aku mau siapin sarapan dulu." ucap Dania.
"Aku nanya, kenapa nggak jawab?" tanya Randy.
"Aku nggak apa-apa, aku mau ke bawah dulu, nanti keburu anak-anak bangun." ucap Dania sambil melepaskan paksa tangan Randy.
Randy hanya diam, sambil memperhatikan punggung Dania.
Ada yang berbeda dengan sikapnya.
"Apa dia masih marah?" gumam Randy.
Randy berpikir Dania masih marah karena kejadian semalam, namun meski Dania marah, rasanya Dania tak pernah enggan untuk menatap Randy.
Bahkan di saat marah, Dania justru akan lebih berani menatap Randy dan akan memarahi Randy, bukan malah menghindari Randy.
Randy pun memilih masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
*******
Di meja makan.
Semua anggota keluarga tengah menikmati sarapan, di tengah kegiatan sarapan, datanglah Papa Hamish dan Mama Rania.
Mendadak ekspresi Dania berubah masam saat melihat ke arah sang Papa.
Randy yang merasa perubahan ekspresi wajah Dania pun mencoba menggenggam tangan Dania, namun Dania segera menghindari tangan Randy.
"Pagi kesayangan Oma," sapa Mama Rania.
"Wah, Oma, Opa, kalian datang?" ucap Rayna sambil menyunggingkan senyum bahagianya.
Mama Rania tersenyum dan duduk di sebelah cucunya itu dan Papa Hamish duduk di sebelah Dania.
"Aku sudah selesai." ucap Dania saat Papa Hamish baru saja duduk di dekatnya.
Randy menghentikan makannya dan akan bangun dari duduknya.
"Mama ada urusan sama Dania, Mama ke atas dulu." ucap Mama Rania sambil melihat ke arah Randy dan Papa Hamish.
Randy mengangguk dan kembali duduk.
Papa Hamish hanya duduk diam tanpa mengatakan apapun.
Rayna yang teringat Dania menangis semalam pun, menjadi berpikir orang tuanya itu sedang ada masalah.
"Ade sudah selesai sarapan, Ade ke kamar duluan. Yuk, Bang." ucap Rayna sambil menarik Raydan yang masih belum selesai sarapan.
"Abang belum selesai." ucap Raydan.
Rayna mengambil piring sarapan Raydan dan membawanya ke lantai atas.
Raydan pun mendengus kesal dan terpaksa mengikuti Rayna menuju lantai atas.
"Kita harus bicara." ucap Papa Hamish saat sudah tak ada Raydan dan Rayna lagi.
"Mau bicara apa lagi? Apa belum cukup membuat Dania menangis?" tanya Randy sambil menatap Papa Hamish.
Papa Hamish menarik napas dalam dan mengembuskan nya perlahan.
"Kamu tidak bisa hanya menyalahkan saya, karena, kamu pun ikut bersalah." ucap Papa Hamish.
"Apa salahku? Apa karena video itu? Itu video masa lalu aku. Aku akui, di video itu memang aku, tapi semua itu terjadi saat aku tidak nggak sadar. Aku bahkan berani bersumpah, aku dan wanita itu nggak sampai melakukan hubungan intim." ucap Randy.
"Apapun itu, saya tetap kesal dengan kelakuan kamu." ucap Papa Hamish.
Randy mengusap wajah kasar dan tersenyum sinis.
Sungguh dia tak ingin lagi berdebat dengan Papa mertuanya yang tak ingin mengalah itu.
Sebetulnya Randy akan mencoba memaafkan Papa Hamish, jika Papa Hamish meminta maaf padanya.
Papa Hamish tahu yang sebenarnya, Papa Hamish juga tahu kejadian di video itu terjadi sebelum Randy dan Dania menikah. Tapi, dia enggan meminta maaf pada Randy karena telah membuat Randy celaka.
Sungguh akan jatuh harga dirinya jika dia mengucapkan kata maaf.
"Sudahlah, Papa kesal, bukan? Papa sudah menghukum ku dengan membuat aku kecelakaan mobil, waktu itu. Kakak dari wanita itu, pun, sudah menghukum ku. Kalian berdua sudah menghukum ku. Jadi, sekarang Papa mau apa lagi?" tanya Randy dengan malas.
"Saya ingin, kamu membantu saya untuk bisa bicara dengan Dania. Saya yakin, dia sedang marah pada saya, saat ini." ucap Papa Hamish.
Randy terdiam sejenak.
"Masalah itu, aku nggak bisa bantu." ucap Randy sambil bangun dari duduknya.
"Saya belum selesai bicara." ucap Papa Hamish.
Randy terdiam dan menatap Papa Hamish.
"Papa yang memulai segalanya, Jadi, Papa yang harus mengakhiri segalanya. Silahkan Papa selesaikan masalah Papa dengan Dania, itu akan lebih baik. Bagaimana pun kalian Ayah dan anak, akan lebih baik jika bicara berdua." ucap Randy.
Randy pun pergi meninggalkan Papa Hamish yang masih berada di meja makan.
*******
Di kamar.
"Sayang, bicaralah dengan Papa. Kasihan Papa, dia terus kepikiran kamu." ucap Mama Rania.
"Kasihan? Apa aku harus kasihan pada orang yang ingin membunuh suami aku?" tanya Dania.
Mama Rania menarik napas dalam dan mengembuskan nya perlahan.
Dia bisa merasakan Dania terluka saat ini, namun dia pun merasa kasihan pada sang Suami.
"Papa melakukan semua itu karena ada alasan, Dania. Nggak mungkin Papa kamu akan dengan gila mencelakai Randy kalau semua itu tanpa alasan." ucap Mama Rania.
"Tapi, kenapa harus dengan cara seperti itu, Ma? Gimana kalau waktu itu Randy meninggal? Gimana nasib aku dan anak-anak? Aku Istri Randy, aku bahkan lebih kenal Randy dari pada Papa. Atas dasar apa Papa menghakimi Randy seperti itu? Aku tahu Randy salah, tapi itu masa lalu dia, Ma. Meski menyakitkan buat aku, aku sudah tahu gimana nakalnya Randy dulu, dan aku terima semua masa lalu dia." ucap Dania.
Mata Dania memerah, dia menuduk dengan wajahnya yang sendu.
"Mama mengerti. Tapi, ketahuilah, Papa kamu sama sekali nggak ada niat membunuh Randy. Papa hanya ingin memberikan pelajaran pada Randy, meski akhirnya semuanya terlambat. Mama sempat marah pada Papa, tapi, Mama mengerti akhirnya, Papa kamu sayang pada kamu Dania, dia hanya nggak mau kamu terluka." ucap Mama Rania.
"Sudahlah, Ma, aku muak sama Papa." ucap Dania.
"Tidak, Dania, jangan seperti itu. Ini semua hanya ke salah pahaman. Papa kamu nggak tahu kalau video itu terjadi sebelum Randy dan kamu menikah." ucap Mama Rania.
"Mama bisa bilang gitu, karena Mama bukan aku. Gimana kalau Mama ada di posisi aku? Aku bahkan hampir gila, Ma, karena harus berjuang sendiri demi mengembalikan ingatan Randy saat itu." ucap Dania.
"Tidak, kamu tidak berjuang sendiri. Papa kamu pun ikut membantu kamu memperjuangkan kembali cinta kamu, Papa berusaha memperbaiki kesalahannya dengan membantu kamu masuk ke universitas yang sama dengan Randy agar kamu bisa selalu dekat dengan Randy." ucap Mama Rania.
"Jadi aku harus gimana? Apa aku harus maafin Papa?" tanya Dania.
"Belajarlah memaafkan Papa kamu, Dania. Lihatlah, dia sudah tua dan hanya ingin hidup bersama anak-anak dan cucunya." ucap Mama Rania.
"Sekarang, kalau aku maafin Papa, apa akan bisa menghilangkan rasa malu aku terhadap Randy?" tanya Dania.
"Aku malu, Ma. Aku bahkan nggak berani menatap Randy, hati aku sakit, Ma, aku nggak tahan." ucap Dania.
Mata Dania memerah, air matanya tak bisa lagi dia tahan, sehingga lolos lah sudah.
Sungguh hatinya terasa tercabik mendapat kenyataan suaminya itu celaka karena ulah sang Papa.
Tanpa mereka sadari, Randy mendengarkan percakapan antara Ibu dan Anak itu dari luar pintu kamarnya yang tak tertutup rapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
erka senda
ribet kalau org tua ikut campur urusan rmh tangga anaknya. sekalipun bentuk kasih sayang harusnya tidak perlu terlalu jauh ikut campur, bagaimana pun tugas org tua sebagai pemberi nasehat dan masukan kepada anak apabila salah bukan main hakim sendiri. semoga dari kisah ini bisa jadi pembelajaran buat saya dan kita semua lah, walaupun hanya fiktif ceritanya cukup bagus. 👍
2023-01-28
0
Natalius Natal
Mertua kurang ajar
2021-10-27
0
Lia Dahlia
sedihh yjor
2021-03-24
0