"Jadi mereka berdua sudah pulang seminggu yang lalu? Apakah ada yang tahu mereka tinggal dimana?" tanya Lukas kepada perawat yang biasa mengontrol keadaan Gilang, di lantai dimana Gilang dirawat.
"Dokter sudah menyatakan sembuh, Mas.. dan kami tidak tahu tinggal dimana, mungkin Sus Er tahu, tapi sayang sekali Sus Er sedang cuti" kata perawat itu kemudian.
"Baiklah kalau begitu" kata Lukas dengan wajah lesunya meninggalkan tempat itu.
Ini semua karena Mamanya, hampir seminggu lebih Lukas di dalam penjagaan Mamanya yang terkenal sangat over kepadanya, sehingga selama satu minggu lebih Lukas tidak bisa menemani Diana walaupun dari kejauhan. Setelah melihat Gilang sadar, hal itu membuat Lukas merasa lega bukan kepalang, namun entah mengapa Lukas masih saja tidak berhenti untuk mengunjungi Diana, rasa kasihannya begitu besar, sampai Lukas lupa bahwa Diana telah menikah dan ada memilikinya.
Dengan langkah gontai, Lukas memasuki ruang kerjanya yang bersebelahan dengan Mario, setelah perjalanannya dari Rumah Sakit, Lukas memutuskan untuk ke kantor.
"Dari mana saja kamu, Lukas.. " tanya Mario menghampiri ruangan Lukas dan duduk dihadapannya.
"Biasalah.. Gadis itu sudah pergi.. Suaminya sudah dinyatakan sembuh dan hari ini mereka sudah pergi dari rumah sakit itu" kata Lukas.
"Hahaha.. kenapa kau tidak menangisinya.. ingatlah dia sudah bersuami.. lupakanlah.. aku rasa kau jatuh cinta padanya" tuduh Mario.
"Enggak Brad.. aku hanya bersimpati kepadanya, tidak kurang dan tidak lebih" sanggah Lukas.
"Apa kau tidak sadar yang kau lakukan? Kau tidak berbuat sebagaimana mestinya orang menolong.. Kau selalu kesana walaupun itu cuma sebentar" Mario kembali tergelak.
"Bukankah seharusnya mereka malam pertama saat itu.. tapi Mateo menabraknya.. itu yang menggangguku, entahlah aku kasian dengan gadis itu" kata Lukas.
"Sstt.. Mungkin nanti malam adalah malam pertamanya.. makanya kau kesal kehilangan kesempatan tidak bisa mengikutinya.. Kau bisa mengintipnya di balik jendela kan" goda Mario kembali terkekeh.
"Brad.. come on.. " Lukas terlihat kesal.
"Baiklah aku tunggu laporanmu.. dan carikan aku orang yang bisa mengerjakan administrasi kantor.. sisipkan di bagian HRD katanya mereka butuh beberapa ahli potong dan kita kekurangan orang untuk cuci kramas dan bersih- bersih.. aku heran, wanita keramas saja di salon, kenapa tidak dirumah" kata Mario bangkit berdiri dan keluar dari ruangan Lukas.
*****
"Mas.. kamu mau makan dikursimu atau di kursi makan" tanya Diana.
"Di kursi saja" kata Gilang singkat.
Lalu seperti biasa Diana memeluk Gilang dan tangan Gilang menumpu pada meja agar bisa duduk di kursi makan.
"Mas.. kamu mau pake sambal?" dengan cekatan Diana mengambilkan nasi dan beberapa lauk saat mereka makan siang.
"Diana, uang kamu masih berapa? Kamu besok cek saja saldo terakhirku ya.. Mas lupa.. terakhir itu Mas masih ada 125 juta dan kamu pegang saja, kamu pakai uang itu untuk keperluanku terapi" Gilang menikmati makan siang dengan masakan Diana yang ala kadarnya.
"Iya mas aku akan ke bank besok, aku masih pegang uang cash satu juta Mas, di ATM ku masih ada 75 juta Mas, aku sudah bilang kan uang kompensasi itu, di transfer ke rekeningku, uang pribadiku hanya 27juta saat itu, aku menggunakannya untuk rumah ini" kata Diana.
"Kamu melakukannya dengan sangat baik Diana, Maafkan Mas.. belum bisa membahagiakanmu" kata Gilang dengan matanya yang memerah.
"Mas sudahlah.. Aku sudah bilang berkali- kali aku bahagia sekarang.. Aku melihatmu bangun itu sudah cukup membuatku bahagia, melihatmu seperti ini.. duduk makan bersamamu dan berbicara denganku.. itu sangat membuatku bahagia.. aku sangat bersyukur Mas.. aku mencintaimu Mas" kata Diana dengan senyuman hangatnya.
"Aku juga mencintaimu, Diana" Gilang meneguk air minumnya yang sudah disediakan Diana. "Kita harus bekerja sesuai dengan rencana awal, tapi mengingat kesehatanku, aku akan mencari freelance atau apapun itu, aku tidak bisa tinggal diam, Diana" Gilang meneruskan kata- katanya.
"Mas jangan pikirkan itu, aku tidak bisa meninggalkan dirimu, aku akan buka usaha dirumah saja Mas, buka warung makan atau warung kelontong, setidaknya uang kita berputar Mas dan aku bisa selalu bersamamu dan menjagamu" Diana meneguk air putih.
"Diana, siapa yang mau beli kalau buka warung atau rumah makan disini? Lihat ini jalan buntu, kita sendiri ditengah pekarangan, aku sudah bisa sendiri, mulailah mencari lowongan pekerjaan Diana, kita tidak bisa mengandalkan sisa uang yang ada" Gilang memberi pengertian.
"Tapi Mas.. sebulan ke depan Mas harus terapi seminggu tiga kali, aku belum bisa bekerja, biarkan dulu Mas.. sampai Mas ada kemajuan.. percayalah Mas.. kita akan melewati ini semua" kata Diana membereskan piring kotor karena mereka telah selesai makan siang.
"Heii.. aku bisa mengantarkan pasienku, Diana" kata seseorang memasuki pintu rumahnya dan langsung masuk ke ruang tengah dan menghampiri meja makan.
"Erika.. Sudah makan belum? Ayo makanlah.." Diana mempersilahkan tamu itu yang tidak lain adalah Suster Erika.
"Aku sudah makan, Diana.. Aku membawakan bika ambon kesukaan Gilang nih, mumpung masih anget, tetanggaku jualan kue, aku kasian jualannya lagi sepi" kata Erika membuka kardus bika ambon.
"Aku akan membuatkanmu teh, Erika duduklah" kata Diana membawa piring kotor, menuju dapur dan membuatkan teh untuk Erika.
"Tetanggaku kerja disalon, katanya lagi membuka lowongan pekerjaan, dicarinya lulusan SMP, SMA dan D1 untuk administrasi, coba saja Diana, karena tempatnya tidak jauh dari sini, yaa dua kali naik angkutan umum" kata Erika di dengar oleh Diana dari dapur.
"Coba saja, Diana.. Jangan pikirkan aku, kita tidak mungkin bertahan dari uang itu" kata Gilang mengusap tangan Diana, saat Diana meletakkan secangkir teh untuk Erika.
"Mungkin aku akan menunggu terapimu dulu Mas" Diana kembali duduk.
"Diana, takutnya lowongan segera di tutup, kau akan kehilangan kesempatan.. Begini saja, saat jadwal terapi, Gilang bisa berangkat bersamaku, pulangnya bisa kau jemput, kau bawa mobil hanya saat kerja saja, bagaimana?"
"Apakah tidak merepotkan Er?" tanya Gilang.
"Iyaa Erika, kita sudah banyak merepotkanmu, entah apa aku bisa membalas kebaikanmu selama ini" ujar Diana.
"Aku sudah menganggap kalian saudara, tidak usah di pikirkan, aku senang membantu, aku sudah biasa di sekitar sini" kata Erika menyesap teh buatan Diana.
"Nanti aku akan pikirkan dulu" kata Diana kemudian.
"Itu lukisan mu, Diana? Siapa yang melukis" mata Erika tertuju pada sebuah lukisan gadis SMA dengan bando merah.
"Iya Erika, itu foto ku waktu SMA, aku baru memasangnya tadi pagi, aku baru sempat membongkar koper-koperku dan itu lukisan Mas Gilang" kata Diana menyerahkan obat- obatan ke Gilang.
"Gilang kenapa kau tidak melukis saja, kau berbakat, kau bisa menjual lukisanmu, kau bisa mendapatkan penghasilan tidak perlu memikirkan bekerja" kata Erika.
"Ide yang bagus Mas" kata Diana dengan mata berbinar.
"Tapi aku tidak percaya diri" kata Gilang.
"Mas ayolah.. lukisanmu bagus, aku kan sudah bilang dari dulu.. setidaknya lakukan untuk mengisi waktu luangmu saat menungguku di rumah" kata Diana.
"Jadi kau mau bekerja Diana, kamu mau mencobanya?" tanya Gilang dengan gembira.
"Iya Mas aku mau" jawab Diana penuh keyakinan.
"Terima Kasih Diana" Gilang meraih tangan Diana, digenggamnya dan mencium tangan Diana, harapan baru bersinar di hati Gilang.
"Sudah- sudah.. sekarang bagaimana kalau kita cari alatnya, aku tahu toko di mall dengan harga murah dan kamu akan mendapat order pertamamu Gilang, aku mau order lukisan padamu" kata Erika mengusik kemesraan mereka.
"Mas.. Lihat Erika menjadi pelanggan pertamamu.. Ayo mas aku akan mengganti pakaianmu, kita akan ke Mall.. aku sekalian mau ke toko ponsel Mas, kita harus memperbaiki ponsel kita" kata Diana penuh semangat.
"Baiklah ayoo.. terima kasih Erika atas idenya.. kami berhutang budi padamu" kata Gilang seperti mendapat jalan dari kebuntuannya.
"Aahh sudahlah jangan di pikirkan, aku akan mempromosikan hasil lukisanmu nanti, besok aku akan berikan fotoku padamu, kau harus melukis wajahku, awas yaa harus bagus" kerling Erika.
"Aku akan melakukan yang terbaik Er" kata Gilang dengan senyum penuh harapan.
Setelah bersiap mereka menuju ke sebuah pusat perbelanjaan, wajah penuh kebahagiaan terpancar di mata mereka, sebelum datang penderitaan yang berkepanjangan yang akan datang silih berganti. Kutukan? Apakah kau percaya Diana? Apakah keyakinanmu bisa mengalahkan kutukan? Berapa orang yang percaya bahwa Sebuah Kutuk itu bisa di ubah TUHAN menjadi berkat kebahagiaan? Satu Orang? Dua Orang? Tidak! Hanya Diana dengan segala kebesaran hatinya yang yakin dan percaya! Bagaimana denganmu Gilang?
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangku yaa Reader Tersayang.
Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku yang padat.
Terima kasih Reader tersayang 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Nur Cahya
harapan dan kebahagiaan diana ada di mario...
gilang putus asa dengan keadaan nya
2023-10-02
0
Aqua_Chan
erika mencurigakan ehh
2022-09-21
0
💕Desember💞
Was² sm Erika...
2022-07-05
0