Semakin di basuh air dingin, Gilang semakin tidak bisa menahan kantuknya, namun Gilang harus menahannya karena jarak pom bensin dan hotel yang dituju sudah sangat dekat, butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapainya. Menginap di Hotel yang akan dituju adalah hadiah dari para sahabatnya untuk berbulan madu di kota XX selama tiga hari, namun siapa sangka Gilang justru akan tinggal di kota itu, membangun hidup dalam mahligai rumah tangganya bersama Diana.
"Mas tidurlah satu jam saja atau biarkan aku yang menyetirnya" kata Diana dengan memohon.
"Tidak apa- apa Diana, kopi sudah menghambat kantukku, sebentar lagi kita sampai" kata Gilang melajukan mobilnya dengan perlahan. Suasana jalan yang lengang membuat beberapa pengendara melajukan kendaraan mereka dengan melaju kencang.
"Mas, aku membawa mantel itu, kau tahu mas.. mantel itu ada cincin berliannya, sepertinya pria itu meninggalkannya di saku mantelnya, aku ingin mengirim pesan kepadanya, agar besok pagi aku bisa memaketkannya di kantor pos terdekat" kata Diana.
"Nomernya ada ponsel Mas, kamu cari saja Diana, namanya Pak Leon" kata Gilang dengan menguap berulang kali dan mengambil ponsel dari sakunya.
Diana mengetik sebuah pesan dan dikirim lewat ponselnya
'Selamat pagi Pak Leon, saya Diana.. sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas pertolongannya, Semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak.. saya gadis yang Bapak tolong, saya akan mengembalikan mantel, apakah ada alamat yang saya tuju untuk memaketkan mantel beserta isinya, karena saya sudah pindah'
"Aku sudah mengirim pesan, semoga pagi ini dibaca, ketika beliau bangun tidur" gumam Diana.
"Diana, umurku sudah cukup untuk memiliki anak, sedangkan kamu belum, apa kau ingin menundanya?" tanya Gilang tiba - tiba.
"Terserah bagaimana Tuhan memberikannya pada kita saja Mas" Diana tersenyum hangat.
"Tapi kita akan bekerja, kita akan menundanya Diana, sampai umur ku 35 tahun dan aku rasa umurmu saat itu sudah cukup" kata Gilang kemudian.
"Kau benar mas, kita harus menundanya" Diana kembali merebahkan kepalanya dilengan Gilang.
"Diana, kau tidak pernah menciumku.. aku sudah menjadi suamimu.. apa kau lupa, sayang?" Gilang mencium kening Diana yang bergelayut di lengannya, mungkin karena cuaca pagi dengan hawa dingin yang menusuk tulang, Gilang hanya ingin merasakan kehangatan Diana, bukankah malam kemarin adalah malam pengantinnya yang seharus dirayakan namun Gilang justru memilih untuk menempuh perjalanan ke kota XX.
"Mas, jangan membuatku malu" Diana mencubit perut Gilang.
"Ayoo cium aku sayang" Gilang mendekatkan wajahnya sesekali matanya melirik spion belakang dan samping.
Dengan malu - malu dan debaran hatinya yang bergemuruh, Diana menegakkan tubuhnya dan mendekatkan tubuhnya, Gilang mengurangi kecepatannya, saat memejamkan matanya Diana dan hampir menyentuh bibir Gilang, Sontak tubuh kedua tiba- tiba dihempaskan dengan keras. Dan.. Mobil dengan kecepatan tinggi berhasil menabrak keras mobil Gilang dari samping hingga terpental dan mengeluarkan suara yang sangat keras, decitan rem mobil keduanya terdengar melingking di ujung pagi, di iringi jeritan Diana dan Gilang secara bersamaan.
CIIIITTTTTT!!!!! BRAAAAKKKKKKK!!! SRRRREEEETTT!!! BRUUUAAAKKK!! CRAAAGGHHH!!! DDDDUUUMMMM!!
"Maaaaassss.... aaaaaaaaaaaw!!" jerit Diana melengking sekuat tenaga menyayat hati.
"Aaaaaaa.. Diaaanaaa!!" dan jeritan Gilang memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya.
Beberapa orang berlarian menolong mereka sedangkan mobil yang menabraknya terlihat masih berdiri tegak dengan bumper yang penyok dan dalam sekejap dikerubungi masa agar tidak bisa kabur dari area kecelakaan.
"Dii..aaa..nna...aaa" suara Gilang menghilang.
"Maa...aaaa..ss.." suara Diana pun menghilang di telan embun pagi, dengan lelehan airmata yang menghangat di pipinya diantara rasa perih yang mendera tubuhnya.
Sementara terdengar sirine polisi dan ambulance bersahutan, memecah keheningan pagi, suara kerumuman orang yang turut menjerit lambat laun menghilang, darah yang bersimbah di tubuh mereka seakan membeku membalut tubuh dua insan itu.
"Ingatlah hari ini Gilang! Kau bukan anak Ibu lagi! Dan kau tidak akan pernah bahagia bersamanya! Hidupmu akan menderita!"
"Jangan menyentuhku! Kau bukan siapa - siapa ku! Karena kau aku kehilangan anakku! Karena kau anakku kurang ajar, apa yang kau ajarkan padanya, sampai anakku menjadi durhaka! Anakku kehilangan tata krama karena kamu!"
"Lihat saja saudaranya apakah ada yang perduli dengan gadis ini, mungkin gadis ini membawa sial dalam keluarganya dan akan membawa sial ke dalam keluarga kami, aku tidak ingin putraku mendapat sial karena menikahinya!"
"Gilang, Ibu bersumpah kau tidak akan bahagia dengannya!"
"Dan Gilang bersumpah, apapun yang terjadi, Gilang tidak akan kembali ke pangkuan Ibu, sebelum ibu memohonnya dan menerima Diana!"
"Kau akan mengorbankan cinta kita demi Ibu seperti dia? Cinta kita putih apa kau tau Diana? Apakah cinta kita sebanding dengan perkataan seorang ibu kepada anaknya? Bahkan seekor harimau tidak mungkin memakan anaknya, entah mengapa aku punya seorang Ibu yang tega menghancurkan anaknya"
"Aku mencintaimu Diana.. Aku akan membahagiakanmu"
"Kamu terlalu banyak menangis, bukankah kau gadis yang kuat? Mengapa kau menyerah.. bangun lah Diana.. kau akan menemukan kebahagiaanmu, jangan terlalu lama menangis, Diana"
"Kau harus bertahan Diana, kau harus yakin kau akan bahagia, kau harus bersandar kepada harapan, kau harus yakin pada Tuhan"
"Haii.. bangunlah.. Diana.. nama mu Diana kan?"
Suara itu bergaung di kepala Diana, berputar - putar dikepalanya di bawah alam sadarnya, dia tidak bisa merasakan apapun, suara itu terus mengikuti mengalahkan raungan sirene yang melengkih ke langit kota di pagi buta itu.
*****
"Bukankah mereka pengantin baru yang ada di pom bensin tadi? Yaa Tuhan.. Aarrghh.. Siaall" Gerutu seseorang.
"Apakah mereka baik baik saja?" tanya seseorang lagi.
"Aku tidak tahu, sepertinya yang laki - laki tidak tertolong hhhuuuhhf" kata seseorang lagi.
"Celaka kitaa!" kata seseorang mengacak rambutnya sendiri.
"Yaa Tuhan.. semoga semuanya baik - baik saja, semoga mereka selamat" kata salah satu diantara mereka.
"Kenapa kau tadi mengebut, aku bilang biar aku yang bawa mobil, itu kan mobilku.. Aargh" kata pemilik mobil.
"Apess kita hari ini.. aarrgghh!" kata sang pengemudi mobil.
"Kita harus bertanggung jawab! Kita akan memperbaiki mobilnya, kita tanggung biaya rumah sakitnya, kita berikan kompensasi atas apa yang telah di alami mereka.. semoga mereka selamat" kata pemilik mobil.
"Aku seperti pernah melihat gadis itu tapi dimana? Siaall" kata pemilik mobil itu lagi.
"Heeiii kaliann! Masuk mobil dan ikut kami ke kantor polisi!! Cepaat!!" Kata salah satu petugas polisi
"Pak kami akan bertanggung jawab pak.. kami mohon pak jangan masukan kami ke dalam penjara!!" kata pengemudi mobil yang menabrak.
"Ayo masukk!! Berikan keterangan kalian di kantor polisi! Kalian harus test urine! kalau sampai ada kandungan alkohol, tamat riwayat kalian!!" kata petugas polisi kemudian.
Gadis itu.. kenapa aku lupa siapa dia.. aku pernah melihatnya dimana.. Tuhan, aku mohon selamatkan mereka.. batin salah satu pemuda pemilik mobil itu.
Kerumunan memudar dan jalanan kembali lengang, cahaya kelam memudar tersingkap mentari pagi yang semburat menguning di ufuk timur.
Tuhan jangan biarkan aku kehilangan senyum itu, senyum yang menemaniku selama 5 tahun yang indah, itu adalah kekuatanku.. Jangan pernah merubah senyuman yang hangat itu, yang selalu menghiasi hatiku.. Tuhan biarkan kami bahagia sedikit saja, Apapun yang terjadi aku akan selalu mencintamu Mas Gilang. Diana
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
🔮S⃟M•🅻Ɇ₥฿Ʉ🅞ℝ🅨𝙪𝙮𝙪ᵔᴥᵔ
mulai dah authornya naruh bawang🥺🥺
2024-01-07
0
Nur Cahya
lukas....lukas....
2023-10-02
0
Evi Octavia
kacian
2022-08-18
0