"Ben, apa papaku ada?" tanya Mario yang tiba- tiba masuk ke ruangan orang bernama Ben.
"Hei Mario, lama sekali tidak melihatmu.. masuklah, apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya seseorang yang bernama Ben.
"Entahlah, aku hanya berusaha melanjutkan hidupku" kata Mario di ambang pintu menuju ruangan Papanya.
"Langsung saja ke ruangan Papamu, dia pasti senang melihatmu berada disini" Ben menunjukan jalan ke ruangan yang dimaksud Aditya.
"Ben, apa ada gadis di bagian resepsionis dengan suara merdu disini? Siapa namanya" Mario menghentikan langkahnya saat memegangan handle pintu yang menghubungkan ruangan Ben ke ruangan Aditya.
"Bukankah semua resepsionis bersuara merdu?" Ben menanyakan kembali dan mengingat 4 resepsionis yang dimaksud Mario.
"Tidak, dia memiliki suara yang sangat merdu dan lembut sekali, suaranya mengingatkan ku pada.. ahh sudahlah lupakan aku akan menemui Papa ku" Mario masuk keruangan papanya, Ben melihat sampai Mario menghilang di balik pintu.
Apakah yang dia maksud adalah Diana. aku harus memastikannya. Ben.
*****
"Akhirnya kau datang, bagaimana keadaanmu.. kau terlihat tua sekali.. Kemarilah duduklah" Kata Aditya mempersilahkan Mario duduk di sofa.
"Bagaimana Rio.. kau sudah pikirkan penawaran papa, untuk pindah ke kota xx siapa tahu kamu dapat jodoh disana, daripada kamu tidak jelas begini" kata Aditya lagi.
"Haahh.. " Mario menghempaskan tubuhnya ke sofa dan menyandarkan kepalanya ke sofa.
"Aku sudah bicara dengan Mama mu, dia sangat setuju kalau kau mau mengelola usaha kesayangannya itu" Kata Aditya suduk di dekat Mario.
"Pa, Mario sudah berpikir panjang, sepertinya Mario akan mengambil tawaran Papa, walaupun itu bukan di bidang Mario, tapi Mario akan mencobanya Pa.. Mario hanya akan melupakan apa yang telah terjadi disini Pa.. Tapi jangan berharap perusahaan disana akan berkembang pesat Pa" Mario mengusap wajahnya dengan kasar.
"Papa juga tidak berharap lebih dengan usaha Mama kamu itu Rio, seharusnya Emily yang menangani ini, bukankah perempuan lebih cocok dengan usaha salon? Tapi kau tahu kan, suaminya tidak menginginkan kakakmu bekerja, setelah mempunyai anak" Aditya menyalakan cerutunya di ikuti Mario menyalakan rokoknya.
"Pa.. Mario tidak keberatan memegang usaha Mama itu, hanya jangan berharap akan berkembang, Mario hanya akan memantau aliran keuangannya saja dari ke 60 outlet yang tersebar di berbagai kota" Mario menghisap pelan rokoknya dan membuangnya ke langit- langit ruangan itu.
"Hahaha kau jangan main- main dengan omset salon Mamamu Rio, satu cabang berkisar *50 sampai 80 juta sebulannya, bahkan di pusat kota xx omsetnya kurang lebih 120 juta sebulan* kau hanya perlu meningkatkan sumber daya manusia dan pertahankan produk berkualitasnya" jelas Aditya.
"Kamu akan bekerja di kantor pusat, gedung itu cuma ada 5 lantai, di lantai satu dan dua digunakan sebagai salon, Lantai tiga sampai lima itu buat administrasi, ruanganmu ada di lantai lima, semua kantor cabang bahkan yang berada di kota ini, akan melapor di kantor pusat kota xx, gudang akhirnya dipindah ke belakang, kamu tahu kan.. Mama kamu dulu merintis usaha pertamanya disana, jadi bekerjalah dengan baik disana, jangan membuat kekacauan, karena hidupmu sudah kacau setahun belakangan ini" kata Aditya menepuk pundak Mario.
"Ada Lukas yang akan membantu Mario nanti Pa" Mario kembali menghisap rokoknya.
"Ponakan kamu itu kadang - kadang bisa diandalkan, hanya kegilaannya kepada perempuan yang susah dihilangkan" Aditya tergelak diikuti Mario.
"Jadi kapan Mario bisa berangkat Pa?" Mario menghela nafas panjang.
"Dalam seminggu ini Papa akan siapkan dokumen kepindahanmu disana, Papa akan urus secepatnya" Aditya mematikan rokoknya.
"Huuff.. baiklah.. mungkin ini yang terbaik buat Mario Pa" Mario mematikan rokoknya saat office boy menyajikan kopi ke ruangan itu.
"Papa harap kamu bisa menemukan cinta sejatimu disana, karena umurmu sudah mau 28 tahun ini, menikahlah umur 29 atau 30 tahun, kamu tidak mungkin begini seterusnya" Aditya menyesap kopinya.
"Gampang itu Pa, Mario mau fokus menata hidup dulu" kata Mario acuh disela menikmati kopinya.
"Ya tapi jangan lama- lama, sebentar lagi kau akan tua" kata Aditya berkelakar.
"Mario permisi dulu Pa, ada hal yang harus Mario lakukan untuk terakhir kalinya" Mario bangkit berdiri memeluk Papanya, lalu Aditya menepuk pundak anak laki - laki satu- satunya.
Mario melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Papanya, namun tidak terlihat Ben di mejanya. Mario memutuskan untuk meninggalkan gedung itu.
Namun hatinya menggelitik mengingat suara di telpon tadi siang, akhirnya dia memutuskan ke ruang HRD, sebelum menuju lift. Namun ternyata Ben telah ada disana.
"Hei Mario, kau sudah selesai?" tanya Ben.
"Sudah, ehm.. aku permisi dulu, Ben" jawab Mario.
"Kau menerima tawaran Papamu?" tanya ben kembali.
"Yaa sepertinya begitu" jawab Mario dengan perasaan tidak nyaman.
Mata Mario beredar ke arah resepsionis namun disana hanya ada seorang laki- laki.
Kemana dia ?
"Masih penasaran dengan si suara merdu?" pertanyaan Ben bernada menggoda.
"Ahh.. tidak lupakan" senyum dinginnya mengembang.
"Ada yang resign hari ini salah satu resepsionis, yang teramat cantik dan bersuara merdu, mungkin itu yang kau maksud" Ben langsung mencari tahu.
"Cepat, sekali informasimu" Mario terkekeh.
"Aku memeriksa cctv saat kau menelpon, rupanya kau terlambat" goda Ben lagi.
"Tidak ada kata terlambat buatku saat ini, Mario setahun yang lalu telah bangkit" Mario terkekeh.
"Baguslah.. sebaiknya kau bersenang - senang nanti malam ikutlah dengan ku.. banyak yang baru disana" kerling Ben.
"Dunia seperti itu sudah tidak menarik lagi buatku, aku ingin kehidupan normal saja, karena satu tahun kemarin aku telah puas berpesta walaupun di pemakaman" wajah dingin Mario terpancar saat itu.
"Wah.. Wah.. sepertinya bertapa di pemakaman membuatmu insaf ya" Ben tergelak.
"Aku telah insaf semenjak mengenal Kenanga dan aku tidak ingin kembali ke kehidupanku sebelum mengenal Kenanga" Mario masih mengedarkan pandangannya diruangan itu, mencari sosok yang membuat hatinya di tumbuhi perasaan aneh.
Ben menyadari itu dan membuatnya di penuhi tanda tanya, namun semua pertanyaan dalam benaknya itu segera di tepiskannya karena Ben tidak ingin mencampuri urusan pribadi orang yang telah menjadi atasannya selama ini.
"Kau masih penasaran? Dengan si suara merdu itu?" tepuk Ben dibahu Mario.
"Sudahlah itu tidak penting, aku hanya merasa Kenanga hidup lagi di suara itu, aku permisi dulu.. aku akan berpamitan dengan Kenanga dan aku akan pergi melanjutkan hidupku, sampai jumpa Ben" Langkah Mario gontai setelah menepuk pundak Ben, meninggalkan gedung itu.
Banyak pasang mata melihat Bos tampan yang menjadi idola dan pernah menjadi atasan mereka muncul lagi di gedung ini setelah kurang lebih satu tahun menghilang. Kini tampak jelas sang Bos terlihat tirus, walaupun guratan ketampanannya masih terlihat jelas.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
Survei data : Johny Andrean, Rudy Hadisuwarno, Mance Salon, Laris Love Beauty Salon, Pointcut by Irwan Team, Christoper Salon, La Femme Salon, Aar Yazuar Hair and Beauty Salon, Hasami Kushi Salon, ItjeHair Salon, Evergreen Salon, The Parlour Dharmawangsa, Alfons Salon, De Coiffure Kemang, Blow and Glow Salon, Blow+Bar Salon, Dandelion Salon, Nobu Salon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Ney Maniez
nnt ktmu ya di pemakaman🤭🤭
saat hjn🤗🤗
2023-08-02
0
Ney Maniez
💪💪💪💪mario
2023-08-02
1
Yayuk Didiet
Lanjutttt...bacaaa....
2022-05-03
1