Diana bersungkur di pusara Ayah dan Ibunya, dia terus menangis tanpa perduli derasnya air hujan yang mendera tubuhnya. Tangisan pilunya membuat hati siapapun tersayat bila ada yang mendengarnya. Perkataan orangtua Gilang membuat hatinya sakit tiada terkira, membayangkan kehilangan Gilang dan menjalani hidup dengan kesendirian membuatnya tidak sanggup menjalani hidupnya.
"Ibu.. Ayah.. kenapa hidup Diana seperti ini.. Mengapa Diana harus sendirian.. Diana harus bagaimana.. Orangtua Mas Gilang tidak menginginkan Diana, bagaimana Diana melupakannya.. Ayah.. Ibu.. bawa Diana pergi bersama kalian.. Diana tidak sanggup lagi.. Diana lelah menjalani hidup ini.. Sejak kecil hidup di panti asuhan tidaklah mudah Ibu.. Ayah.. Mengapa kalian dulu meninggalkan Diana begitu saja.. Ayah.. Ibu.. Diana menyerah, Diana tidak kuat lagi.. aku ingin bersama kalian" Diana menggigil, air hujan dan dinginnya udara sore itu begitu menusuk tulang.
"Ayah.. Ibu.. jemputlah Diana.. katakan pada Tuhan bahwa aku tidak punya siapapun.. Ayah Ibu.. katakan padaNya.. Tuhan pasti mendengarkan kalian.. Tuhan tidak mendengarkanku.. Ayah Ibu.. hiks.. huhuhuhu.. Diana harus bagaimana.. Diana tidak sanggup lagi.. Diana tidak bisa.. Diana takut ibuu.. Ayaahh.. Diana takut.. jemputlah Diana.. jemputlahh anakmu ini.. huuhuuhuuu"
Kini Diana terkulai lemah, kesadarannya berangsur angsur menghilang secara perlahan, Diana hanya menikmati air hujan kini memburu tubuhnya.
Diana memang yatim piatu, hidup di panti asuhan sejak usia 10 tahun tidaklah mudah, sejak kecelakaan mobil yang menimpa kedua orang tuanya, lewat dinas sosial Diana di tempatkan di sebuah yayasan panti asuhan. Mengingat keluarga dari Ayah dan Ibunya tidak ada satupun yang mau menampung Diana. Hidupnya di lewati dengan kesedihan, kadang Diana mempertanyakan mengapa hidupnya tidak adil, mengapa keluarga Ayah Ibunya tidak satupun datang, setidaknya bila tidak mau menampung, keluarganya bisa mengunjunginya.
Bertahun lamanya Diana hanya berteman dengan kesendirian, tidak banyak bicara dan menjadi pendiam, Diana menjadi pribadi yang tertutup, susah bergaul atau berbaur dengan semua temannya, dari kecil yang diterima hanya bulian oleh teman- teman di panti itu.
Sejak usia 12 tahun Diana sering menghilang dan akan di temukan di pemakaman, sampai akhirnya kepala Panti dan beberapa staf karyawannya, lelah mencari dengan sendirinya, karena Diana pasti akan kembali pulang ke panti. Dengan mendatangi kedua orangtuanya adalah hal yang mendamaikan saat hatinya dilanda kesedihan, berharap ada kedamaian di hatinya, namun kali ini Diana sungguh ingin menyerah, sesakit apapun tubuhnya berlari di tengah hujan, Diana sudah tidak perduli, karena harapan itu tidak akan pernah ada, kebahagiaan tidak akan pernah menjadi miliknya.
Semua perkataan orangtua Gilang berputar putar dikepalanya, hinaan dan cacian di terimanya, dia tidak membencinya dia tidak menyimpan dendam namun hatinya terasa sangat sesak, kepalanya seperti di hantam palu bertubi - tubi. Diana tidak berdaya dengan kenyataan demi kenyataan yang telah dihadapinya kini begitu pelik, hubungan yang terjalin begitu indah penuh romansa harus pupus dihadapan orangtuanya, jurang yang begitu dalam dan luas, bagaimana bisa dia menyeberanginya?
Tangisannya terus menyiksa hatinya, membuat dadanya semakin nyeri, kepalanya semakin berat, pandangannya mulai kabur dan akhirnya Diana terkulai di pusara Ayah Ibunya. Pingsan!
"Haii.. bangunlah.. Diana.. nama mu Diana kan?" seorang wanita cantik berambut panjang sepanjang rambutnya tiba- tiba ada didepan wajahnya.
"Siapa kau?" tanya Diana.
"Kamu terlalu banyak menangis, bukankah kau gadis yang kuat? Mengapa kau menyerah.. bangun lah Diana.. kau akan menemukan kebahagiaanmu, jangan terlalu lama menangis, Diana" kata wanita itu dengan senyuman, wajah penuh sinar kebahagiaan.
"Itu tidak mungkin.. takdirku akan selalu menderita, tidak ada yang perduli padaku.. aku ingin ikut Ayah dan Ibuku, aku hanya sendirian, aku ingin bersama Ayah dan Ibuku, hanya mereka yang perduli kepadaku, aku tidak punya siapapun" kata Diana.
"Mereka hidup dan kau harus hidup.. kau harus terus berharap.. harapan akan menghidupkanmu.. Kau harus bertahan Diana, kau harus yakin kau akan bahagia, kau harus bersandar kepada harapan, kau harus yakin pada Tuhan, Dia tahu batasan ujian yang kau hadapi, Tuhan belum ingin bertemu denganmu Diana, kuatlah.. jangan buat Ayah dan Ibu sedih.. Lihat Mario datang untukmu.. dia akan menolongmu dan memberimu kekuatan, kuatlah Diana.. ayoo bangunlahh.. ayoo Diana.."
"Siapa kau?" Diana mencoba keras membuka matanya.
"Diana.. ayoo bangunlah.. hidupkan hidupmu!" wanita itu berlarian tertawa riang dan berlahan menjauh menari riang penuh kebahagiaan dengan wajah yang bersinar lalu menghilang!
****
"Astagaaa.. gadis ini tidur disini? atau... Pingsan?! Ya Tuhann" Mario tersentak melihat Diana yang tergolek di pusara Ayah Ibunya, dia memeriksa denyut nadinya.
"Aah dia masih hidup... Jadi bunga ini untuk Ayah dan Ibunya? Ada apa denganmu? Apakah hidupmu sangat menderita? Raut wajah ini mengapa sedih sekali" Mariopun membopong tubuh Diana, menyembunyikan wajah Diana ke dalam pelukanya dan membawanya pergi dari area pemakaman itu.
"Paman, gadis ini pingsan! Kita akan membawanya ke klinik terdekat" Mario tergesa- gesa masuk ke dalam mobil, Leon menyambutnya dengan membukakan pintu, Mario melepaskan mantel coklatnya dan dibalutkan ke tubuh Diana.
Mario meletakkan Diana di jok belakang dan diapun duduk disebelahnya, Mario meraih tubuh Diana yang terbalut mantelnya dan meletakkan kepalanya didadanya.. mendekapnya dan menghangatkan badannya.
"Kasian sekali gadis itu, Tuan menemukannya dimana, sepertinya dia sedang ada masalah" Leon melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, karena hujan membuat pandangannya menjadi terganggu jalanan pun tampak berlumpur di area pemakaman, dia harus bergegas menuju jalan beraspal dan mencapai klinik terdekat.
"Dia ada di pusara Ayah dan Ibunya, aku tadi bertemu gadis ini di toko bunga, ternyata bunga ini untuk Ayah dan Ibunya" Mario menatap lekat wajah Diana.
Ada apa dengan mu? Sepertinya gadis ini habis menangis. Hmmm... cantik.
"Ma..rioo" Seperti di hantam palu, Mario terkejut bukan kepalang saat Diana memanggil namanya, Diana beringsut memiringkan badannya dengan menggigil, wajahnya beradu dengan Diana sangat dekat, bahkan hembusan nafasnya terasa menerpa wajah Mario.
"Panasnya tinggi sekali" gumam Mario.
"Mar..rioo" jantung Mario berdetak cepat saat melihat bibir Diana terbuka dan memajukan wajahnya, entah dorongan dari mana Mario mendekatkan bibirnya lalu menempelkannya pada bibir Diana.
Mario memagut perlahan dan Diana tanpa sadar menyambutnya, tangan Mario semakin erat menyentuh pipi Diana. Lalu dia teringat...
Bibir ini? Bukankah aku pernah mencuri ciuman pertama bibir ini? bukan kah.. apakah ini dia? Tapi suaranya.. suara ini.. bukankah di.. di kantor Papa..
Aku tidak salah.. aku bisa merasakan bibir ini.. Aahh.. siapa namamu? siapa kau? kau memanggil namaku? kau mengenalku?
Diana melepas ciumannya.. matanya terbuka.. mereka saling memandang.. namun Diana kembali menutup matanya dan terkulai lemas.
Dia pingsan lagi
-
-
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
jinnie
bulian spt apa yg didapat di panti asuhan ?
2023-01-08
1
Evi Octavia
mantapp
2022-08-18
1
Lilis Sukaesih
kesurupan Kenanga kali ya. wkwkw
2022-05-09
1