4 Minggu kemudian...
-
"Dokter Ardhi, sudah 3 minggu saya ada disini, badan saya sudah merasa fit, tapi mengapa saya masih belum bisa menggerakkan kaki saya Dok" kata Gilang kepada Dokter yang bertanggung jawab selama ini dengan kesembuhan Gilang.
"Aku sudah merujukmu ke Dokter Joe, dia ahli syaraf, dia yang akan membantu kesembuhan kaki mu Gilang, kelumpuhan karena kecelakaan 80% masih bisa disembuhkan" kata Dokter Ardhi.
"Bagaimana kalau tidak bisa sembuh Dok" Gilang menatap nanar pada jendela dengan pemandangan hiruk pikuk kota XX siang itu.
"Mas, percayalah dan yakinlah.. jangan pesimis Mas.. Mas harus optimis dan jangan patah semangat, aku percaya dan yakin Mas bisa sembuh" kata Diana mengelus punggung Gilang.
"Ada pengobatan alternatif di tiongkok, banyak orang berdatangan dari berbagai belahan dunia dan banyak yang mengalami kesembuhan, biayanya memang mahal, aku akan memberikan kontaknya mungkin kau bisa mencobanya, siapa tahu kau beruntung Gilang" Dokter Ardhipun menulis di secarik kertas, lalu menyerahkan kepada Gilang kontak tersebut disertai resep obat.
"Terima kasih, Dok.. terima kasih telah menyelamatkan suami saya, terima kasih untuk selama ini telah merawat suami saya dengan baik, hari ini kami akan meninggalkan rumah sakit" kata Diana menjabat tangan Dokter Ardhi.
"Kau akan mengunjungi ku dua minggu sekali, setelah ini kamu bisa mengunjungi Dokter Joe seminggu 3 kali untuk terapi selama satu bulan, setelah itu kau bisa memilih seminggu dua kali atau seminggu sekali" Dokter Ardhi mengantar mereka sampai pintu dan kedua sejoli itu meninggalkan ruang Dokter Ardhi menuju ruangan vvip mereka yang ditempati, fasilitas dari Lukas, Diana mendorong kursi roda Gilang memasuki ruangan itu.
"Kau ingin rebahan dulu atau mau langsung menuju rumah kontrakan Mas" tanya Diana meletakkan tasnya di ranjang.
"Aku ingin duduk saja"
"Baiklah, aku ingin menebus obat dulu ya Mas.. tidak apa - apa aku tinggal sebentar.. Mas mau ke toilet dulu atau tidak" kata Diana.
"Pergilah.. jangan lama- lama.. aku takut merindukanmu" kata Gilang tersenyum hangat ke arah Diana.
"Gombal" Diana terkekeh dan mencium pipi Gilang dan menghilang dibalik pintu kamar vvip.
Diana melangkahkan kakinya menyusuri koridor rumah sakit setelah lift membawanya ke lantai dasar, menuju apotik rumah sakit itu untuk menebus obat, setelah menyerahkan resepnya Diana duduk menunggu namanya dipanggil.
Diana mengeluarkan buku kecil catatannya, berserta pencil dengan penghapus di ujungnya. Selama 3 minggu ini, Diana telah menghabiskan 50 juta untuk menyewa rumah 30 juta pertahun dan sisanya membeli perabotan rumah ala kadarnya. itupun sebagian Diana membeli perabotan bekas. Diana melingkari sisa uang 50 juta dari hasil kompensasi kecelakaan dan tabungan pribadinya 27 juta. Diana menghela nafas panjang, kemudian memasukan kedalam tasnya. Dan tidak lama kemudian, Diana namanya dipanggil.
"Totalnya 475 ribu rupian, ini masih di tanggung oleh pihak kedua ya Mbak" kata Kasir menyerahkan kertas untuk di tanda tangani.
"Mbak, kalau terapi di Dokter Joe kira- kira berapa biayanya per kedatangan?" tanya Diana.
"Biayanya 1,5 juta itu sudah termasuk terapinya tapi belum termasuk obat" kata Kasir, setelah mengucapkan terima kasih Diana melangkahkan kakinya kembali menuju lift yang akan mengantarnya ke lantai 7 dimana Gilang mendapatkan perawatan pasca keluar dari ICU.
1,5 juta kalau seminggu 3 kali terapi sudah 4,5 juta kalau sebulan 4 minggu aja sudah 18 juta, selama 28 hari 18 juta, kalau 30 hari anggap saja 2 hari itu sekali terapi berarti 18juta ditambah 1,5 juta, 19,5juta okay anggap saja 20juta sebulan ke depan aku harus menyiapkan biaya itu dan mungkin seterusnya. Ooh Tuhan.. belum biaya obat dan kebutuhan sehari- hari.
Diana menghela nafas panjang saat keluar dari lift, langkahnya gontai terus berpikir pengeluaran demi pengeluaran yang akan terus mengancam uangnya sen demi sen.
"Wah berarti ini hari terakhir aku merawatmu secara intensif ya Mas Gilang, aku sudah memberikan panduan kepada istrimu untuk luka di kakimu, itu sudah mengering"
"Iya Suster Erika dan terakhir memandikanku bersama istriku" Gilang tersenyum kecut dan suster itupun tertawa.
"Kau boleh mengundangku ke rumahmu bila ingin mandi Mas" kata Suster itu kembali tertawa.
"Mendatangkan suster sepertimu ke rumah sepertinya mahal biayanya, istriku tidak sanggup membayarmu" timpal Gilang dengan senyum khasnya.
"Kau ini Mas.. kita kan sudah menjadi tetangga walaupun beda RT, aku akan sering mampir nanti" kata Erika memeriksa tekanan darah Gilang dengan tensimeter.
"Hai Diana.. Sudah beres semuanya?" Tanya Suster Erika melepas balutan tensimeter dilengan Gilang.
"Hai Sus Er.. semua sudah beres, kami bisa pulang sekarang, terima kasih ya Sus Er atas bantuanmu selama ini" kata Diana memanggil nama Suster Erika menjadi Sus Er, itu nama panggilan di rumah sakit yang melekat diantara teman dan pasien bahkan Dokter, dengan pembawaannya yang ramah kepada semua orang.
"Aku akan sering mampir, Diana.. Semoga kau betah di rumah itu, Pak Hasan orang yang suka merawat rumah dengan baik, kalau kau menemukan kerusakan dia akan cepat datang dan membereskannya" kata Erika.
"Kita tidak sanggup membayar biayanya, sayang" goda Gilang.
"Halah mulai lagi kau ini Mas, aku memberi pelayanan gratis kepada tetangga sekitarku" kata Erika tergelak.
"Wah gratis Mas.. Mampirlah sesering mungkin Sus Er" kelakar Diana.
"Panggil aku Erika saja, aku akan memberi pelayanan gratis, kalau kau memanggil dengan Sus.. kau harus membayarku Diana" jawab Erika terkekeh.
"Hahaha baiklah Erika, kami permisi dulu.. kau memang suster terbaik dan paling ramah, terima kasih banyak Erika" kata Diana dengan pelukan hangatnya.
"Sama- sama Diana, ayo aku akan mengantar kalian membawa sebagian barang- barang kalian" kata Erika melepas pelukan Diana.
Merekapun bergegas meninggalkan kamar vvip itu yang hampir sebulan ini menjadi rumah bagi mereka, setelah berpamitan dengan beberapa suster yang lain, akhirnya Diana menuju parkir setelah membantu Gilang menuntun masuk ke mobil akhirnya Diana melajukan mobilnya.
Saat keluar dari area parkir, Diana membuka jendelanya dan memberikan karcis kepada petugas lalu membayarnya, Diana keluar perlahan melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit
"Ga-gadis Hujan?! Bukankah itu dia?! Apakah itu dia?!" kata Mario membelalakkan matanya saat mobilnya masuk berpapasan di pintu masuk rumah sakit, dengan cepat Mario melajukan mobilnya sampai lobby rumah sakit.
"Emily, cepatlah kau turun tebus obat mama, nanti ku ceritakan aku akan mengejarnya, cepatlah!" Mario membuka central lock pada mobilnya dan menyuruh Emily keluar dari mobilnya.
"Astagaa kau ini!" Emily bersungut - sungut melihat sikapnya adiknya itu.
Setelah Emily turun Mario bergegas melajukan mobilnya ke arah pintu keluar, mengejar gadis hujan yang tak lain adalah Diana.
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangku yaa Reader Tersayang.
Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku yang padat.
Terima kasih Reader tersayang 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
🔮S⃟M•🅻Ɇ₥฿Ʉ🅞ℝ🅨𝙪𝙮𝙪ᵔᴥᵔ
akhornya bisa bertemu tapi diwaktu yg tidak pas🥺🤧🤧
2024-01-07
0
Evi Octavia
good
2022-08-18
0
Cici_sleman
untuk pertama kalinya aku dulu suudzon sm suster erika, krn erika jodohnya lukas
2022-06-13
0