Setelah menyelesaikan pernikahan agama dan negara, mereka sah menjadi suami istri. Diana mengenakan slim dres pendek berwarna putih, rambut coklat tuanya di sanggul sederhana, terselip bunga mawar putih. Saat Gilang mencium bibirnya sebagai tanda janji ikatan, ada keraguan di hati Diana, namun keraguan itu sirna ketika Gilang meraih pinggangnya dan menciumnya, Diana pun berurai airmata.
Bukan karena bahagia, tapi karena ciuman pertamanya yang telah di curi seseorang yang tidak di kenalnya, Diana enggan menceritakan kejadian itu, pikirnya itu bukan hal yang penting, yang penting dia masih menjaga kesuciannya, Diana menepis keraguannya dan membalas ciuman yang akhirnya bertautan. Gilang menghapus airmata Diana dan mencium kening Diana dengan penuh perasaan.
Pernikahan yang jauh dari kata sederhana di Panti Asuhan ini, hanya di hadiri beberapa gelintir orang, kepala panti dan beberapa pengurus panti serta teman panti sebaya dengan Diana, mereka sangat bersuka cita, ucapan selamat dan pelukan hangat mengalir indah dan membuat hati Diana bahagia, walaupun terbersit ganjalan dalam hatinya, sebuah restu dari orangtua Gilang yang bisa mengusir ganjalan dalam hatinya.
Berkali - kali Diana mempertanyakan itu, namun berkali - kali juga Gilang meyakinkan Diana untuk tenang dan melanjutkan impian mereka, karena bagi Gilang mahligai pernikahannya saat inilah yang terpenting. Acara pernikahan sederhana yang berada di aula Panti Asuhan, tanpa hiasan atau dekorasi dengan nasi tumpeng kuning dan aneka kue jajanan pasar, terasa khidmat dirasakan kedua pengantin, ini sudah lebih dari cukup bagi Diana dan Gilang.
Sebuah mobil mewah tampak memasuki halaman parkir di Panti Asuhan, tentu Gilang mengenali pemilik mobil itu, yang tidak lain adalah Ayah dan Ibunya. Senyum Gilang mengembang, matanya berbinar seperti bintang kejora yang bersinar diantara jutaan bintang yang bertebaran di seluruh galaksi. Hatinya melompat kegirangan dipenuhi kebahagiaan dan sukacita, karena Gilang berpikir Ibu dan Ayahnya menyerah, dengan semua keputusan sepihaknya.
Namun tidak bagi Diana, hatinya berdebar tidak menentu, Diana menangkap mata kedua orangtua Gilang ada kilatan yang menyambar hatinya, sesuatu akan terjadi, sesuatu yang buruk. Hanya itu yang ada di pikiran Diana.
"Ibu.. Ayah.. terima kasih sudah datang di acara pernikahan kami, sekarang Diana adalah istri Gilang dimata Agama dan Negara, kami telah sah" Gilang menggengam tangan Diana, saat ingin mencium tangan ibunya, sang Ibu justru menepiskan tangannya.
"Jadi Gadis ini tinggal di panti asuhan? Dia yatim piatu? Kau tidak mengatakan kepada kami kemarin? Sungguh memalukan, keluarga Satya Samudera mempunyai menantu yatim piatu?" kata sang ibu meruntuhkan hati Gilang seketika, harapannya buyar seketika, matanya kini tampak menggelap seperti malam tanpa bintang saat bulan sabit muncul.
"Ibu tolong jangan berkata seperti itu, kita semua manusia sama di mata Tuhan" Gilang memasukkan tangannya ke saku celananya, Gilang ingin menyalami ayahnya pun percuma rasanya.
"Masih ada waktu untuk membatalkan pernikahan dan akan di sah kan oleh pengadilan, kalian akan tetap berstatus belum pernah menikah dan kembalilah ke kantor, Ayah akan mengangkatmu menjadi Presiden Direktur, Ayah akan lengser dari kantor, sudah waktunya Ayah pensiun" kata sang Ayah.
"Terima Kasih atas tawaran yang sangat menggiurkan itu Ayah, tapi Gilang tidak akan kembali tanpa Diana... Dia sekarang istriku.. istri cantikku.. bidadari ku" Gilang tersenyum mengerlingkan matanya ke arah Diana dengan mencium tangan Diana yang berada dalam genggamannya. Sementara Diana tersenyum malu dan canggung disertai ketakutan yang menyelubungi hatinya karena sepasang mata ibunya menatap tajam ke arahnya.
"Gilaaang! Jaga kelakuan kamu! Sikapmu tidak pantas dilakukan kaum ningrat seperti kita!" bentak Ayahnya mengagetkan semua yang ada di aula Panti Asuhan.
"Selamat siang? Apa ada masalah? Perkenalkan saya Esther, saya ibu asuh Diana dan semua anak - anak penghuni panti ini?" Esther mengulurkan tangannya kepada Satya ayah Gilang dan Farida ibu Gilang, mereka menyambut uluran tangan Esther dengan angkuh.
"Ooh jadi Anda yang menjadi wali gadis ini? Apa anda tidak mengajari cara sopan santun kepada anak gadis ini? Tentu tidak, karena anak asuh anda banyak sekali, tolong bujuk anak gadis anda untuk membatalkan pernikahan sepihak ini" kata Farida dengan tatapan yang tertuju kepada Diana.
Diana hanya menundukkan kepalanya, menggenggam buket bunga dengan erat seakan tangkai buket itu ingin menyatu dengan jemarinya.
"Nyonya Farida, Diana adalah anak yang baik, anaknya sangat pendiam dan tertutup, dia adalah menantu anda sekarang, suka atau tidak suka dia adalah menantu anda, mungkin anda salah mengerti dengan konsep pernikahan, sesuatu yang telah di satukan Tuhan tidak bisa di pisahkan oleh manusia, anda akan melecehkan pernikahan bila anda menyuruh mereka membatalkannya, sangat ironis rasanya anda sebagai orang terpandang mempermainkan sebuah pernikahan, bukankah kita sebagai orangtua seharusnya mendukung dan mencoba menerima dengan pilihan anak kita" kata Esther dengan bijaksana.
"Aku tidak bermaksud melecehkan, tapi semua orangtua menginginkan yang terbaik untuk putranya, kehormatan keluarga kami terjaga dengan baik secara turun temurun, memilih menantu dengan bibit bebet dan bobot yang baik adalah tradisi di keluarga kami, anakku bisa mendapatkan yang lebih sepadan dan lebih baik dari gadis ini, asal usul tidak jelas pendidikan tidak sepadan dengan putra ku yang S2, lihat saja saudaranya apakah ada yang perduli dengan gadis ini, mungkin gadis ini membawa sial dalam keluarganya dan akan membawa sial ke dalam keluarga kami, aku tidak ingin putraku mendapat sial karena menikahinya!" kata Farida menampar Diana, buket bunga meluncur begitu saja, seiring deraian airmatanya yang tak bisa ditahannya.
"Cukup ibu! Apa seorang ibu pantas mengatakan kalimat kutukan seperti itu? Gilang tidak menyangka Ibu yang Gilang cintai bisa berkata seperti ini! Ibu sangat keterlaluan! Pergilah Bu... Bukan kah kata Ayah aku bukan anak kalian lagi?! Mengapa ibu kesini kalau Ibu hanya ingin menyakiti Istriku?! Apakah aku bukan anak kalian dulunya? Aku terlahir dari rahim Ibu kan?! Kenapa Ibu kejam sekali pada ku!" Gilang sudah kehilangan kesabarannya terhadap sikap ibunya, matanya merah menyala dengan balutan airmatanya.
"Mas.. jangan seperti ini sama Ibu.. tolong hormati ibu Mas.. !" Diana setengah berteriak dengan uraian airmatanya.
"Apa ibu bisa lihat! Diana bahkan masih saja menginginkanku menghormati Ibu! Apakah seorang Ibu seperti anda pantas di hormati?!" Gilang melontarkan kekesalanya.
"Gilaaangg, jaga bicaramu!!" bentak Satya dengan muka memerah.
Plaakkkk!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Gilang.
"Ingatlah hari ini Gilang! Kau bukan anak Ibu lagi! Dan kau tidak akan pernah bahagia bersamanya! Hidupmu akan menderita!" Farida dengan derai airmatanya mengutuk anak satu - satunya.
"Ibuu..!! Diana mohon, tarik kata - kata Ibu.. Maafkan Mas Gilang, Diana bersedia membatalkan pernikahan ini Bu, tapi ampuni Mas Gilang, Maafkan Mas Gilang Bu, jangan mengutuk nya Bu, Diana Mohon!" Diana bersimpuh dan berlutut di kaki Farida dengan tangisan pilunya.
"Lepaskan tanganmu! Bahkan kau berlutut seperti ini tetap saja kau tidak pantas menyentuhku, perempuan rendahan!!" Farida memundurkan kakinya dan mendorong Diana dengan kerasnya hingga tersungkur ke tanah.
"Diaaanaaa! Apa yang kau lakukan! Bangunlah.. dia bukan Ibuku!!" bentak Gilang meraih tubuh Diana yang tersungkur di lantai dingin itu.
"Mas.. jangan durhaka Mas.. " Isak Diana.
"Kau akan mengorbankan cinta kita demi Ibu seperti dia? Cinta kita putih apa kau tau Diana? Apakah cinta kita sebanding dengan perkataan seorang ibu kepada anaknya? Bahkan seekor harimau tidak mungkin memakan anaknya, entah mengapa aku punya seorang Ibu yang tega menghancurkan anaknya" Gilangpun meneteskan airmatanya, mencoba membuat Diana berdiri dengan sempurna dengan penuh isak tangisnya.
"Gilang!" bentak Satya.
-
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Evi Octavia
up
2022-08-18
0
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
anak perempuan bisa menentang restu orang tua..tpi anak laki² tidak bisa menentang restu ibu..
2022-07-01
0
Cici_sleman
aku mampir lgi thor, kangen sm diana dan mario ..si phyton 😅😅😅
pas baca sebelum puasa taun kemaren, jd dh setaun lebih 2 bln.
mo mampir kerumah lemon import nunggu hujan sek..biar hareudang e iso pas mbi moment e.🙈🙈🙈
2022-06-13
0