"Restu orang tua itu penting, kalau tanpa restu sama saja kalian menjadi anak durhaka, namun di negara maju, tidak menganut seperti itu, semua kembali kepada niat baik dan ketulusan kalian menjalani rumah tangga" nasehat ibu kepala panti kepada Gilang dan Diana setelah menceritakan kondisi yang sebenarnya, bahwa orangtua Gilang tidak menyetujui pernikahan mereka dan Gilang telah pergi meninggalkan kediamannya demi Diana.
"Diana gadis yang baik, dia sangat berbakti kepadaku sebagai pengganti orang tuanya, dia tidak pernah mengecewakan aku, dia selalu patuh kepadaku, aku harap Nak Gilang bisa membahagiakan Diana, jangan membuatnya sedih, jangan pernah mengecewakannya, seumur hidupnya Diana selalu menangis, jangan pernah membuatnya menangis, aku harap kalian selalu bahagia" tambahnya lagi.
"Bu Esther, saya akan membahagiakannya, Diana sangat mencintai saya dan saya pun mencintai Diana, saya akan menjaga Diana dengan baik dan melindunginya, kami minta restu dari bu Esther sebagai wali dari Diana" Gilang menegaskan, tangannya terus menggengam tangan Diana sangat erat.
"Diana, katakan sesuatu.. Apa kau sudah memikirkan matang - matang? Apa kau sudah siap menjadi seorang istri" tanya Esther, kepala panti asuhan.
"Saya sudah siap Bu, saya mencintai Mas Gilang, ganjalan dari saya memang restu dari keluarga Mas Gilang, selebihnya tidak ada" jawab Diana dengan hati yang gundah.
"Kalian urus saja pernikahanya kapan, setelah itu datanglah lagi ke keluarga mu Gilang, menjelang pernikahanmu, setelah kalian resmi, datanglah lagi meminta restu, tapi bila tetap tidak restui, maka jalanilah hidup kalian dengan baik, jadilah istri yang baik Diana, seperti yang Ibu ajarkan selama ini" kata Esther.
"Iya Bu, Diana akan mengingat semua nasehat dan pesan- pesan Ibu" kata Diana dengan keharuan.
"Seringlah mengunjungi kami Diana, paling tidak setahun sekali atau dua kali, mengingat kalian akan pindah dari kota ini, seringlah menelpon ibu Diana" kata Bu Esther.
"Kami tidak tahu kami kembali atau tidak Bu, di sini kami tidak punya siapa - siapa, bila kami kembali diperbolehkan menginap disini kami akan mengunjungi panti ini, karena kami harus menghemat uang kami bu" kata Gilang menjelaskan kondisinya.
"Saya akan usahakan sering berkabar bu, pasti kami akan kembali mengunjungi Panti ini, tempat Diana dibesarkan, dan terima kasih bu.. Diana diberi banyak kesempatan untuk mengenyam oendidikan yang baik" kata Diana masih menundukkan kepalanya.
Memang tidak bisa pungkiri, tempat ini adalah neraka baginya, namun Diana juga tidak bisa menampiknya begitu saja karena tempat ini perlindunganya baginya, daripada dia harus hidup dijalanan. Dari kecil orang tua wali selalu silih berganti mencari anak yang bisa di adopsi, impian setiap anak memiliki keluarga, namun tidak bagi Diana, setiap ada orang tua wali datang yang ingin mengadopsi anak - anak panti, Diana selalu bersembunyi, baginya orangtua adalah orang yang melahirkannya dan membesarkannya sekaligus meninggalkannya untuk selamanya, dia tidak bisa menggantikan orangtuanya dengan orangtua manapun, sekalipun di iming - imingi kehidupan mewah dan menjanjikan masa depan yang cerah.
*****
Tiga hari kemudian.
"Apa saudaranya menelpon?" tanya Mario kepada Paman Leon.
"Belum Tuan, aku sudah memberikan nomer ku kepada suster, semoga saja saudaranya mencatat nomerku atau gadis itu, bila dia mengetahui mantel itu ada cincinnya pasti dia akan mengembalikannya" kata Paman Leon.
"Aku sudah berkemas dan aku siap berangkat nanti malam, kabari saja kalau gadis itu atau saudaranya menelpon, paman simpan saja cincin itu, aku akan pulang sebulan sekali, Papa mengirimku secepat ini, aku pikir dalam waktu seminggu" kata Mario.
"Apa perlu di antar ke bandara,Tuan?"
"Tidak usah Paman, aku akan naik taxi saja, Paman pulanglah.. Ken dan Jojo pasti ingin bermain dengan Paman, ponakanku itu bahkan lebih dekat dengan Paman daripada aku" seulas senyum tipis menghiasi wajah Mario di senja itu. Setelah memeluk Paman Leon akhirnya Mario melangkahkan kakinya menuju apartemennya.
Sesampainya di apartemen, Mario membereskan beberapa barang - barang yang akan di bawa, satu kotak kardus berwarna merah di turunkan dari walk in closet dan dibawanya ke ranjang, barang - barang itu milik Kenanga. Berbagai macam pernak pernik yang penuh kenangan ada disana. Mario mengambil tempat sampah besi dan sebotol vodka, dia kembali duduk di tepian ranjang, meneguk vodka yang tersisa setengah dan menyalakan rokoknya.
"Kenanga aku akan membuang semua ini, aku sudah tidak memerlukannya, aku tidak ingin mengenangmu, maafkan aku.. aku harus hidup kan?" gumam Mario menghisap rokoknya dan membuangnya kasar.
Beberapa kartu ucapan dan foto Kenanga dilempar begitu saja di tempat sampah setelah dibaca dan dilihat dengan penuh perasaan, sesekali Mario kembali meneguk vodkanya, asap mengepul di kamarnya, sampai sebuah foto yang tidak pernah dia sadari sebelumnya muncul di sela - sela buku novel yang pernah diberikan Kenanga kepadanya.
"Acara bakti sosial? Dia bersama sahabat sahabatnya.. 5 tahun yang lalu? Ya Tuhann.. gadis ini??! Dia penjaga stand ini?! ini... oh Tuhann ini.. Gadis hujan itu?!" Gumam Mario tak percaya.
"Tapi ini seperti tidak sengaja, tidak.. tidak.. Kenanga hanya pengunjung.. ya.. yaa.. terlihat gadis ini tak mengarah ke kamera.. bahkan dari samping aku mengenali mu gadis hujan" Mario melipat foto itu dan menyelipkan di dompetnya.
Mario mengeluarkan foto Kenanga di dompetnya dan menyelipkan foto gadis hujan di dompet.
"Jaga jaga.. barangkali suatu hari kita ketemu, maaf ya Kenanga, kamu aku tekuk kebelakang, aku ingin melihat gadis hujan ini" gumamnya lagi.
Setelah satu kotak masuk semua ke tempat sampah besi, Mario membawa tong sampah besi ke arah balkon, Mario meneguk kembali vodkanya lalu dia menuangkan sisa vodka ke dalam tong sampah dan membakarnya.
"Biarkan aku hidup Kenanga... aku membuang semua kenangan tentang kita, aku berusaha untuk tidak mengingatnya, tinggal cincin itu.. takdir yang akan membawa kembali cincin itu, kalau pun hilang itu tidak masalah, aku berharap cincin itu hilang selamanya.. walaupun itu cincin ibuku yang diberikan kepada Kenanga" kata Mario menghisap rokoknya perlahan, pandangannya tertuju di kelamnya langit, yang akan menurunkan rintik hujan.
Mario menghembuskan asap rokoknya perlahan, badannya condong kedepan dengan sikunya menumpu pada kedua pahanya, matanya tertuju pada kobaran api yang melahap semua kenangan yang pernah dua tahun singgah dalam hidupnya. Dua tahun kebersamaan yang hendak menuju mahligai perkawinan yang gagal karena kanker mengerogoti kisah indahnya bersama Kenanga. Tuhan begitu menyayangi Kenanga sampai semua sakit yang di rasakan Kenanga menghilang seiring kepergiannya untuk selamanya.
Kenanga, kenapa aku tidak bisa menangis seperti biasanya, sungguh aku ingin menangis sekarang.. Kenapa Kenanga? Apa kau marah.. Apakah karena ciuman itu? Kenanga.. bahkan kau tidak pernah hadir dalam mimpiku.. Kau benar benar melupakanku Kenanga.. Maafkan aku.. aku tidak bisa menangis lagi.. Sejak kartu ucapkan merah jambu itu.. hatiku ada yang salah.
Setelah semua kenangannya padam dan tersisa debu, Mario kembali ke kamarnya dan memasuki kamar mandi, untuk bersiap menuju bandara yang akan menerbangkan ke sebuah kota yang asing untuknya.
Pikirannya kembali melayang jauh pada sebuah ciuman yang sangat menghiasi angannya, mengakar pada hasrat kelelakiannya yang selama ini terbelenggu kedukaan.
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Evi Octavia
bagus
2022-08-18
0
Lilis Sukaesih
hemp🤔🤔🤔🤔🤔
2022-05-09
0
Yayuk Didiet
Tapi pastinya Diana akan menikah dulu dgn Gilang....pasti ada sesuatu ya thor...karena pernikahan mereka tdk disetujui orang tua Gilang...nahhhh setelah itu baru ketemu ama Mario .....klo udah tak'akan keman.....♥️♥️♥️♥️
2022-05-03
1