"Kau akan mengorbankan cinta kita demi Ibu seperti dia? Cinta kita putih apa kau tau Diana? Apakah cinta kita sebanding dengan perkataan seorang ibu kepada anaknya? Bahkan seekor harimau tidak mungkin memakan anaknya, entah mengapa aku punya seorang Ibu yang tega menghancurkan anaknya" Gilangpun meneteskan airmatanya, mencoba membuat Diana berdiri dengan sempurna dengan penuh isak tangisnya.
"Gilang!" bentak Satya.
"Ayah sudah tidak mau menganggap Gilang anak kan? Jadi untuk apa Ayah dan Ibu menemui Gilang, tidak ada gunanya sama sekali.. Gilang pikir Ayah dan Ibu berubah pikiran.. tapi ternyata hanya untuk menghina Istri Gilang.. menghinanya sama saja menghina Gilang!" mata Gilang menatap tajam ke arah Ayahnya.
"Ayo kita pergi dari sini sayang.. acara kita sudah selesai, mari kita memulai hidup baru" Gilang mengambil sapu tangan dan membersihkan tangan kaki dan mengibaskan debu di baju Diana, lalu memungut buket bunga yang di jatuhkan Diana.
"Gilang, pilihlah orangtuamu atau gadis itu!" kata Satya memberi pilihan.
"Ayah sudah tahu jawabannya kan, saat Gilang menikahi Diana, itu bukan pilihan, Gilang mencintai kalian semua, tapi maaf.. Gilang harus hidup bahagia dengan istri Gilang" kata Gilang menggandeng Diana, sementara Farida masih menangis berdiri terpaku dengan dadanya yang kian sesak.
"Ibu Esther, terima kasih atas segalanya.. terima kasih telah menjaga Dianaku, semoga kebahagiaan selalu beserta Ibu dan seluruh penghuni panti ini, terima kasih telah merestui kami" kata Gilang mencium dan memeluk Esther dengan tangisan haru kepala panti itu.
Mereka berpamitan kepada semua yang ada disitu, semua mendoakan kebahagiaan mereka, semua melepaskan Diana dengan penuh haru.
"Kau benar - benar akan meninggalkan ibu? Kau sudah tidak mencintai Ibumu ini?" Farida menahan lengan Gilang dengan deraian air matanya.
"Apa anda lupa Nyonya? Bahwa saya bukan putra anda lagi? Bahkan airmata kami belum kering saat anda mengatakannya" kata Gilang menyeka sudut matanya, sementara Diana masih terisak.
"Farida, kenapa kau masih saja menahan anak durhaka ini!" Satya mendengus kesal.
"Ibu, maafkan kami.. " kata Diana dengan lembut disertai isak tangisnya.
"Jangan menyentuhku! Kau bukan siapa - siapa ku! Karena kau aku kehilangan anakku! Karena kau anakku kurang ajar, apa yang kau ajarkan padanya, sampai anakku menjadi durhaka! Anakku kehilangan tata krama karena kamu!" Farida berapi - api mencaci maki Diana.
"Ibu.. maafkan kami.. saya..." belum selesai Diana bicara, Diana sudah di bentak Gilang.
"Cukupp Diana! Ayo kita pergi dari sini! Jangan bicara dengan Nyonya terhormat ini! Kita hanya orang rendahan dimatanya!" kata Gilang semakin naik pitam.
"Dan anda! Tolong, jangan sentuh saya.. saya bukan siapa - siapa anda!" Gilang menggenggam erat tangan Diana dan berlalu menyeret Diana pergi dari hadapan kedua orangtuanya.
"Mas.. Mas.. tolong Mas.. jangan seperti ini" Diana diseret Gilang, matanya masih saja menengok kedua orangtua Gilang, mata yang dipenuhi permohonan maaf kepada Farida.
"Gilaaang... Gilaaang!" Farida berjalan mengikuti Gilang
"Satya.. Kejar anakmu.. dia akan pergi" kata Farida mempercepat langkahnya.
"Biarkan dia.. kita akan lihat apakah dia bisa menjalani hidupnya dengan baik atau tidak tanpa kita" Satya mengekor berjalan dibelakang Farida.
Dari jauh Farida melihat Gilang dan Diana telah memasuki mobil dan melajukan perlahan meninggalkan parkir panti asuhan, Farida mengejar mobil itu hingga tersandung dan jatuh ke tanah, dengan sigap Satya membangunkan Istrinya.
"Mass ibu jatuhh!" Gilang menghentikan mobilnya tanpa mematikan mesin mobilnya, Diana pun keluar dari mobil melihat keadaan Farida.
"Aku tidak butuh bantuanmu! Ini.. Ini... " Farida mengeluarkan selembar cek yang sudah di tanda tangani dan menyerahkan kepada Diana.
"Ambil ini dan tinggalkan putraku, isi saja berapapun kau mau dan tinggalkan putraku!" Farida meraih tangan Diana dan meletakkan cek itu ditangan Diana.
Airmatanya kembali terurai, harga dirinya terasa direndahkan lagi dan lagi, Diana menggigit bibirnya menahan sakit dan amarah, tanpa sadar Diana merobek cek itu.
"Nyonya, saya mohon cukup,.. cukup untuk anda menyakiti saya, mintalah Putra anda untuk meninggalkan saya, kalau anda meminta saya untuk meninggalkannya, saya tidak bisa Nyonya" Diana membuang cek yang telah dirobeknya begitu saja.
"Anak tidak tahu diri, tidak punya sopan santun.." Diana memotong perkataan Satya.
"Cukup Tuan.. saya tidak pernah tahu siapa Mas Gilang dari awal, kalau saya tahu dari awal, saya akan menjauhinya dan tidak akan jatuh cinta padanya" Diana menyeka airmata.
"Ada lagi yang Tuan atau Nyonya inginkan?" tanya Gilang.
"Jangan pergi Gilang" Isak ibunya.
"Itu berarti Diana juga tidak akan pergi" kata Gilang dengan nada ketus.
"Gilang, Ibu bersumpah kau tidak akan bahagia dengannya!" Farida berkata seketika itu petir menggelegar dengan langit yang begitu mendung, gerimis pun mulai turun.
"Dan Gilang bersumpah, apapun yang terjadi, Gilang tidak akan kembali ke pangkuan Ibu, sebelum ibu memohonnya dan menerima Diana.. kami akan pergi, permisi" kata Gilang kemudian.
"Ayo sayang.. kita tinggalkan kota ini!" Gilang kembali menggenggam tangan Diana dan memasuki mobilnya dan berlalu begitu saja. Raungan Farida di pelukan Satya terdengar memilukan terbawa gerimis dengan tiupan angin dinginnya.
Gilang melajukan mobilnya kemudian tidak berapa lama dia menghentikan mobilnya. "Kau mau main hujan sayang? Atau mau berteriak?" tawar Gilang.
"Tidak Mas, sepertinya Mas yang membutuhkannya" jawab Diana mengedarkan pandangannya ke arah jalan raya.
"Apakah Mas, boleh minta sesuatu sayang?" tanya Gilang menatap mata ayu Diana yang masih tersisa airmata menghiasi bulu matanya.
"Apa Mas?" Diana menoleh ke arah Gilang, jantungnya berdebar sesaat.
"Peluk Mas, Sayang" Gilang membuka tangannya dan Diana tenggelam dalam pelukan yang saling bertautan.
"Mas, Hujan" bisik Diana dengan suara merdunya. Hati Gilang menjadi hangat, perlahan Gilang mencium kening Diana dengan teramat dalam. Perlahan ciuman itu merosot ke hidung Diana lalu ke bibir Diana namun kedua bibir mereka mengatup rapat.
"Diana.. aku mencintaimu" bisik Gilang.
"Aku juga mencintaimu, Mas" bisik Diana dengan suara merdunya.
Gilang pun menangkupkan tangannya di wajah Diana, dengan bibir terbuka Gilang menautkan bibirnya ke bibir Diana yang telah terbuka. Gilang terus menekan wajahnya seakan ingin tenggelam dalam wajah ayu Diana.
Sementara Diana memejamkan matanya, menikmati pagutan Gilang yang membuatnya semakin kehilangan oksigen di sekitarnya, pikirannya melayang jauh, sampai pada titik gelapnya senja, dimana seseorang mencuri ciuman pertamanya, tanpa sadar Diana mengeluarkan lidahnya dan memainkan dirongga mulut Gilang sebelum lidahnya menangkapnya. Klakson mobil yang panjang dan nyaring mengejutkan mereka. Sesaat mereka saling berpandangan dan menghirup nafas dalam, seakan ciuman itu mencuri oksigen mereka.
Ooh tidak mungkin.. mengapa aku mengingat ciuman bodoh itu! Mengapa aku justru mengingatnya mengingat ciuman orang gila yang sulit aku lupakan.
"Apa kau bisa menahannya sampai di ibukota, sayang?" Gilang kembali mengecup kening Diana.
"Aah Mas, apakah aku terlihat tidak menahan selama 5 tahun menjadi kekasihmu?" kata Diana membuat Gilang tersenyum dan kembali memeluk Diana lalu mencium semua bagian wajah Diana dengan segenap hatinya.
Gilang memasang seat belt pada Diana lalu kepada dirinya sendiri lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, perjalanannya mereka akan sangat panjang ditengah derasnya rinai hujan.
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
🔮S⃟M•🅻Ɇ₥฿Ʉ🅞ℝ🅨𝙪𝙮𝙪ᵔᴥᵔ
yah begitulah jika orang tua hanya melihat dari sudut pandang kasta,tidak mengetahui jika meskipun itu batu akik jika di jaga n dirawat maka akan menjadi berharga...
2024-01-07
0
Widi Widurai
demi sebuah kasta dan 'strata' tega tega nya ngutuk anak sendiri. kenapa ga coba legowo, cari tau diana secara karakter dan kepribadian dia. percuma sebanding secara strata tp akhlaknya noll.
2022-08-22
0
Evi Octavia
upup
2022-08-18
0