"Maass.. Ya Tuhan.. Mengapa jadi seperti ini? Lihat dirimu, Mas bertahanlah.. Apa kau mendengarkanku? Mas....?" Diana terus terisak di lengan Gilang di tepian ranjang.
"Mbak, sudah ya.. Mbak bisa mengganggu pasien kalau menangis seperti itu, begitu efek obat biusnya hilang, semoga suami Mbak cepat bangun dari komanya" kata seorang perawat.
"Biarkan terganggu dan biarkan dia bangun" isak Diana. "Aku akan di sini sampai dia bangun" tambahnya lagi.
"Baiklah, nanti kalau ada apa- apa panggil kami ya" kata suster itu lagi yang berjalan ke arah pintu keluar meninggalkan Diana diruangan ICU.
"Mas aku mohon bangunlah.. aku tidak bisa menghadapi ini sendiri, jangan tinggalkan aku.. aku takut Mas.. aku sendirian.. Apa kau tidak kasian padaku, Mas.. Aku akan selalu mencium mu dan tidak malu- malu Mas.. Aku akan memberimu banyak cinta.. aku mencintaimu.. jangan tinggalkan aku.. Harapanku hanya dirimu.. kalau kau pergi aku tidak punya harapan lagi.. kebahagiaanku hanya denganmu mas.. bangunlah demi aku.. bangunlahh Mas"
"Mas.. kau menangis.. kau mendengarkan aku? Mas temukan suaraku.. bangunlah demi aku.. jangan pergi.. aku mohonn Mas.. Ya Tuhan jangan ambil suamiku.. aku tidak sanggup menerima kenyataan ini"
Diana terus menangis dan memohon entah berapa lama dia memohon dalam tangisannya, sementara Lukas terlihat menyeka sudut matanya mendengar Diana menangis dari balik pintu ruang ICU, hatinya menjadi kelu, rasa bersalahnya semakin menguasai hatinya memenuhi hatinya seakan ingin meledak. Seandainya malam itu, setelah menjemput Mario, dia tidak pergi ke pesta Mateo, mungkin tidak akan begini jadinya, seandainya malam itu dia tetap menemani Mario dan mendengarkan Mario, tentu dia tidak akan mengalami hal ini atau seandainya saja dia sendiri yang membawa mobilnya, tentu kecelakaan itu bisa dihindari, mengingat Mateo minum sangat banyak waktu itu. Rasa penyesalannya rasanya tidak sebanding dengan yang dirasakan Diana. Bila kehilangan suaminya entah apa yang akan terjadi dengan hidup gadis itu, rasa bersalahnya berkecamuk menghantuinya saat ini, dia hanya bisa berdoa agar suami gadis itu hidup dan cepat sadar agar hatinya pun ikut lega.
Lukas kembali dan selalu kembali ke rumah sakit itu, memastikan semua berjalan baik dari perawatan dan fasilitas yang diberikan untuk Diana, terkadang diam- diam Lukas meletakkan makanan, buah, bunga bahkan selimut untuk Diana di ruangan vvip dengan meminta bantuan perawat. Lukas mengantar beberapa koper yang berada di mobil milik Gilang, agar mobil itu bisa diperbaiki, namun disela- sela itu Lukas ingin melihat dan mendengar tangisan Diana yang selalu menyayat hatinya.
Berjam - jam lamanya Diana masih terisak dengan kepala terbenam di tepi tempat tidur, membelai lengan Gilang dengan menceracau penuh kepiluan dengan kata yang selalu diulang sampai akhirnya malam membawanya terbuai dalam mimpi yang menghiasi tidur letihnya karena menangis. Beberapa perawat keluar masuk tidak berani membangunkannya.
Flashback On
"Ibu.. Ayah.. bolehkah Diana ikut?" tanya Diana kecil saat itu.
"Tidak sayang, kau harus dirumah bersama Bibi, Ibu dan Ayah hanya akan pergi sebentar.. mana mungkin Ibu bisa berlama - lama pergi meninggalkan Diana" kata Sang Ibu mencium kening Diana.
"Tapi aku ingin ikut, Bu.. aku takut Ayah dan Ibu tidak kembali, hujannya deras sekali.. Diana takut Bu" rengek Diana.
"Diana, Seandainya Ibu tidak kembali, Ibu akan selalu dihatimu.. Ibu akan selalu kembali sayang, hmm... Benarkan Ayah?" kata Sang Ibu menggema ditelinganya.
"Ayah akan membawakanmu buah apel merah kesukaan Diana, Ayah hanya sebentar, Sayang" kata Sang Ayah mengacak rambut Diana.
"Tapi Ayah... Diana takut sendirian" rengek Diana kembali.
"Kamu sudah biasa Ayah tinggal, Sayang.. kenapa kali ini kamu rewel.. Kemarilah Ayah gendong" Sang Ayah mengangkat Diana dalam gendongannya.
"Ayah sudah lama tidak menggendong Diana, aku suka Ayah" Diana memeluk erat leher ayahnya.
"Ayah akan segera kembali Diana, Ayah akan selalu kembali, seperti biasanya" Senyum Ayahnya mengembang dengan ciuman hangat di wajah Diana.
"Ayah mencintaimu Diana, Ayah akan selalu di hatimu" kecup Sang Ayah di pucuk rambut Diana lalu menurunkannya dari gendongannya.
"Selamat tinggal Diana.. Ayah dan Ibu akan segera kembali.. dan selalu kembali" Suara terakhir Ayah Ibunya menggema di telinganya dan tidak biasanya juga Diana menangis kala itu, tangisannya bahkan tidak berhenti sampai pagi hari disaat Ayah dan Ibunya ditemukan dalam sebuah kecelakaan tunggal, mobil yang ditumpanginya tergelincir dan menabrak pohon sehingga terguling masuk ke parit dengan kedalaman tiga meter. Hujan yang mengguyur saat itu mengguyur pula tubuh Diana kecil, menyaksikan pemakaman Ayah Ibunya, Diana kecil bahkan tidak bisa menangis saat itu, tangisannya pecah saat Dinas Sosial mengeluarkannya dari rumah kediamanannya menuju Panti Asuhan.
Flashback On
Suara Ayah dan Ibunya masih menggema di telinganya, pertanyaan demi pertanyaan muncul dikepalanya.
Ibu.. Ayah.. bagaimana aku menjalani hidupku? Bagaimana aku setelah ini? Mengapa waktu itu Ayah dan Ibu tidak mengajakku? Ibu Ayah.. jangan bawa Mas Gilang pergi.. aku tidak akan bahagia.. dia kebahagiaanku.. Kenapa bukan aku saja yang celaka.. kenapa aku tidak mati saja.. Ayah Ibu.. kembalilahh.. Diana rindu..
Diana melihat Ayah dan Ibunya tersenyum dan memenuhi janjinya untuk kembali, Diana bahagia melihatnya, hatinya bersorak dan berlarian kearah mereka namun sesampainya dihadapannya Ayah dan Ibunya menghilang dengan senyumannya.
"Dianaa.. " suara parau itu membuat Diana membalikkan tubuhnya mencari suara itu saat ingin mencari sosok Ayah dan Ibunya lagi, semuanya menghilang.
"Dianaa.." Suara itu muncul lagi dikepalanya dengan jelas dan menyentuh kepalanya. Dengan mata yang berat Diana membuka matanya, hari telah pagi. Namun tangan yang menindih kepalanya membuatnya membelalakkan matanya.
"Diaanaa.."
"Mass Gilaang!" Tangisan Diana kembali pecah dan memeluk Gilang dengan menangis tersedu- sedu. Beberapa perawat datang beserta Dokter saat terdengar jeritan Diana menggema di ruang ICU itu, Dianapun beringsut dengan tangisannya membiarkan Dokter memeriksa keadaan suaminya. Tangis bahagia pun terlihat di wajah Diana dan Gilang.
"Selamat datang kembali saudara Gilang, saya akan memeriksa kondisi anda sekarang dan anda Nyonya tinggalkan ruangan ini dan menunggulah di luar terlebih dahulu" kata Dokter itu.
"Mas.. aku menunggumu diluar" Diana mencium kening Gilang dengan tangisan bahagianya.
*****
Saat mengantar mobil di bengkel, Lukas kembali memeriksa isi mobil, saat membuka bagasi Lukas melihat kartu ucapan merah jambu disana, saat ingin membuangnya Lukas tertarik ingin membuka dan membaca isinya.
"Dia telah Hidup, kamulah yang seharusnya Hidup, Dia Hidup didalam hatimu"
Sesaat Lukas tertegun dengan tulisan itu, akhirnya Lukas memutuskan untuk menyimpannya, dengan harapan akan memberikannya kepada Diana saat Diana sudah pulih nanti. Lukas akhirnya memutuskan kembali ke rumah sakit, melihat keadaan Diana seperti menjadi hal rutin yang dia lakukan saat ini.
Diana, aku akan menemanimu, walaupun dari kejauhan, Maafkan Aku Diana.. aku tidak mempunyai keberanian untuk menampakkan diri di hadapanmu.. aku hanya berharap keberuntungan akan ada untukmu hari ini. Lukas.
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangku yaa Reader Tersayang.
Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku yang padat.
Terima kasih Reader tersayang 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Aruna arfiana
❤️❤️❤️
2022-05-12
0
Lilis Sukaesih
🤔🤔🤔🤔
2022-05-09
0
Rokiyah Yulianti
Apakah Lukas perantara bertemunya Mario n Diana, atau Lukas ikutan suka jg hmm penasaran euy
2022-04-01
0