"Haaaahhh!" Diana terbangun dari tidurnya saat Gilang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Heeii.. Diana.. tenanglah.. kau bermimpi buruk?! Untung jalanan kosong, kamu mengejutkanku, Diana" tanya Gilang membelai rambut Diana.
Diana bangkit dari tidurnya membuka kaca jendela dan mengatur nafasnya perlahan - lahan, tenggorokannya tercekat sampai terbatuk - batuk.
"Minumlah Diana" Gilang menyodorkan sebotol air minum ke arahnya lalu Diana meminumnya.
"Maafkan aku mas.. aku mimpi buruk.. terima kasih air minumnya" kata Diana menghela nafas dalam - dalam.
"Tidurlah lagi, sebentar lagi kita sampai, sampai disana kita cari hotel, kita istirahat sebentar dan kita cari kontrakan rumah, apakah tidak apa - apa kita kontrak dulu sementara, Sayang" tanya Gilang kemudian.
"Ya ampun Mas sekalipun dikolong jembatan aku akan selalu bersamamu Mas" jawab Diana.
"Sejak kapan istriku bisa gombal" Gilang tergelak mengacak rambut Diana.
"Aku serius Mas" Diana kembali merebahkan kepalanya yang masih berat.
"Setelah kita mendapatkan pekerjaan kita akan cicil rumah, aku bisa menggunakan tabunganku untuk uang mukanya" kata Gilang
"Kita pasti bisa melewati semuanya Mas, kita akan punya anak yang lucu dan menggemaskan, ayah dan ibu pasti akan menerima kita mas, tidak masalah aku menjalani hidup dengan berbagai rintangan asal itu denganmu Mas.. Karena aku percaya ada harapan, aku percaya kita pasti bahagia" Diana melingkarkan tangannya diperut Gilang.
"Terima Kasih sayangku Diana.. kau memang istri yang baik" Gilang mencium singkat kening Diana yang bergelayut dilengannya.
"Itu karena aku mencintai mu Mas" senyum Diana mengembang bahagia.
"Aku juga mencintaimu, Diana" Gilang mengusap tangan Diana yang melingkar di perutnya.
Setelah 10 jam perjalanan yang melelahkan mereka sampai di ibukota, waktu menunjukkan pukul 03.00 WIB, mereka terlihat di rest area untuk mengisi bahan bakar, mengistirahatkan badan letih mereka dan mengisi perut kosong mereka.
Gilang menatap wajah Diana dari kejauhan saat menunggu mengisi bahan bakar mobilnya. Wajah letih namun ada semburat kebahagiaan, Gilang hanya bertanya dalam hatinya, mengapa wanita cantik ini mau menjalani hidupnya dengan usianya yang terpaut jauh dengannya.
Bukankah seharusnya dia masih bisa sekolah atau berkarir di usianya yang masih terbilang cukup muda, memang boleh diakui kedewasaannya melebihi perempuan di usianya, mengapa ketulusannya tidak terlihat dimata orang tuanya. Ya, Diana.. aku sangat mencintaimu aku akan membahagiakanmu, jerit Gilang dalam hatinya.
Keyakinannya semakin kuat ketika melihat senyum Diana kearahnya yang menunggunya di coffeeshop dengan segelas kopi ditangannya, hatinya dipenuhi cinta yang begitu banyak sehingga ingin segera di luapkan, senyum yang selalu diingat saat pertama kali bertemu, saat pertama kali dirinya melayangkan pandangannya di cafe dengan segenggam brosur ditangan Diana, senyum penuh semangat hidup dan harapan, senyum yang mengandung banyak kekuatan, senyum itu yang kini membuat Gilang kehilangan ketakutannya. Aku akan membuatmu bahagia, Diana! Berulang kali Gilang, membuat janji kepada dirinya.
Sementara Diana, pikirannya terbang menerawang kembali ke dalam mimpinya, mimpi yang sangat mengganggu pikirannya dan mencoba mencernanya, sosok laki - laki yang mencuri ciumannya kembali hadir menghiasi mimpinya dan terus memanggil namanya. Mimpi yang aneh namun sangat sulit di lupakan, Diana yakin di mimpi itu bukanlah Gilang. Matanya pun tertuju pada suaminya yang telah melihatnya dari kejauhan, hatinya pun menjadi tawar, saat Gilang tersenyum ke arahnya, Diana membalas senyuman itu. Ketika perkataan ibu Gilang membuatnya resah, Diana menyemangati dirinya, semua akan baik - baik saja, sama seperti hidupnya selama ini, walaupun hidupnya berat dijalani toh pada akhirnya dia bisa menjalaninya sejauh ini. Terlepas dari sosok Gilang yang mewarnai hidupnya, Diana cukup tangguh menghadapi masalah hidupnya.
Gilang tampak memarkir mobil dan menghampiri Diana yang duduk dibawah kursi dengan payung piknik berwarna putih.
"Ini kopi mu Mas, sebaiknya beristirahatlah dulu, kau sepertinya sangat letih" Diana melihat Gilang meregangkan tubuhnya dibalutan kaos oblong berwarna putih yang tampak lusuh karena debu jalanan yang menerpanya sepanjang malam.
"Aku ingin istirahat di hotel saja, aku masih mampu menggendongmu sayang" Gilang sesekali menguap dan mengacak rambut Diana dengan wajahnya yang telah memerah.
"Sepertinya kau mengantuk Mas, aku akan menggantikanmu menyetir mobil, aku telah mahir seperti dirimu, kau memang guru terbaikku Mas" Diana tersenyum bangga.
"Hmm.. tidak usah Diana sayang.. simpan saja tenagamu untuk menghadapiku saat di hotel" Gilang mengerlingkan matanya yang menggoda Diana.
"Mas kau ini..." Diana tersenyum dengan wajah memerah dan membuang pandangannya ke arah pom bensin yang lengang, hanya beberapa mobil tampak memasuki area pom bensin.
"Kenapa.. kau malu?" Gilang semakin mendekatkan wajahnya.
"Mas ada banyak orang Mas, malu mas.. jangan seperti ini" Diana mengedarkan pandangannya saat tangan Gilang mengungkung kursi yang di duduki Diana.
"Kau istriku, sayang... biarkan orang melihat kita" Gilang meraih dagu Diana dan perlahan mencium bibir Diana yang telah terbuka dan mengeluarkan nafas yang menghangat.
"Wah lihat pasangan itu.. " kata seorang pemuda dibelakang kendali setir mobilnya.
"Cantik bro" kata seorang lagi.
"Beuh! mereka ciuman.. ceweknya malu - malu tapi mau" kata seorang lagi membuat mereka tergelak.
"Sepertinya mereka baru menikah, lihat bunga dibelakang mobil dan tulisannya 'get married'.. ceweknya cantik ya" kata salah satu seorang pemuda.
"Iya masih bau kencur, suaminya udah berumur kayanya tuh" kata pemuda lain.
"Kenapa kalian jadi ibu - ibu penggosip sih?" kata salah satu pemuda di mobil yang sedang mengisi bahan bakar.
"Cck.. itu pemandang indah bro, sayang dilewatkan" kata pemuda itu lagi.
"Aku kaya pernah lihat cewek itu dimana ya" kata salah satu pemuda yang tidak suka bergosip dan mengingat - ingat gadis itu yang tidak lain adalah Diana.
"Ahh sudah lupakan, sebaiknya kita cari sarapan sebelum pulang, di perempatan itu ada makanan cepat saji, kita sarapan disana saja" kata pemuda itu lagi.
Mobil itu meluncur perlahan, meninggalkan area pom bensin setelah menyerahkan uang dan berlalu dari area itu, mata mereka masih tertuju pada pasangan itu saat melewatinya, dan saat itulah ciuman mereka terlepas begitu saja, kericuhan di dalam mobil itu terdengar samar, namun mata Diana tetap tidak nyaman ketika mobil itu melewatinya. Diana sangat malu.
"Mas, aku malu.. sudahlah" kata Diana saat Gilang merapatkan wajahnya lagi.
"Baiklah sayang, aku akan ke toilet membasuh mukaku dan kita ke hotel ya" Gilang bangkit berdiri seraya mencium kening Diana dan berlalu ke arah toilet.
Diana hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum menyembunyikan rasa malunya dengan penuh debaran di hatinya.
Diana, dengan segala kelembutan hatimu dan ketulusan hatimu, aku bersumpah akan selalu mencintaimu dan membahagiakanmu ~ Gilang Samudera
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Evi Octavia
mario....
2022-08-18
0
Lilis Sukaesih
☺️☺️☺️☺️☺️
2022-05-09
0
Arin
kok sy ada fling klo nanti kecelakaan ya,semoga fling sy ngga bner amiin??
2022-04-13
0